Part 24

1.4K 290 34
                                    





Jaemin segera memarkirkan motornya asal di halaman rumahnya yang luasnya tidak seberapa itu.



" Kamu pulang aja Ren." Ujar Jaemin sebelum berlari masuk ke dalam rumahnya.




Tapi Renjun lebih memilih untuk ikut berlari mengikuti Jaemin memasuki rumahnya. Renjun juga khawatir kalau terjadi apa-apa dengan ibunya Jaemin itu.





Jaemin yang telah memasuki rumahnya itu segera berlari menuju kamarnya ketika mendengar suara gaduh yang berasal dari sana. Firasat Jaemin buruk, sangat buruk.




" Mama? Abang?" Panggil Jaemin sebelum mencapai pintu kamarnya.




Ketiga orang yang berada di dalam kamar itu kini menoleh ke arah Jaemin yang kini sedang melotot di depan pintu kamarnya ketika melihat kekacauan yang kini melanda kamarnya.



" Mas---"




" Ada apa ini?!" Tukas Jaemin memotong panggilan dari Jisung. Matanya menatap nanar keadaan ranjang tempat dimana ia menyembunyikan senjatanya selama ini.




Kasurnya sudah tersandar acak di dinding, bedcovernya teronggok begitu saja di lantai. Dan, dan jangan lupakan kini pisau, pistol, peluru dan juga peredam tembakan yang selama ini di sembunyikan dengan apik di bawah kasurnya sudah terpampang nyata di sekeliling ibu, adik dan juga kekasih adiknya itu.




Jaemin melangkah cepat menuju senjatanya.




" Mas---"





" Siapa yang bongkar kamar Jaemin?" Suara itu begitu dingin begitu pula dengan tatapannya yang seperti memindai ketiga orang yang berada di dalam sana satu persatu. Tapi tak ada satupun dari ketiganya yang berani menjawab. Aura Jaemin sudah sangat berbeda, membuat ketiganya merasa terintimidasi.




" SIAPA YANG BERANI MENYENTUH BARANG-BARANGKU?! KENAPA NGGAK ADA YANG JAWAB?!"




Semuanya terhenyak. Sang mama, Rose yang sedari menahan tangis dan sesak kini sudah tak mampu lagi membendung airmatanya. Rose menangis terisak. Dan Jisung yang memang tidak pernah di bentak siapapun juga ikut tremor ketika mendengar raungan kemarahan kakaknya itu. Hanya Chenle yang terlihat berusaha menenangkan dirinya.




" Mas? Mas tenang dulu. Dengerin Lele dulu." Ujar Chenle sembari memberi gestur menenangkan kepada Jaemin. Jaemin memejamkan matanya seerat mungkin, berusaha mengontrol emosinya yang meledak-ledak. Jauh di lubuk hatinya, ia merasa sangat bersalah karna membuat ibunya menangis dan adiknya ketakutan.




Melihat Jaemin yang terlihat  memberikannya kesempatan, Chenle mulai menjelaskan semua yang ia tau kepada Jaemin.



Setelah mendengar seluruh cerita Chenle. Jaemin menghela nafasnya pelan. Lalu setelahnya ia melangkah mendekat ke arah ibunya yang tengah menangis dengan tangan mencoba berpegangan ke meja komputer Jaemin.


Rose yang tak kuat menahan bobot tubuhnya yang mulai memberat bersusah payah untuk mendudukkan dirinya di kursi Jaemin.



Jaemin berlutut.




" Ma?" Panggil Jaemin.




Rose yang masih menangis sesenggukan itu berusaha sekuat tenaga mengangkat wajahnya dan balik menatap sang anak yang kini menatap matanya dengan intens. Tak beda jauh dengan Jaemin, firasat ibu 3 anak itu juga sama buruknya.




R A I N | jaemren, Hwankyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang