20. Nonton Film

152K 18.2K 1.9K
                                    

Selesai makan, mereka langsung menuju bioskop. Mereka hanya menunggu 15 menit sebelum film yang diinginkan Queenzie diputar.

Queenzie memilih film hollywood genre romance-adult. Dhaffi sebenarnya tidak suka melihat film seperti itu, tapi saat ingat jika dia ke mall memang untuk menemani Queenzie menonton film jadi dia menurut saja dengan apapun film pilihan Queenzie. Kalau boleh memilih, Dhaffi akan lebih memilih menonton film Marvel atau Disney dari pada menonton film yang dipilih Queenzie. Dia tahu akan seperti apa filmnya nanti jika mengingat genre-nya yang romance-adult. Ditambah ini film hollywood, mereka tidak tanggung-tanggung saat membuat film dewasa.

Queenzie dan Dhaffi memesan dua popcorn dan dua minuman. Alasan mereka memesan dua popcorn adalah agar tidak terjadinya kejadian dramatis seperti di sinetron--tidak sengaja memegang tangan orang lain saat hendak mengambil popcorn secara bersamaan. Sebenarnya Queenzie tidak masalah kalau kejadian seperti itu terjadi, tapi Dhaffi yang tidak mau. Karena sudah terlanjur dipesankan oleh Dhaffi jadi Queenzie hanya menerimanya saja.

Tempat duduk mereka berada di tengah agak ke belakang. Itu atas permintaan Queenzie karena menurutnya tempatnya paling nyaman.

Film mulai diputar. Queenzie menonton dengan serius karena dia memang sangat menginginkan menonton film ini. Alasannya karena aktor utamanya adalah idolanya. Queenzie sebelumnya ingin menonton dengan Kenzo, tapi Kenzo sudah dulu menonton dengan pacarnya. Dengan segenap keberanian, akhirnya Queenzie meminta Dhaffi menemaninya menonton. Memang Dhaffi menjadi opsi kedua jika Kenzo tidak bisa. Kalau Dhaffi tidak mau, baru Queenzie akan meminta Calvin menemaninya.

Queenzie melirik Dhaffi. Laki-laki itu lebih banyak memainkan ponselnya dari pada menonton film. Queenzie sekarang jadi tahu kalau Dhaffi ternyata tidak suka dengan film yang dia pilih.

Queenzie menyenderkan kepalanya di bahu Dhaffi. Dia bisa merasakan tubuh Dhaffi menegang karena apa yang dilakukannya secara tiba-tiba itu.

Queenzie yang merasa tidak ada yang salah dari apa yang dilakukannya itu pun tetap menonton film dengan santai tanpa peduli kalau laki-laki yang menjadi sandarannya sekarang sudah terdiam kaku seperti patung.

“Jangan seperti ini, Queen!” bisik Dhaffi pelan.

Queenzie mendongak sedikit. Menatap Dhaffi yang sedang menatapnya juga.

“Kenapa? Orang itu boleh,” tunjuk Queenzie pada dua orang yang sedang duduk di depan mereka. Kepala cewek itu sedang bersandar di bahu cowoknya membuat Queenzie ingin melakukan itu juga pada Dhaffi.

“Karena mereka sepasang kekasih, sedangkan saya cuma dosen dan tetangga kamu,” jelas Dhaffi berharap iblis cantik itu bisa mengerti.

“Ya udah, jadiin aku pacar kamu kalau gitu!” Queenzie tersenyum dengan tatapan polosnya.

Dhaffi tersedak air liurnya sendiri mendengar permintaan Queenzie. Dia menatap ke arah lain. Tidak mau membalas tatapan Queenzie yang akan membuatnya semakin salah tingkah.

Karena Queenzie tidak mau mengangkat kepalanya dari bahu Dhaffi, dengan terpaksa Dhaffi mengangkat kepala Queenzie dan membuatnya duduk tegak. Dhaffi juga menggeser duduknya agar sedikit jauh dari Queenzie. Dia berharap semoga kepala Queenzie tidak bisa menjangkau bahunya lagi.

Bibir Queenzie mengerucut. Matanya melirik Dhaffi kesal. Dia tidak suka dengan penolakan Dhaffi padahal ini bukan pertama kalinya Dhaffi menolaknya.

Dhaffi pura-pura tidak tahu jika Queenzie sedang meliriknya kesal. Dia menatap lurus ke depan seolah dia memang sangat menikmati filmnya.

Sudah setengah jam film diputar. Adegan-adegan panas mulai bermunculan. Dhaffi yang sudah terbawa jalan ceritanya pun menonton dengan khidmat padahal dia tadi sangat tidak berminat menonton film itu.

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang