29. Couple?

147K 17.3K 786
                                    

Entah sudah berapa kali Queenzie menghela napas di depan cermin. Penampilannya sudah rapi dengan gaun warna navy membalut tubuhnya. Rambutnya kali ini dia biarkan tergerai dengan sedikit curly di bagian bawahnya.

Seperti biasa, penampilannya pasti berhasil membuat orang terkagum-kagum padahal dia make up dan menata rambutnya sendiri. Untuk make up, Queenzie kali ini memilih korean look menyesuaikan dengan gaunnya. Gaun yang Queenzie pakai sekarang tidak terlalu terbuka karena dia juga akan menghadiri acara ulang tahun mantan calon mertuanya. Andai gaun yang Queenzie pakai terbuka seperti biasanya, dia akan lebih memilih american look. Queenzie cukup pintar menyesuaikan outfit dan make up-nya.

Gaun navy ini menjadi salah satu gaun favorit Queenzie. Dia selalu merasa cantik setiap memakai gaun ini. Warnanya yang kontras dengan warna kulit Queenzie membuat Queenzie tampak lebih bersinar.

Queenzie berharap malam ini dia akan terlihat cantik seperti setiap kali dia memakai gaun ini agar Dhaffi memberikan perhatian lebih padanya. Di saat seperti ini, jiwa penggoda dalam diri Queenzie rasanya meletup-letup. Dia ingin Dhaffi berubah pikiran dan tidak jadi mengenalkan cewek yang disebut sebagai calon istrinya itu ke hadapan orang tuanya. Queenzie masih berharap Dhaffi memilihnya.

“Zie, Mama sama Papa duluan ya. Kamu buruan nyusul!” teriak Abel saat melewati kamar Queenzie.

“Iya, Ma,” balas Queenzie.

Queenzie mematut penampilannya sekali lagi di cermin. Masih ada kebimbangan di wajahnya. Rasanya dia masih enggan untuk datang jika akan berujung sakit hati. Bukankah itu sama saja dengan mencari sakit? Lebih aman di rumah, tapi Queenzie juga tidak mau mengecewakan Izzah.

Helaan nafas sekali lagi keluar dari mulut Queenzie. Dia berbalik meninggalkan cermin. Tangannya meraih kotak kado yang sudah dia persiapkan untuk Izzah.

Setelah mamanya memberitahunya jika dia diundang ke acara ulang tahun mamanya Dhaffi tadi, Queenzie langsung menghubungi Clara agar mencarikannya tas yang cocok untuk dijadikan sebagai kado ulang tahun Izzah. Pilihan Clara juga sangat memuaskan. Sesuai harga yang harus dibayar.

Kaki Queenzie menuruni tangga layaknya seorang princess. Tangannya membawa kotak kado berukuran sedang. Wajahnya masih menampilkan keraguan yang cukup terlihat jelas.

Sampai dirinya berdiri di depan rumah Dhaffi, Queenzie masih ragu untuk melangkah masuk. Hatinya belum siap merasakan sakit. Lebih tepatnya, dia tidak akan pernah siap melihat Dhaffi bersanding dengan cewek lain.

“Widih! Cantik banget lo. Nyesel gue jadi sepupu lo. Kalau lo bukan sepupu gue, pasti lo udah gue gebet.” Suara seseorang membuat Queenzie langsung menoleh. Wajah tegangnya tadi berubah menjadi kesal saat melihat wajah cengengesan Kenzo. Ditambah mendengar kata-kata yang diucapkannya itu yang terdengar menggelikan di telinga Queenzie. Bisa-bisanya Kenzo berpikiran sampai sana.

“Andai lo beneran bukan sepupu gue, gue tetep gak mau lo gebet. Mana mau gue sama fuckboy cap buaya kayak lo.” Queenzie melirik Kenzo jengah.

“Heh! Calvin juga fuckboy kali, tapi lo masih mau sama dia,” protes Kenzo tidak terima.

“Dia gak separah lo!” Queenzie kembali melangkah setelah mengatakan itu.

Kenzo ikut berjalan di sampingnya. Cowok itu terlihat keren seperti biasa. Penampilannya terkesan santai, tapi tetap cocok dipakai ke acara ulang tahun.

“Lo kok tumben mau dateng ke acara orang dewasa kayak gini?” tanya Queenzie penasaran. Pasalnya Kenzo sangat menghindari acara seperti ini. Apalagi tamunya lebih banyak orang dewasa dari pada remaja sepertinya. Kenzo jadi tidak bisa cuci mata melihat cewek-cewek cantik yang masih muda.

“Mau nyari makan gratis lah. Apalagi emang? Habis kenyang nanti gue pulang,” jawab Kenzo santai.

Queenzie menatap Kenzo tidak habis pikir. “Lo bisa beli makanan sendiri, Ken. Kenapa lo dateng ke acara ginian demi makanan, sih? Seolah-olah lo gak pernah makan enak.”

“Gue sebagai warga negara Indonesia ingin menjunjung tinggi slogan jika ada yang gratis, kenapa harus beli?”

Queenzie memutar bola matanya lalu berjalan duluan meninggalkan Kenzo. Kenzo dengan mudah menyusulnya karena langkahnya lebar.

“Hai, Sayang! Akhirnya kamu datang juga.” Izzah langsung menyambut Queenzie saat melihat Queenzie berjalan ke arahnya. Dia memeluk Queenzie singkat.

“Maaf, Tan, sedikit telat.” Queenzie tersenyum tidak enak.

“Tidak apa-apa. Melihat penampilan kamu yang cantik gini, Tante maklum kalau kamu datangnya sedikit telat.”

Pandangan Izzah beralih pada Kenzo. Menatap menyelidik pada laki-laki yang datang bersama Queenzie itu. Pandangannya yang terkesan sinis membuat Kenzo menjadi salah tingkah.

“Siapa yang datang bersama kamu itu?” tanya Izzah dengan wajah yang tidak bisa dibilang ramah.

“Oh, ini sepupu aku, Tan. Namanya Kenzo, anaknya Tante Naura,” jelas Queenzie.

Senyum Izzah yang sempat hilang sekarang kembali lagi. Wajahnya terlihat lebih ramah setelah mengetahui kalau Kenzo hanya sepupu Queenzie. Izzah pikir tadi Kenzo kekasih Queenzie.

“Kenzo, Tan.” Kenzo mengulurkan tangannya.

Izzah membalas uluran tangannya dengan tersenyum ramah. “Panggil Tante, Tante Izzah aja!”

Kenzo mengangguk sopan lalu melepas jabat tangan mereka.

“Ini kado buat Tante. Selamat ulang tahun, Tante. Semoga semakin bahagia,” ucap Queenzie tulus dengan mengulurkan kadonya.

Izzah menerimanya dengan tersenyum bahagia. “Terima kasih, Sayang.” Dia memeluk Queenzie sekali lagi.

Izzah mengajak Queenzie dan Kenzo ke halaman belakang, tempat acara ulang tahunnya diadakan. Di sana sudah dipenuhi banyak orang, baik dari tetangga sekitar maupun teman-teman Izzah. Ada band juga yang semakin meramaikan suasana.

Mata Queenzie tidak sengaja bertatapan dengan Dhaffi. Laki-laki itu terlihat sangat tampan, tapi ada sesuatu yang membuat Queenzie ingin menjerit. Kenapa warna baju mereka sama?

Queenzie ingat sekali kalau kemeja yang sekarang Dhaffi pakai itu adalah kemeja pilihannya.

Queenzie mengumpat dalam hati. Dia menyesal memilihkan baju itu untuk Dhaffi karena Dhaffi semakin terlihat mempesona dengan baju itu. Kalau begini, mana bisa Queenzie merelakan laki-laki itu untuk perempuan lain.

Yang membuat Queenzie miris adalah Dhaffi memakai kemeja pilihan Queenzie itu untuk memperkenalkan calon istrinya yang pastinya bukan Queenzie. Astaga! Laknat sekali dia. Queenzie tidak menyangka Dhaffi setidakpunya akhlak itu.

Queenzie membuang muka meskipun Dhaffi masih menatapnya lekat. Dia memilih menemani Kenzo mencari makanan. Sepupunya itu sudah menghampiri meja tempat kue berada. Tatapannya berbinar seolah dia baru saja menemukan harta karun.

“Alay lo berdua! Baju aja samaan,” gumam Kenzo setelah menelan kuenya.

Queenzie menatapnya bingung. “Maksud lo?”

“Lo sama Pak Dhaffi sengaja pakai baju couple kan?” Tatapan Kenzo memicing.

“Sotoy! Sebelum kenal Dhaffi juga gue udah punya baju ini.” Queenzie menoyor kening Kenzo gemas.

“Kok lo sama Pak Dhaffi bisa pakai baju warna sama? Janjian ya lo berdua?”

Queenzie memutar bola matanya mendengar tuduhan Kenzo.

“Gak sengaja samaan. Lagian, gimana bisa janjian kalau hubungan gue sama dia aja akhir-akhir ini renggang?”

“Oh, iya. Pantesan lo nemplok mulu ke Calvin.” Kenzo manggut-manggut paham.

“Mau nemplok ke lo juga lo-nya sibuk sendiri sama pacar lo,” sindir Queenzie.

Kenzo cengengesan. “Tenang aja, gue lagi jomblo hari ini. Bebas kalau lo mau nemplok. Jangka waktunya cuma sampai besok karena besok gue mau nyari cewek lagi.”

Queenzie geleng-geleng kepala. Dia berharap Kenzo segera menemukan pawangnya agar sepupunya itu berubah seperti Billy setelah bertemu Naura.

💄💋💄💋

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang