31. Tidak Tahan

175K 17.9K 2.8K
                                    

Queenzie menatap wajah tampan di depannya. Senyumnya terus mengembang. Musik yang berdentum keras membuat tubuh Queenzie meliuk-liuk mengikuti alunannya.

Calvin balas menatap Queenzie memuja. Tangannya melingkar mesra di pinggang Queenzie. Mendekapnya erat seolah ingin membuat iri para laki-laki yang hanya bisa mengagumi Queenzie dari jauh.

Tangan Queenzie melingkari leher Calvin. Mereka menari bersama di bawah lampu disko.

Queenzie yang biasanya hanya mengobrol dan sesekali minum sekarang memilih turun ke dance floor karena teman-temannya juga melakukan hal yang sama. Tidak mungkin dia tetap duduk di saat yang lain menari dengan pasangannya masing-masing.

Karena Queenzie malas mencari kenalan baru, jadi Queenzie memilih menari dengan Calvin. Berbeda dengan Cassie dan Clara yang lebih memilih mencari kenalan baru. Sedangkan, Stella sekarang menari dengan Kenzo karena Kenzo masih jomblo.

“Lo cantik, Beb. Lo seksi. Lo punya gue,” gumam Calvin memuja.

Queenzie hanya tersenyum saja. Itu kata-kata pujian yang Calvin lontarkan ke sekian kalinya malam ini.

Tiba-tiba wajah Calvin mendekat. Semakin mendekat sampai membuat Queenzie bisa merasakan hembusan nafas Calvin menerpa wajahnya. Queenzie yang sudah terbawa suasana hanya bisa memejamkan mata.

Tubuh Calvin tertarik saat beberapa senti lagi bibirnya bersilaturahmi dengan bibir Queenzie. Belum sempat dia melihat wajah sang pelaku, wajahnya sudah lebih dulu dipukul sampai membuat tubuhnya limbung. Calvin berusaha bangun, tapi orang yang memukulnya, yang tidak lain adalah Dhaffi, itu kembali memberi pukulan di pipi satunya. Pukulannya sangat keras sampai membuat kepala Calvin pusing.

Queenzie yang mendengar suara kegaduhan pun membuka matanya. Dia melotot melihat Calvin sudah terkapar di lantai dan seorang laki-laki yang terus menghujani wajahnya dengan pukulan.

“Dhaff, udah! Jangan buat keributan di bar gue!” teriak Aga berusaha menghentikan Dhaffi yang terus menghajar Calvin.

Yesyes dan Ipin mencoba memisahkan keduanya dengan keberanian minim. Selama mereka berteman dengan Dhaffi, baru kali ini mereka melihat Dhaffi semarah itu. Dhaffi termasuk orang yang sabar dan cuek. Dia akan lebih memilih mengalah jika masalahnya tidak seberapa penting. Jadi, saat Dhaffi marah layaknya orang kesetanan seperti ini membuat mereka takut sendiri.

“Pak Dhaffi, berhenti! Kenapa Bapak terus memukuli teman saya?” teriak Queenzie yang ikut kesal dengan apa yang Dhaffi lakukan.

Dhaffi berhenti memukuli Calvin. Dia tersenyum sinis. “Teman? Tidak ada teman yang berciuman.”

Dhaffi melangkah mendekati Queenzie. Nafasnya masih memburu. Tatapannya sangat tajam sampai membuat Queenzie ketakutan. Tidak lagi memikirkan Calvin, dia sekarang lebih memikirkan nasibnya sendiri.

Queenzie mundur menjauhi Dhaffi. Langkahnya berhenti saat Dhaffi berhasil menggapai tangannya.

“Ikut saya!” Dhaffi menarik tangan Queenzie sedikit kasar.

“Kemana? Aku gak mau!” Queenzie berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Dhaffi.

“Keluar dari tempat setan ini.”

“Sialan lo, Dhaff! Tempat setan yang lo sebut itu punya gue, woy!” teriak Aga tidak terima.

“Hentiin Dhaffi, Bego! Gue takut ada apa-apa kalau dia nyetir dalam keadaan marah kayak gini,” suruh Yesyes.

Aga mengangguk. Dia menyusul Dhaffi yang hampir sampai di pintu keluar.

“Dhaff!”

Dhaffi berhenti. Dia menoleh pada Aga dengan tatapan kesal, sedangkan Queenzie masih berusaha melepaskan tangannya.

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang