Dhaffi duduk santai di kursi kebesaran yang berada di ruangannya. Tangannya dengan lincah menari-nari di atas layar ponsel, membalas pesan mamanya yang mengingatkannya agar tidak lupa makan siang. Pesan itu sudah masuk dari jam 12 tadi, tapi baru sempat Dhaffi buka karena dia sangat sibuk hari ini.
Ketukan pintu terdengar disusul suara pintu terbuka. Dhaffi memandang kesal ke arah sang pelaku. Dia belum mempersilahkan masuk, tapi orang itu sudah masuk duluan. Bahkan orang itu sudah duduk di depan Dhaffi, tanpa harus menunggu dipersilahkan oleh Dhaffi.
“Sejak kapan kamu suka memasuki ruangan orang tanpa permisi, Kinar?” sindir Dhaffi.
Kinar sama sekali tidak merasa bersalah. Dia tetap menampilkan wajah kesalnya.
“Maaf, Dhaffi. Tapi, aku kesini mau tanya sesuatu yang penting sama kamu.”
Dhaffi menaikkan alisnya sebelah. “Tanya tentang apa?”
“Kenapa kamu dekat lagi sama Queenzie? Kamu tahu kan apa akibatnya kalau kamu masih dekat sama dia? Image kamu akan buruk, dosen-dosen juga akan bicarain kamu dan berpikir kalau kamu ada hubungan khusus sama Queenzie.”
“Saya akan menanggung konsekuensinya sendiri. Kamu tidak perlu repot-repot memikirkannya,” balas Dhaffi santai. Dia tidak terpancing ucapan Kinar yang seakan memprovokasinya untuk menjauh lagi dengan Queenzie.
Kinar tercengang. Dia tidak puas dengan respon yang diberikan Dhaffi.
“Tapi Dhaff, apa kata para mahasiswa dan para dosen kalau lihat kamu dekat dengan mahasiswi kamu sendiri?” Kinar mengingatkan status Dhaffi dan Queenzie agar Dhaffi sadar kalau dia tidak cocok dengan Queenzie.
“Kenapa kamu mempermasalahkan hubungan saya dengan Queenzie? Bukankah sebelumnya juga ada dosen yang dekat dengan mahasiswinya?”
“Iya, tapi beda cerita, Dhaff. Pak Rifky sama Adila udah bertunangan. Mereka akan menikah. Sedangkan, kamu sama Queenzie hubungannya cuma sebatas tetangga aja.”
Dhaffi menatap Kinar bingung. Tidak mengerti kenapa Kinar sangat bersikeras membuatnya berjauhan dengan Queenzie.
“Ya sudah, saya akan mengikuti jejak Pak Rifky kalau begitu.” Dhaffi menghempaskan punggungnya ke kursi. Memandang Kinar santai. Meskipun dia sedang banyak pekerjaan, tapi mungkin dia masih bisa meluangkan sedikit waktunya untuk mendebat Kinar agar cewek itu mengerti dan berhenti membahas masalah ini lagi.
“M-maksudnya?” tanya Kinar tergagap-gagap. Wajahnya mulai pucat. Dia berharap apa yang dimaksud Dhaffi tidak seperti yang otaknya simpulkan. Dia masih menunggu Dhaffi membantah kesimpulan yang berputar di otaknya sekarang.
“Saya pikir kamu cukup cerdas untuk mengerti ucapan saya, Kinar,” balas Dhaffi tegas. Tatapannya tajam menatap wajah Kinar yang sekarang sudah masam.
“Dhaff, kamu--”
“Jika sudah tidak ada hal penting yang ingin kamu katakan, kamu bisa keluar sekarang! Saya sedang banyak pekerjaan hari ini,” sela Dhaffi dengan pura-pura membaca dokumen di depannya. Dia tahu tindakannya termasuk tidak sopan apalagi Kinar adalah sahabatnya, tapi dia sudah terlalu kesal menanggapi ucapan perempuan itu.
Kinar memundurkan kursinya dengan kasar lalu berdiri dan melangkah menuju pintu dengan cepat. Dia menutup pintunya dengan sedikit keras.
Kinar berani melakukan itu karena Dhaffi sahabatnya. Andai yang dia hadapi tadi dosen lain, semarah apapun Kinar tidak akan berani melakukan itu. Kinar memang membangun image perempuan berhijab yang kalem, jadi hanya Dhaffi saja yang tahu sisi dirinya yang sebenarnya.
Dhaffi menggeleng-gelengkan kepalanya. Kinar memang masih seperti dulu. Hanya cara berpakaiannya saja yang berubah.
Mata Dhaffi melirik jam tangan sekilas. Seharusnya Queenzie sudah keluar kelas sekarang, tapi perempuan itu belum membalas pesannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mas Dosen! (TERBIT)
Romance(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ "Jika laki-laki itu bisa mengancam akan mengeluarkan Queenzie dari kelas, Queenzie juga bisa mengancam akan mengeluarkan laki-laki itu dari kamar. Lihat saja nanti!" Queenzie Sefaro, selebgram seksi yang...