Queenzie menatap Dhaffi kesal. Laki-laki itu bukannya panik seperti dirinya, tapi malah makan kacang dengan santainya. Wajahnya tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali padahal ini semua salah dia.
Andai Dhaffi tidak menyeret Queenzie ke ruangannya pasti ini tidak akan terjadi. Tidak akan ada kesalahpahaman dan tidak akan ada pernikahan.
“Kenapa kamu melihat saya seperti itu?” tanya Dhaffi heran saat melihat Queenzie menatapnya tajam.
“Aku kesel sama kamu. Bisa-bisanya kamu masih bisa nyantai di saat keadaannya lagi kayak gini.”
Dhaffi mengangkat alisnya sebelah. “Terus, saya harus bagaimana?”
“Ya berusaha memperbaiki keadaan dong!” Queenzie semakin kesal melihat respon Dhaffi.
“Bagaimana caranya? Mama saya saja sudah pergi.”
Dhaffi memasukkan kacang ke mulutnya. Dia tersenyum samar melihat Queenzie panik seperti ini. Itu sangat menghibur menurutnya sekaligus sebagai balasan untuk Queenzie karena masih pagi sudah menguji kesabarannya.
Queenzie mengacak rambutnya frustasi. Di saat keadaan genting seperti ini Queenzie sangat benci sikap tenang Dhaffi padahal biasanya laki-laki itu sangat tanggap dalam menyelesaikan masalah.
“Ini semua gara-gara kamu! Kalau aja kamu gak narik aku ke ruangan kamu, ini pasti gak akan terjadi.” Queenzie mulai menyalahkan Dhaffi untuk semua yang baru saja terjadi.
“Kamu menyalahkan saya? Salah sendiri kamu memakai baju seperti itu,” balas Dhaffi tidak mau kalah.
Queenzie rasanya ingin menjerit sekarang. Berdebat dengan Dhaffi semakin membuatnya pusing.
“Sudahlah tidak usah dipikirkan. Bukan kah kita memang ingin menikah.”
Queenzie yang sedang menatap jendela langsung menoleh. Dia kembali menatap Dhaffi kesal.
“Kata siapa? Aku aja belum nerima kamu.”
“Memangnya kamu berniat menolak saya?” tanya Dhaffi tidak suka.
“Iya. Kamu itu over posessive! Aku ngerasa kita gak akan cocok.”
Wajah Dhaffi yang tadinya tenang langsung mengeras kembali. Dia maju mendekati Queenzie. Tatapannya dingin membuat Queenzie reflek mundur.
Tanpa Queenzie duga, Dhaffi mengambil tangannya dan menggenggamnya lembut.
“Maafkan saya. Saya hanya tidak suka kamu mempertontonkan tubuh kamu pada orang lain, Queenzie. Seperti yang pernah kamu bilang, saya ingin hanya saya yang melihat itu. Itupun setelah kamu sudah menjadi istri saya.” Tatapan Dhaffi lembut dan tersirat rasa bersalah, membuat Queenzie langsung meleleh. Dia memang selalu lemah jika menyangkut apapun yang berhubungan dengan Dhaffi. Kemarahannya langsung hilang begitu saja.
Queenzie mengangguk. Tangannya terulur menyentuh rahang Dhaffi dan mengelusnya lembut membuat tubuh Dhaffi langsung meremang. Melihat respon yang Dhaffi berikan membuat Queenzie jadi curiga. Jangan-jangan Dhaffi tidak pernah berpacaran sebelumnya?
“Aku maafin kamu,” balas Queenzie dengan tersenyum.
Dhaffi ikut tersenyum. Tangannya mengambil tangan Queenzie dari rahangnya lalu menurunkannya kembali. Dia merasa merinding dengan sentuhan Queenzie.
Queenzie tidak tersinggung. Dia tahu Dhaffi tipe laki-laki seperti apa. Memang dirinya saja yang terlalu agresif pada Dhaffi.
“Mas...” panggil Queenzie setelah dia dan Dhaffi duduk di sofa. Capek juga mengobrol dengan berdiri.
“Iya?”
“Jelasin ke mama kamu dong! Nanti kalau mama kamu beneran bilang ke orang tua aku gimana?” Queenzie memasang tampang memelas. Sungguh menikah muda bukan bagian dari rencana hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mas Dosen! (TERBIT)
Romantizm(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ "Jika laki-laki itu bisa mengancam akan mengeluarkan Queenzie dari kelas, Queenzie juga bisa mengancam akan mengeluarkan laki-laki itu dari kamar. Lihat saja nanti!" Queenzie Sefaro, selebgram seksi yang...