41. Suara Hati Kinar

147K 16.9K 3K
                                    

Setelah semalaman penuh berkecamuk dengan pikirannya, Queenzie sekarang sudah kembali ceria. Dia memutuskan akan belajar menjalani semuanya dengan sebaik-baiknya. Cepat atau lambat juga dia pasti akan menikah bukan?

Dhaffi adalah laki-laki idaman para perempuan dan mantu idaman para calon mertua. Jika Queenzie melepaskannya, dia pasti akan sangat menyesal. Belum tentu dia akan mendapatkan laki-laki seperti Dhaffi untuk kedua kalinya. Yang ada malah mendapatkan laki-laki buaya yang masih satu spesies dengan Kenzo.

Queenzie berjalan menuju rumah Dhaffi setelah berpamitan pada orang tuanya. Wajahnya nampak cantik dengan senyum yang terus mengembang. Penampilannya juga berubah lebih sopan dengan celana jeans dan juga kemeja dengan satu kancing yang terbuka. Alasannya karena dia tidak ingin ditarik seperti kambing lagi oleh yang terhormat Tuan Khadhaffi Askaraja.

Dhaffi keluar dari rumah tepat saat Queenzie sampai di depan rumahnya.

Queenzie memasang senyum termanis. “Selamat pagi, Sayang.”

Dhaffi berdehem salah tingkah mendengar panggilan sayang dari Queenzie. Dia mengulum bibirnya agar tidak kelepasan tersenyum.

“Selamat pagi,” balas Dhaffi dengan tersenyum tipis.

“Kok masih kaku aja, sih? Masa ngomong sama calon istri kayak gitu?” Queenzie menahan tawa mendengar ucapannya sendiri. Calon istri dia bilang? Kemarin saja dia sangat ketakutan membayangkan akan menjadi seorang istri.

“Sudah lah! Ayo cepat berangkat, Queen!” Dhaffi berusaha mengalihkan pembicaraan agar tidak semakin salah tingkah karena ucapan Queenzie yang terdengar seperti sedang menggodanya.

“Bentar dulu!” cegah Queenzie saat Dhaffi hendak membuka pintu mobil.

“Kenapa lagi?”

“Gimana penampilanku hari ini?” tanya Queenzie dengan berputar-putar di depan Dhaffi. Sikap centilnya kembali lagi. Padahal Dhaffi tadi mengira mereka akan canggung seperti kemarin.

Dhaffi memperhatikan penampilan Queenzie dari atas sampai bawah lalu tersenyum. “Bagus. Saya suka.”

“Aku hari ini pakai baju kayak gini biar kamu gak narik-narik aku lagi kayak tempo hari. Tangan aku sampai merah, tau.” Queenzie cemberut saat mengatakannya.

Senyum Dhaffi semakin lebar melihat tingkah manja Queenzie.

“Maafkan saya. Lain kali saya akan narik kamu lebih lembut lagi kalau gitu.”

Queenzie melotot. “Jadi kamu masih ada niatan narik-narik aku lagi?”

“Bercanda, Queen. Ayo masuk!” Dhaffi mengusap kepala Queenzie lembut lalu masuk ke dalam mobilnya.

Queenzie mematung di tempatnya. Ini sudah kedua kalinya Dhaffi mengusap rambutnya, tapi masih memberikan efek yang besar untuknya.

“Ayo, Queen!” panggil Dhaffi saat melihat Queenzie tetap diam di tempatnya tadi.

“Iya, Mas.” Queenzie segera masuk ke dalam mobil.

Dhaffi mulai menjalankan mobilnya. Mengingat dirinya sekarang sudah menjadi tunangan Dhaffi, Queenzie semakin berani mengajaknya berbicara.

“Nanti makan siangnya bareng atau sendiri-sendiri?” tanya Queenzie.

“Sendiri-sendiri dulu tidak apa-apa kan? Berita pertunangan kita pasti sedang hangat-hangatnya dibicarakan. Saya tidak ingin menambah topik pembicaraan mereka jika kita makan siang bersama.”

Queenzie mengangguk dengan tersenyum. “Oke.”

👠👠👠

Pintu ruangan Dhaffi dibuka dengan keras. Seorang perempuan muncul dengan berjalan tergesa-gesa. Matanya terlihat memerah dan berair.

Dhaffi terkejut mendengar pintu ruangannya terbuka tanpa ada yang mengetuk lebih dulu. Apalagi saat melihat kondisi pelaku yang kacau. Entah apa yang terjadi sampai perempuan itu menangis.

“Kinar? Ada apa?” tanya Dhaffi panik. Meskipun dia terkadang cuek dengan Kinar, tapi Kinar tetaplah sahabatnya. Tentu dia akan khawatir saat sahabatnya itu kenapa-kenapa sampai membuatnya menangis seperti ini.

“Bener yang dibicarain orang-orang kalau kamu udah tunangan sama Queenzie?” tanya Kinar dengan terisak-isak.

Wajah khawatir Dhaffi berangsur menghilang. Dia kira Kinar kenapa. Ternyata cuma karena mendengar berita pertunangannya.

“Iya. Maaf saya tidak mengundang kamu. Acaranya tertutup, cuma dihadiri keluarga saja.” Dhaffi menjawab dengan wajah datarnya tanpa merasa bersalah sama sekali.

Jawaban Dhaffi membuat hati Kinar semakin sakit. Rasanya dadanya sesak. Untuk bernafas pun sulit. Kinar merasa kehilangan pasokan udara secara mendadak.

Kinar terus menangis dengan menunduk. Bahunya terguncang hebat. Dia tidak bisa menahan air matanya yang terus mengalir deras.

Dhaffi sebenarnya bingung dengan reaksi Kinar. Sebagai teman seharusnya dia senang melihat temannya akan menikah. Bukan malah menangis tersedu-sedu seperti ini.

Dhaffi mengulurkan kotak tisu ke depan Kinar. Kinar menerimanya dan mengambil beberapa lembar lalu menghapus air matanya.

“Sebenarnya kamu kenapa, Kinar?” tanya Dhaffi masih belum mengerti.

Kinar mendongak, menatap Dhaffi dengan matanya yang merah.

“Kamu sadar gak sih, Dhaff? Aku dari SMA suka sama kamu. Aku berusaha deket sama kamu meskipun kamu cuma nganggap aku sahabat. Aku merubah penampilan aku jadi berhijab biar kamu suka sama aku, tapi kamu malah suka sama perempuan kayak Queenzie yang suka pamer paha dan dada. Apa yang kamu lihat dari dia, Dhaff? Dia bukan tipe perempuan idaman kamu. Dia itu perempuan murahan, gak pantes buat kamu. Hobinya ke club, suka mabuk-mabukan. Entah udah berapa laki-laki yang udah tidur sama dia--”

“DIAM!!!” bentak Dhaffi. Nafasnya memburu. Tangannya mengepal mendengar setiap hinaan Kinar untuk Queenzie. Andai tidak mengingat Kinar itu perempuan, sudah Dhaffi layangkan kepalan tangannya ke wajah orang di depannya ini.

Kinar terkejut mendengar bentakan Dhaffi. Dia terdiam ketakutan dengan tangan gemetar. Kepalanya menunduk tidak berani menatap Dhaffi yang sedang menatapnya dengan sangat tajam.

“Saya benar-benar kecewa sama kamu, Kinar. Bisa-bisanya kamu menghina orang sampai seperti itu. Sebagai perempuan seharusnya kamu menghargai sesama perempuan. Saya tidak menyangka pikiran kamu seburuk itu mengenai Queenzie. Apa Queenzie pernah menjelek-jelekkan kamu sampai kamu dengan lancarnya menghina dia? Apa yang kamu ketahui tentang Queenzie sampai kamu bisa membuat kesimpulan seburuk itu? Kamu tidak tahu apa-apa tentang dia, Kinar. Kamu berpikiran seperti itu karena kamu memang membencinya. Yang terlihat di mata kamu hanyalah keburukan Queenzie. Kamu tidak bisa melihat kebaikan dia,” ucap Dhaffi dingin.

“Jujur saja, saya lebih respect pada orang yang menunjukkan dirinya yang sebenarnya dari pada orang yang membangun image baik untuk menutupi sifat aslinya. Harusnya kamu malu, Kinar. Kamu berhijab hanya untuk membuat saya suka sama kamu. Berhijab itu karena Allah, bukan karena manusia. Saya berharap kamu merubah niat kamu itu agar apa yang kamu lakukan tidak sia-sia.”

“Apa yang aku lakuin emang udah sia-sia, Dhaff. Perubahanku gak bisa buat kamu suka sama aku jadi buat apa aku masih kayak gini?”

Kening Dhaffi berkerut tidak mengerti dengan maksud dari ucapan Kinar.

Kinar tersenyum sinis dengan air mata yang masih menetes. “Kamu nyia-nyiain aku buat sampah kayak Queenzie? Kamu akan nyesel udah pilih dia, Dhaff. Dia cuma limbah dari para laki-laki brengsek--”

“KINAR, CEPAT PERGI DARI RUANGAN SAYA SEBELUM SAYA LEPAS KENDALI!”

Kinar keluar dari ruangan Dhaffi dengan berlari. Kepalanya menunduk agar tidak ada yang tahu kalau dia sedang menangis.

💄💋💄💋

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang