"Kamu hanya punya 2 pilihan! Memilih meneruskan perusahaan Papah atau kamu tetap bersikeras untuk mengejar cita-citamu itu jika kamu lebih memilih cita-citamu dibandingkan Papah, maka mulai saat itu juga kamu bukan lagi bagian keluarga Kusuma!!!"Edo menyugar rambutnya kasar ucapan Papahnya 3 hari yang lalu masih terus berputar dipikirannya
Apa yang harus ia lakukan sekarang? Memilih cita-cita atau Keluarganya?
Pilihan yang terlalu sulit untuk dipilih, keluarga dan cita-citanya sama-sama penting baginya, bahkan untuk memilih salah satu rasanya begitu sulit.
"Arghh..." teriak Edo sambil melempar bola basketnya ke sembarang arah
Sedari tadi ia sibuk memikirkan perkataan Papahnya, sehingga membuatnya tidak fokus latihan basket
Johan memandang sahabatnya yang terlihat sedang dalam masalah, ia menepuk pelan bahu Edo lalu merangkul sahabatnya itu
"Kalo ada masalah, lo bisa cerita ke gue Do, jangan disimpan sendiri" ucap Johan
"Kita balik aja, latihan hari ini kita cukupkan sampai disini!" ucap Edo dingin
Teman-teman se-tim nya memandangnya aneh karna tak bisanya kapten mereka bersikap dingin seperti itu
"Em latihannya kita lanjut besok pagi aja di jam olahraga, jadi hari ini kita balik ke rumah masing-masing dan istirahat yang cukup biar gak kecapekkan!" Ucap Edo sambil tersenyum tipis
"Baik Kapten!" seru teman-teman satu timnya dengan serentak dan dengan posisi hormat
"Apaan sih lo pada, udah sana balik!" ucap Edo sambil terkekeh pelan
"Siap!" ucap mereka dengan lantang lalu segera bubar untuk kembali ke rumah masing-masing
"Bro gue mau langsung balik aja ya, soalnya nyokap gue udah rewel banget ngechat gue, minta ditemenin belanja!" ucap Johan menepuk pundak Edo
"Gue sama Ferdy juga mau langsung balik aja, ada janji sama Ranita dan Selvia biasa lah bro lo tau kan cewek kalo udah ngambek susah banget dibujuknya" ucap Ferdy yang membuat Edo terkekeh
"Yaudah sana lo bertiga balik, gue juga udah mau balik!" ucap Edo berjalan ke arah parkiran meninggalkan ketiga sahabatnya itu dipinggir lapangan basket
"Ebusett si curut main tinggal aje!" gerutu Mario menatap kesal punggung Edo yang berjalan menjauhi mereka
.
.
.Di tempat lain
Meylissa sedang duduk gelisah sambil sesekali melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, ia terus melihat kanan kiri berharap ada angkutan umum yang lewat di jam-jam seperti ini tapi hasilnya nihil ia tak melihat angkutan umum yang lewatIa merasa takut, karna ia sedang menunggu di halte bus yang agak jauh dari lingkungan sekolahnya
"Ih ini bus pada demo apa gimana sih, dari tadi kok gak ada yang lewat!" gerutu Mey
Saat sedang asik melihat ke kanan kiri Mey dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba menepuk bahunya
"Apaan sih gang--Robby!" ucap Mey kaget dan sedikit menjauh dari Robby
"Hai Mey sayang apa kabar? Udah lama banget ya kita gak ketemu" ucap Robby dengan sambil menyeringai
"Mau apa lo? Jangan ganggu gue!" ucap Mey menatap tajam ke arah Robby
"Galak banget sih, jadi makin sayang" ucap Robby sambil menoel pipi Mey
"Jangan sentuh gue!" ucap Mey sambil menepis tangan Robby yang berada di pipinya
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY MY BFF (On Going)
Teen FictionKehilangan sahabat sama saja dengan kehilangan cinta di hidupmu. ~Eduardo Pradipta Kusuma Hanya bisa pasrah dan mencoba mengikhlaskan semua kenyataan yang sudah terjadi. ~Meylissa Alexandra Wijaya Akankah mereka bersatu? Disaat hubungan persahabata...