'Don't worry about anything. Tomorrow, we'll be strangers'
-
Seratus persen menyebalkan. Hari ini adalah hari paling sial seumur hidup Jennie Kim.
Kantung matanya menghitam sebab semalaman terjaga. Bukan karena mengerjakan tugas, tapi karena manusia tampan yang sayangnya kini meduduki posisi tertinggi di hati gadis Kim.
Berlebihan memang, tapi tak ada sesuatu yang tak berlebihan jika itu berkaitan dengan salah satu fighter underground itu.
Setelah senja hingga malam kemarin mereka habiskan waktu diatas bukit yang lumayan berada di pinggir Seoul, tapi jaraknya tak terlalu jauh dari pusat kota.
Mengobrol dan berbagi banyak hal termasuk saliva masing-masing. Baiklah, sepertinya terlihat tak akan bagus terutama bagi sang gadis yang jelas-jelas telah berkencan dengan kakak sepupu Hanbin.
Tapi apa boleh buat? batin Jennie selalu mengklaimnya, "He is the one, I feel it," yeah, she feel it. Berulang kali bahkan ia berusaha menyangkal debaran menyenangkan di dadanya, tapi? nope.
Kim Hanbin adalah orangnya, ia jadi agak menyesal kenapa tak mengenal Hanbin lebih dulu dibandingkan Jaebum.
Oh, sepertinya ia sudah mulai membiarkan dirinya bebas. Lihat? sudah bermain dibelakang kekasihnya sekarang malah sering membandingkannya dengan Hanbin, bagus sekali Kim!
Persis seperti perkataan Hanbin semalam kala mengantarnya sampai di depan apartement. "Don't worry about anything. Tomorrow, we'll be strangers,"
Sangat tepat, sangat jelas kala ia makan siang di kantin fakultasnya bersama Jaebum.
Kim Hanbin menempati meja yang tak jauh darinya, bersama sekumpulan kawannya yang sangat berisik menurut gadis itu.
Mungkin teman sekelasnya Jennie juga tak mengenal satupun dari mereka. Pria Kim benar-benar serius dengan perkataannya, bahkan Hanbin sama sekali tak melirik Jennie.
Yang ada hanya gadis itu beberapa kali mencuri pandang secara diam-diam kearahnya. Tapi pria Kim sibuk bercanda dengan teman semejanya.
Semakin lama ia disana semakin tak nyaman gadis itu. Mereka bertingkah bak orang asing setelah pembicaraan keduanya yang cukup intim semalam.
Pulpennya sampai berhenti menulis sebab mengingat apa yang ia lakukan bersama Hanbin kemarin.
"Jane?"
"Ah iya?" ia sampai berjengit sebab terkejut Jaebum tiba-tiba memanggilnya. "Aku ada tugas kelompok, dan sudah ditunggu yang lain di perpustakaan. Aku pergi dulu, hm?" pamitnya.
Pria Lim bangkit dan menjatuhkan kecupan manis di ranum Jennie yang hari ini terlihat pucat. Tapi sebelum ia pergi, "Wah Kim Hanbin? tumben kulihat dia di kantin sini," gumamnya heran.
Keduanya melihat kearah tempat Hanbin duduk bersama teman-temannya. Benar-benar, pria itu sama sekali tak memandangnya balik.
Meski Jennie yakin Hanbin pasti sadar kalau dirinya diperhatikan sedari tadi. Mengacak lembut puncak kepala gadisnya, dan berlalu dari sana dengan lambaian tangan.
Jennie mengikuti arah kepergian kekasihnya, tapi begitu ia menghadap kedepan hendak memastikan keadaan Hanbin, tubuhnya langsung meremang dengan tampang setengah kesal juga malu.
Bagaimana tidak? lihat saja ketika Jennie berbalik menghadap Hanbin setelah kekasihnya pamit, ia malah disuguhi wink dan smirk sialan dari pria Kim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Latens [JenBin] ✔
FanfictionIt's a choice, not a mistake. (!) read this story with dark mode, just suggest (!) alternate universe [au] (!) cliche case (!) all multimedia include in this story ©owner, not mine! (!) update only when I've a good mood ©apreelchocx,2020