'Not a mistake, it's a choice'-
Alarm-nya berdering keras, ia tutup telinga dengan lengannya. Terlalu malas untuk raih jam diatas nakas, maka ia tunggu sampai bunyinya usai.
Beberapa saat kamarnya kembali tenang, ia dapat tidur nyenyak lagi. Namun baru ia nyaman sedetik, kini ponselnya yang berbunyi.
Mengumpat sembari menutup kedua telinganya dengan bantal sekarang. Ia berbalik dan punggungi nakas dimana tempat ia letakkan ponsel.
Tapi si penelfon tak menyerah juga, gencar terus menghubungi ponsel putri tidur yang kini mulai jengah dan terjaga dari tidurnya.
Dengan asal ia julurkan tangan kebelakang, meraba ponselnya tanpa melihat. Langsung menempelkan di telinganya ketika sudah berhasil memegangnya.
"Hng?!" gumamnya tak jelas mengangkat panggilan tanpa melihat siapa penelfonnya.
"Aku sudah didepan, katanya kau ada kelas pagi--" tanpa mendengar lebih lanjut mata Jennie terbelalak dan lempar ponselnya sembarangan lalu ia lompat turun dari ranjang dan bersiap buru-buru.
Tergesa si gadis keluar dari apartement-nya temui sang kekasih yang sudah ada didepan. Masuk kedalam audi hitam itu dan segera pasang seatbelt.
"Kesiangan lagi? bad habit," cetus pengemudi itu yang dibalas cengiran oleh gadisnya.
Ketika mobil mulai bergerak maju, ia periksa isi tasnya, berharap tak ada buku atau barang keperluan yang tertinggal.
"Kau seharusnya bisa bangun lebih pagi, sudah mau semester akhir loh," nasihat pria itu seperti biasa.
Manik kucing berotasi jengah, "Aku kan lelah juga harus begadang mengerjakan tugas, deadline-nya menumpuk hari ini semua," terang gadisnya.
Memutar kemudi kekiri kala sudah sampai di area parkir fakultas mereka. "Aku tak bisa jemput nanti, ada bimbingan skripsi,"
Gadis itu cemberut mendengarnya, "Padahal aku ingin makan siang bersama nanti,"
"Lain kali ya?" tangan kirinya terangkat dari kemudi dan mengacak pelan pucuk kepala gadisnya.
Gadis Kim mengangguk lesu, seperti menerima dengan pasrah. Mau bagaimana lagi? prianya memang harus menyelesaikan skripsi tahun ini agar bisa lulus awal tahun depan.
Tuntutan ayahnya dan juga keinginannya sendiri agar lulus lebih cepat. Lalu membantunya meng-handle perusahaan.
Setelah prianya fokus kembali memarkir mobil, si gadis menggigit bibir bawahnya sendiri menahan rekahan senyum agar tak terlihat oleh si pria.
Setelah mobil berhenti, ia kecup kilat pipi sang pria, kemudian berlalu keluar dari dalam mobil dengan tangan melambai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Latens [JenBin] ✔
Fiksi PenggemarIt's a choice, not a mistake. (!) read this story with dark mode, just suggest (!) alternate universe [au] (!) cliche case (!) all multimedia include in this story ©owner, not mine! (!) update only when I've a good mood ©apreelchocx,2020