'People change, you just have to accept it'-
Ia sudah bersiap dengan segala kemungkinan terburuk yang akan dirinya lihat di rumah Hanbin.
Namun bukannya melihat baku hantam antara kedua sepupu itu, Jennie malah tak mendapati apapun disana.
Rumah pria Kim sepi. Yoona yang memang selalu sibuk dengan pekerjannya di luar kota maupun luar negeri sudah pasti tak ada dirumah.
Tak ada tanda-tanda bekas perkelahian disana. Meski begitu, Jennie tetap tak bisa tenang. Sebab tak tau dimana keberadaan Lim dan Kim.
Secara kompak ponsel mereka tak bisa dihubungi. Dirinya sudah kalut hingga tak mampu berfikir jernih lagi sekarang.
Daripada pulang, ia lebih memilih menunggu sang pria didalam kamar miliknya.
Menunggunya pulang untuk pastikan keadaannya, meski ia tak yakin Hanbin pulang atau tidak malam ini.
Berusaha menenangkan dirinya yang tengah dirundung cemas, hingga tak bisa duduk diam. Berkali-kali ia melihat kebawah melalui jendela kamar Hanbin yang memang mengarah kedepan gerbang.
Dan Jennie terus mencoba menghubungi prianya, entah Lim atau Kim. Namun nihil, tak ada perubahan sejak tadi. Ponsel keduanya masih tak aktif.
_
Decitan pintu kamar yang terbuka agaknya mengusik gadis Kim yang ternyata tertidur di ujung ranjang king size milik Hanbin.
Manik kucingnya mengerjap dengan perlahan, mengernyit sebab lampu kamar belum dinyalakan sedangkan hari sudah gelap.
Mengangkat kepalanya yang ia tidurkan diatas lengannya sebagai tumpuan. Lehernya terasa pegal sebab berada di posisi itu cukup lama.
Regangkan otot-ototnya yang kaku setelah beberapa jam tertidur dengan posisi duduk. Kemudian netranya menyisir sekitar saat kamar Kim mulai terang.
Kim Hanbin ada disana, dia yang menyalakan lampu kamar. Terlihat tampan seperti biasa dengan leather jaket juga ripped jeans-nya.
Kesan manly ditampakkan dari beberapa luka dan lebam di wajahnya. Bahkan sudut bibirnya masih terlihat ada darah yang mengering.
Sebentar--punggung Jennie menegak saat nyawanya mulai terkumpul dengan sempurna. "Hanbin, kau darimana?"
Pria itu tak menggubrisnya, jangankan membalas, menatapnya-pun tidak. Hanbin melepas leather jaketnya dan meletakkannya asal diatas sofa bed.
Berlalu begitu saja masuk kedalam kamar mandi tanpa menghiraukan eksistensi Jennie didalam kamarnya.
Gadis itu hendak menyusulnya, namun pintunya terkunci dari dalam. Dan ini bukan hal biasa, pria itu tak pernah mengunci pintu saat di kamar mandi, terutama ketika ia bersama Jennie.
Supaya gadis itu bisa masuk dengan leluasa, katanya. Barulah Jennie sadar ketakutan yang sejak tadi mengganggunya ketika ia menunggu Hanbin pulang, telah terjadi.
Mereka pasti berkelahi.
Semakin kalut gadis Kim mengingat perselisihan diantara kedua saudara sepupu itu disebabkan oleh dirinya, yang sialannya memang terlihat tak tau diri.
Gemericik air dari dalam terdengar, Jennie menunggunya tepat didepan pintu kamar mandi. Setelah tiga tahun, setelah ia dan Jaebum bertunangan semua akhirnya terbongkar juga.
"Hei? kau tak apa? itu sakit? Jaebum yang melakukannya padamu?" cecarnya seketika Hanbin keluar dari dalam sana dengan handuk melingkar di pinggang.
Air masih menetes dari surai legamnya yang basah. Penampilannya terlihat lebih segar, namun bekas perkelahian itu masih menghias disana meski darahnya sudah dibersihkan olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Latens [JenBin] ✔
FanfictieIt's a choice, not a mistake. (!) read this story with dark mode, just suggest (!) alternate universe [au] (!) cliche case (!) all multimedia include in this story ©owner, not mine! (!) update only when I've a good mood ©apreelchocx,2020