24

644 104 49
                                    


'My problem was I still adored you when your hands layed on someone elses heart'

-

"Jaebum-ah, antar makanan ini kerumah Hanbin, Yoona kan sedang keluar negeri,"

"Ah ibu, dia sudah besar bisa cari makan sendiri," kata pria Lim santai tanpa beralih dari layar tv.

"Aih sudah sana kau antar saja, dia pasti belum makan. Anak itu kan sering begitu," Jaebum akhirnya bangkit dari sofa dengan gontai berjalan ke pantry.

Ia mengambil beberapa kotak makan yang sudah disiapkan sang ibu untuk adik sepupunya itu.

Sebenarnya ia hari ini sedang malas sekali juga uring-uringan sebab sudah hampir dua minggu sama sekali tak menyentuh rokoknya.

Ia mencoba menuruti permintaan Jennie yang khawatir akan kesehatannya. Perlahan Lim mencoba untuk mengurangi dan berhenti merokok.

Jangan sampai gadis Kim serius akan ancamannya, tentang dia akan pergi meninggalkannya kalau sampai tak berhenti juga merokok.

Ia jadi pusing saat hari pertama mencoba tak menyentuh lintingan nikotin itu. Mulutnya pun terasa asam dan aneh.

Yang selalunya setelah makan pasti ia akan sempatkan untuk merokok, sekarang tidak. Malah minta dikupaskan buah oleh sang ibu.

Ada bagusnya juga Jennie mengancam begitu, ia jadi lebih sehat meski kadang masih tergoda dan harus menahan keinginannya itu mati-matian.

Ini juga semua demi dirinya sendiri dan Jennie, bahaya juga kalau Jaebum sering merokok didekat gadisnya. Perokok pasif jauh lebih beresiko daripada yang aktif.

Ah benar, mumpung ia keluar  juga jadi berfikir untuk langsung menuju ke unit sang gadis setelah mengantar makanan ini pada Hanbin.

Ingin pamer pada Jennie bahwa dirinya sudah bisa menahan diri agar tak merokok selama hampir dua minggu.

Karena tak ingin berlama-lama dirumah adik sepupunya dan agar segera bisa mengunjungi gadisnya, Jaebum tak berniat memasukkan mobilnya ke halaman rumah bibinya itu.

Mobilnya sudah berhenti tepat didepan pagar. Mematikan mesin dan membawa kotak makanan itu sebelum turun.

Baru saja pintu mobil ia tutup dan mendongak dengan senyum tipis untuk melihat langit yang entah mengapa hari ini sangat indah berwarna biru bersih.

Namun hal itu tak lama, senyumnya segera meluntur kala manik Lim bergulir tanpa sengaja kearah jendela yang ia yakini itu dari dalam kamar adik sepupunya.

Kedua tangan di sisi tubuh mengepal erat, bahkan kotak makanan itu bisa pecah di genggamannya. Wajahnya merah padam tahan emosi yang siap meledak.

Mengeratkan rahangnya hingga gigi pria Lim bergemeletuk pelan saking ia menahan rasa yang bercampur dalam dirinya setengah mati.

Matanya masih sangat normal dan sehat. Tidak rabun jauh apalagi dekat, meski jarak dari luar gerbang depan ke jendela kamar Hanbin cukup jauh.

Latens [JenBin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang