'Did I make your heart beat faster than he could?'-
Sorak-sorai penonton yang mengelilingi octagon menggema penuh ditempat MMA hari ini.Mampu maniknya tangkap bahkan ada yang membawa poster untuk mendukung fighter andalan mereka.
Entah siapa lawan Kim Hanbin kali ini, yang jelas sedari tadi ia tak bisa berhenti menggigit bibir bawahnya gusar.
Jennie juga bingung apa yang tengah membuatnya cemas kali ini. Jaebum yang tadi pamit keluar sebentar sekarang sudah duduk disampingnya.
Aroma kental nikotin menguar darinya, "Sudah kubilang, berhenti merokok," kata Jennie yang dibalas dengan cengiran oleh sang pria.
"Sumpah tadi itu yang pertama untuk hari ini, pelan-pelan pasti aku bisa berhenti," ia angkat tangannya untuk mengacak pucuk kepala gadis Kim.
Mengijinkan kepalanya untuk mengangguk dan mengukir senyum tipis di ranum keringnya, ia lupa pakai lip balm sebab buru-buru tadi.
Hari ini memang Jennie tak ada kelas, sedangkan kekasihnya hanya ada satu kelas pagi tadi.
Maka hari ini mulai dari pagi sampai menjelang senja, Jennie terlelap diatas ranjangnya. Membayar kejadian semalam yang dimana matanya sama sekali tak mau terpejam.
Padahal kemarin seharian ia melakukan banyak hal. Tubuhnya lelah, ia juga mengantuk semalam. Tapi otaknya tak bisa berhenti untuk berfikir.
Mengintrospeksi dirinya sendiri, mengakui atau tidak kebenaran yang selama ini memang mengganggu fikirannya.
Komentator sudah terdengar dari pengeras suara, ia memanggil nama yang Jennie tak pernah dengar sebelumnya. Dia pasti lawannya Kim Hanbin.
Ketika bangku penonton semakin ramai dan sesak, Jaebum menarik pinggang Jennie agar merapat padanya dan tak bersentuhan dengan orang lain.
Jennie mendongak dan tersenyum berterimakasih akan sikap pedulinya. Kala nama Hanbin dipanggil, hal seperti kemarin menghantamnya lagi.
Dengar seberapa kencangnya jantung itu memompa darah keseluruh tubuhnya. Dan saat pria Kim memasuki octagon dengan sorot bengis di matanya, terasa jantungnya seperti akan meledak saat itu juga.
Jaebum dekatkan bibirnya ke telinga sang gadis, "Hanbin itu fighter kidal,"
"Lalu kenapa kalau kidal?"
Pria Lim mengutas senyum tipis, "Sebentar lagi kau akan melihatnya," ada wasit ditengah mereka sedang memberi arahan.
Kedua fighter disana mengangguk paham dan kembali ke sudut masing-masing untuk bersiap. Sekaligus diberi semangat oleh coach mereka.
Mereka kembali ketengah sudah siap dengan sarung tinjunya. Berhadapan satu sama lain, bersalaman. Lalu menunggu aba-aba wasit.
Terlihat Kim meregangkan otot-otot lehernya ke kanan dan kiri. Begitu wasit memberi perintah pertandingan dimulai, kedua fighter itu langsung siaga.
_
Hanbin melayangkan tinjunya lebih dulu, tapi sang lawan mampu menghindar. Kemudian lawannya mulai maju untuk menyerang.
Pria Kim lindungi wajahnya dengan kedua lengan kala pukulan itu mengarah ke wajahnya. Namun ketika ia lengah, ternyata itu tinjuan bertubi, hingga beberapa pukulan mengenai sisi-sisi wajahnya.
Tulang pipi dan garis rahang bawahnya agak berdenyut. Kim maju mencoba untuk menyerangnya lagi. Ia mengambil ditubuh bagian depan, menargetkan tinjunya agar menghantam perut lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Latens [JenBin] ✔
Fiksi PenggemarIt's a choice, not a mistake. (!) read this story with dark mode, just suggest (!) alternate universe [au] (!) cliche case (!) all multimedia include in this story ©owner, not mine! (!) update only when I've a good mood ©apreelchocx,2020