'I'll show you everything today, can you keep that secret?'-
Jennie luar biasa panik kala si pria menghubunginya tadi. Sebab apa? dari suaranya jelas Hanbin terdengar kesakitan.
Ia terus meminta tolong pada Jennie dengan suara lirih dan ringisan seperti menahan sakit. Sampai gadis Kim langsung tergesa menuju kerumah pria itu.
Bahkan lupa mengganti pakaian, tak peduli ia hanya kenakan sweatpant dan hoodie belel yang sering Jennie pakai dirumah, juga slipper rumahan yang menjadi alas kaki.
Tadinya ia tengah mengerjakan tugas, berkutat didepan laptopnya. Begitu mendapat panggilan yang membuatnya cemas, Jennie langsung tancap gas kerumah Hanbin.
Dengan tak sabar ia menekan bel rumah, namun setelah berkali-kali ia membunyikan bel, sama sekali tak ada jawaban atau tanda kehidupan dari dalam.
Ia jadi semakin tak karuan saat prasangka buruk menyerangnya. Jennie mencoba buka pintu utama rumah Hanbin, dan ternyata tak terkunci sama sekali.
Perlahan ia memasukinya, waspada menyisir pandangan kesekeliling. "Hanbin," panggilnya pelan.
Terdengar gemericik air dari arah dapur, ia melangkah kesana untuk pastikan keadaan disana. Begitu sampai diambangnya, Jennie mengernyit.
Kala menemukan presensi Kim Hanbin di dapur, mengenakan apron hijau neon yang sangat kontras dengan t-shirt hitamnya.
Dia terlihat baik-baik saja, tak ada yang menghawatirkan. "Hanbin!" panggilnya dengan keras.
Pria itu mengangkat kepala dan alihkan atensi dari sayuran yang tengah ia potong. "Oh, Jane? sudah sampai? kemari," kenapa ia santai sekali?
Jennie mendekatinya dengan kilat, masih pandangi heran pria Kim yang kini malah bersenandung kecil disana.
"Kau baik-baik saja?"
"Eum-heum, memangnya aku kenapa?" santai sekali, ia melirik Jennie sekilas dengan senyuman kecil tapi tak mampu menularkannya pada gadis Kim.
Ia hela nafas dengan keras, "Hah! kenapa kau bilang minta tolong seperti orang sekarat begitu sih tadi di telfon?! bikin jantungan saja!!" ia sampai memegangi dadanya saking lega tak terjadi sesuatu yang buruk pada Hanbin.
Hanbin mengernyit tak paham akan tingkah Jennie, "Baru begitu saja sudah panik, bagaimana kalau semua ini diketahui oleh hyung dan aku dipukuli sampai sekarat, kau pasti jantungan," ucapnya santai.
Wah cenayang! sebenarnya hal itu yang tadi hinggap dalam kepala Jennie setelah mendapat panggilan dari Hanbin
"Apalagi kalau dia sampai tau aku meniduri kekasihnya. Ah maksudku kekasihnya minta ditemani tidur olehku," tambahnya tak memikirkan efek samping atas kalimatnya.
Semburat merah menghias pipi gempal gadis Kim, "Meniduri?! kita tidak begitu!" sangkal gadisnya dengan kesal ia bahkan duduk di kursi pantry dengan kasar.
"Lagipula aku kan mabuk saat itu, jadi aku tak sadar sepenuhnya akan apa saja yang kulakukan dan kukatakan," tambahnya perhatikan Hanbin yang memotong sayuran dengan asal.
"Tapi aku berniat begitu," cetusan Hanbin mengalun ringan masuk kedalam rungu gadis Kim.
"Huh?" tanyanya yang masih belum paham.
"Aku memang berniat menidurimu, kau tidak mau?" ia menaikkan alis kirinya kala mengangkat wajah tatapi Jennie yang tadinya menunduk.
"A--yak!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Latens [JenBin] ✔
FanfictionIt's a choice, not a mistake. (!) read this story with dark mode, just suggest (!) alternate universe [au] (!) cliche case (!) all multimedia include in this story ©owner, not mine! (!) update only when I've a good mood ©apreelchocx,2020