'Where do you wanna go? just say the word'-
Berbeda dari Park Sooyoung yang kini duduk di bangku sebelahnya tengah memperhatikan penjelasan dosen di depan sana dengan atensi penuh.
Gadis Kim justru gelisah di posisinya, sedari tadi ia berusaha menyamankan diri dan memaksa dirinya untuk fokus dengan materi kelas hari ini.
Tapi ia tak bisa, jadi Jennie hanya mengetukkan pulpennya ke buku dengan acak. Ia bosan sekali, dan butuh udara segar sekarang juga.
Kalau otaknya kusut begini mana bisa ia memperhatikan pelajaran dengan baik. Yang ada masuk telinga kanan keluar telinga kanan lagi, mental tak mau masuk kedalam otaknya.
Ia lirik sahabatnya yang sesekali mencatat bagian penting dari penjelasan dosen. Kemudian ia melihat lembar note-nya sendiri, yang kosong hanya ada beberapa coretan acak.
Menyandarkan punggungnya kebelakang, Jennie meraih ponselnya dari dalam tas. Mengetikkan pesan lalu mengrimnya.
Tak tau pasti dimana pria itu kini, maka ia bertanya. Untung saja tak lama langsung dapat balasan.
Hanbin
Dimana?
Di kantin fakultas seni, kenapa?
Aku bosan
Kau dimana?Kelas, tapi bosan sekali
Sebentar lagi aku sampai disana, tunggu diluarJennie merekahkan senyum di bibir mungilnya. Tanpa membalasnya lagi, ia megemasi buku dan barang bawaannya kedalam tas.
Joy melirik Jennie, "Kemana?" bukannya menjawab, tapi gadis Kim hanya gendikkan kepala kearah pintu luar.
Gadis Park menghela nafasnya singkat, "Hanbin?" tanya Joy tepat sasaran, sebelum Jennie menepuk pundaknya dan berlalu dari sana.
Kapanpun, dimanapun, dan apapun yang Jennie butuhkan Kim Hanbin pasti akan selalu ada. Mereka memiliki banyak sekali kesamaan.
Apalagi soal membolos dari kelas begini, pasti kompak sekali. Kalau Jaebum tau, pasti Jennie sudah akan dibanjiri dengan petuah-petuah kebaikan demi masa depan.
Berbeda dengan Hanbin yang akan menemaninya jika kabur dari kelas seperti ini. Sekian lama ia bersama pria itu, membuatnya sadar inilah yang Jennie butuhkan sebenarnya.
Bukan hanya soal perasaan atau cinta, tapi kesamaan dalam berbagai hal. Bukan hanya merasa seperti dirumah, Hanbin terasa seperti rumah dan alam liar baginya.
Jennie mengembungkan pipi gempalnya kala otaknya mulai membanding-bandingkan Jaebum dan Hanbin lagi sekarang.
Mendongak seketika kedua pipinya dijepit ketengah, "Hmpph!" ia meronta minta dilepaskan dengan suara tak jelas.
Pelakunya hanya terkekeh geli sebab melihat pipi gempal Jennie yang terlihat semakin tembam kala dikembungkan oleh empunya begitu.
"Kenapa sih?"
Jennie yang masih merengut sekarang tambah merengut lagi. "Bosan," katanya dengan super singkat bernada ketus.
"Bolos?" Jennie mengangguk cepat sebelum mengeluarkan semua rengekannya.
"Kepalaku pusing sekali, butuh udara segar tapi didalam kelas dosen itu terus saja mengoceh, aku jadi semakin pusing,"
Hanbin tersenyum, Jennie merengek dan menggerutu di depannya begini sudah biasa terjadi, bahkan sering kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Latens [JenBin] ✔
FanfictionIt's a choice, not a mistake. (!) read this story with dark mode, just suggest (!) alternate universe [au] (!) cliche case (!) all multimedia include in this story ©owner, not mine! (!) update only when I've a good mood ©apreelchocx,2020