'Your provocative body, nothing to compare with the fake ones'-
"Separuh hidup mereka tinggal disini, jadi pola fikir orang tuaku liberal," katanya kala merebahkan diri di ranjang yang terakhir kali ia tempati saat duduk di sekolah menengah.
"Bahkan kalau mereka memergoki kita bercinta disini?" letakkan kedua ransel besar itu di samping ranjang Jennie.
"Well.., entahah, tapi patut dicoba," dengan asal menggumam seraya pejamkan matanya. Sementara si pria berkeliling ruangan itu meneliti benda yang menjadi pajangan.
Foto-foto masa kecilnya dan miniatur karakter kartun alien hijau bermata tiga yang pernah ia lihat di film Toy Story juga memenuhi buffet kecil disana.
Bisa ditebak ketika mereka memasuki rumah milik orang tua Jennie tadi, penghuninya tak ada. Jadi gadis itu melenggang masuk dan persilahkan prianya untuk mengekor.
Ini yang membuat gadis Kim tak pernah betah berada dirumahnya yang di Auckland. Sepi, tanpa kehidupan dan kehangatan keluarga.
Ayah dan ibunya punya bisnis mereka masing-masing. Jadi keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaan mereka.
Makanya gadis itu minta untuk kembali ke Seoul. Meski disana juga ia sendirian entah mengapa, Jennie lebih nyaman berada disana, rasanya seperti rumah.
Terbiasa hidup mandiri sedari kecil, jadi tinggal seorang diri di Seoul bukanlah masalah baginya.
Meski ia harus mengurus semuanya sendirian, selama ia tak dilarang melakukan apapun yang ia inginkan, maka Jennie akan senang.
Hanbin jelas paham alasan Jennie tak pernah menceritakan apapun tentang Jaebum pada orang tuanya, terutama sang ibu.
Tok! Tok!
Pintu terbuka membuat penghuninya menoleh kesana sedangkan sang empu mendudukkan diri dengan mata setengah terpejam.
Wanita bersetelan kerja ada diambang, terlihat antusias di binar matanya kala dapati putri semata wayang ada didepan mata kini.
Berlari kecil menghampiri gadis Kim yang terduduk diujung ranjang. Memberinya pelukan erat sebagai pelepasan rindu yang sekian lama ia tahan.
Bahkan ia hujani seluruh wajah Jennie dengan kecupan kilat. "Ibu...," rengek putrinya merasa malu pada pria Kim.
Maniknya berkaca-kaca kala pandang wajah bak kucing yang persis dengan miliknya itu. "Nini, I miss you," suaranya terdengar bergetar.
"Oh, miss you too mom," keduanya kembali merapat dalam pelukan hangat. Percayalah ibunya bahkan menitikkan air mata saat ini.
Hanbin tak berniat mengganggu momen pelepasan rindu Jennie dan ibunya. Jadi pria Kim hanya diam menyaksikan kejadian itu.
"Ibu, aku membawa seseorang," katanya setelah pelukan mereka terurai lagi. Surai kecoklatannya masih dibelai lembut oleh tangan sang ibu.
Barulah wanita itu menyadari bahwa tak hanya ada mereka berdua didalam kamar Jennie. Hanbin yang merasa keberadaannya sudah disadari, segera membungkuk sopan.
"Annyeonghaseyo, aku Kim Hanbin; teman kampusnya Jennie,"
Sang ibu menegakkan tubuh yang tadinya merunduk saat memeluk Jennie dengan posisi duduk. Tersenyum ramah membalas sapaan kawan dari gadis Kim.
"Aku mengajak Hanbin agar bisa jalan-jalan dan tak kesepian disini," keluh Jennie jujur.
Dekati Hanbin dan mengajaknya bersalaman, "Sukurlah Jennie jadi ada teman, semoga kau betah disini. Oh iya, Son Naeun, ibunya Nini,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Latens [JenBin] ✔
FanfictionIt's a choice, not a mistake. (!) read this story with dark mode, just suggest (!) alternate universe [au] (!) cliche case (!) all multimedia include in this story ©owner, not mine! (!) update only when I've a good mood ©apreelchocx,2020