"Tak terfikirku untuk curiga, bahkan pada langit mendung sekalipun"
***
Tik!
Tik!
Tik!Suara tetesan air yang mengenai lantai berlapiskan kayu tebal dilantai dua ini kentara sekali terdengar. Suara tetesan air terdengar bersamaan dengan langkah tergesa-gesa dua anak manusia yang saat ini diliputi beragam emosi.
Satu penuh dengan amarah, dan satu lainnya penuh dengan kebingungan. Lini dan Nuca berjalan bersisian dengan tangan Lini yang tak sedikitpun dilepas oleh Nuca. Sehingga mau tidak mau, Lini harus ikut jika tak ingin tangannya memerah karena tarikan keras Nuca.
Tadi ketika ia melihat Nuca berdiri dengan raut tegas dan suara yang dalam, juga dengan tangan menopang di pinggang, Ia dapat melihat bola mata Nuca seakan ingin keluar dari rongganya ketika Nuca melotot garang.
Ketika kata-kata 'Kamu keluar sendiri atau aku yang seret kamu keluar' terdengar dari bibir Nuca, Lini tau bahwa Nuca tidak senang Lini ada di kolam tersebut.
Tiba-tiba saja ketika Nuca dan Lini berhadapan, Nuca segera menarik Lini dengan cepat ke sudut ruangan, dan memakaikan hoodie yang Lini tinggalkan bersamaan dengan perlengkapan lainnya. Yang kemudian membuat hoodie
Lini setengah paha basah karena baju renangnya.Tak lama berselang, kembali Nuca meraih tas perlengkapan Lini, memasukkan barang-barangnya dan segera menyentak tangan Lini maju untuk segera mengikutinya.
"Kamu tau gak, yang kamu lakukan tadi. Fikiranmu diletakkan dimana sih, Lin..?" Ujar Nuca membuka obrolan ketika mereka telah sampai di sayap kiri gedung, tepat di ruang tamu lantai dua yang saat ini lumayan sepi.
Lini heran, bukannya semalam, para lelaki yang ada di villa ini sepakat untuk berkeliling dan menghabiskan waktu sampai sore diluar, yang artinya Nuca harusnya di luar bersama mereka. Bukannya berdiam diri di Villa ini.
Lini menatap Nuca dengan kerutan di kepalanya, "kamu yang aneh. Kalian kan lagi ada agenda pagi ini, kok tiba-tiba muncul di kolam atas..?"
"Aku sakit. Gak enak badan, gara-gara kecebur kemarin. Tadi aku tanya-tanya ke anak-anak yang ada di lantai satu, katanya kalian ke atas." Ujar Nuca menahan nafas.
Namun tak bertahan lama, Nuca terlihat mengutukkan dagunya kesal, "Dan bagus! Yang aku lihat tadi benar-benar diluar ekspektasi."
"Ngapain kamu pakai baju renang yang cuman nutupin atas sama bawah. Gak ada baju lebih bagus apa.?" Sambung Nuca.
Ternyata omelannya yang panjang lebar masih berlanjut. Lini menelisik Nuca dengan kesal. "Apa salahnya sih, Nuc. Lagian kami cuma perempuan semua, aku juga gak ada niatan buat umbar-umbar gak jelas gitu.!"
Nuca kesal dan menyisir rambutnya dengan tangan sebelah kiri dan tangan kanan menopang pinggang, dan ia menarik rambutnya frustasi, "Jadi maksud kamu, Kendra adalah perempuan?. Dia laki - laki Lin. Laki-Laki. Dan lelaki memiliki nafsu. Masa iya kamu tidak paham.!"
Mata Lini menyipit dan geram. "Lelaki yang kamu maksud adalah seorang lelaki yang 80% perempuan dan 20% Laki-laki."
"Yang artinya, hanya kemaluan dan brewoknya saja yang membuktikan ia lelaki, yang lainnya tetap saja Lapisannya perempuan.!" Ujar Lini kesal.
Lini menatap Nuca lama ketika Nuca tak berkata sedikitpun. Lini yakin pasti Nuca kehabisan kata-katanya.
"Tapi teta-" Ucapan Nuca terputus dengan intrupsi Lini.
"-Oke. Aku tau sekarang. Kamu cemburu kan.! No. Kamu gak boleh ngelak, kamu emang cemburu. Fix kamu cemburu." Lini bersikeras. Entah kenapa kekesalannya tadi menguap. Ia merasa Nuca sudah ketangkap basah.
"Enggak. Aku gak cemburu. Dan aku gak ada rasa cemburu sedikitpun.!" Ternyata Nuca masih emosi, terdengar dari nada bicaranya yang berubah datar namun gengsi.
Lini tersenyum lebar, sehingga lesung pipinya terlihat. "Yasudah iya, Aku percaya kok. Percaya banget."
"Jadi mau kamu sekarang apa.?" Ujar Lini seraya meraba pelipis Nuca yang mengeluarkan keringat dingin sedari tadi. Dan Lini menyadari Nuca memang sedang tidak enak badan.
"Aku mau kamu masakin, apa aja, yang penting masakan kamu." Ini Lini kaget, ketika Nuca bersuara dengan nada manja dan itu sangat menggemaskan.
"Oke, tapi aku ganti baju dulu ya, aku gak mungkin pake baju begini keliling Villa." Lini menarik jemari Nuca dan menuntun Nuca untuk duduk.
"Aku gak lama, setelah ini kita langsung ke dapur ya, aku masakin kamu." Ujar Lini mengelus pelipis Nuca dengan sayang dan berjalan meninggalkan Nuca untuk berganti pakaian.
***
Tadi ketika Nuca mendengar perkataan anak-anak dilantai satu, ia merasa telinga dan matanya panas. Bagaimana tidak, ketika ia melihat dengan jelas, Lini yang tengah berada di kolam renang, bersisian dengan lelaki yang ia kenali sebagai Kendra, sedang tertawa dan terlihat dekat.
Dengan pakaian Lini yang minim, memperlihatkan leher jenjang dan kulit mulusnya, membuat Nuca berang. Nuca merasa kesal selain pakaian Lini juga kedekatan ia dengan lelaki itu.
Namun kekesalan Nuca berkurang ketika ia tau bahwa Kendra adalah lelaki dominan perempuan. Setidaknya bukan Kendra lelaki pertama yang menikmati keindahan tubuh Lini, tetapi Nuca.
Aw!
Kepala Nuca tertepuk sesuatu, ternyata Lini menepuk kepalanya tadi. "Mikirin apasih! Pasti yang jorok-jorok ya. Kenapa sambil senyam senyum.!"
"Enggak, tadi cuman mikirin kamu. Kamu pakai Bikini, sexy juga." Nuca tertawa keras, yang dihadiahi hentakan kaki Lini dengan keras.
"Ih! Yaudah, sana masak sendiri. Bodo amat!"
"Lin! Please. Jangan gitu dong Lin, aku bercanda. Demi Tuhan, Lin!"
"Bodo amat!"
Nuca segera mengejar Lini yang menuju ke dapur dengan cepat. Bisa gawat kalau Lini masak seraya marah. Bisa asin semua makanannya nanti. Nuca tidak bisa bayangin seperti apa jadinya.
***
"Yang kubutuhkan kepercayaanmu. Kau harus percaya, kemanapun ku melangkah, tak ada niatanku untuk berpaling sedikitpun, Demi Tuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatiku Dikamu
FanfictionRaja Giannuca, sosok yang tidak akan pernah dilupakan oleh Mahalini Raharja. Sekeras apapun Nuca mempertahankan ego nya tetap saja Lini cinta. Tapi, apakah Lini akan sanggup memperjuangkan Cinta nya untuk Nuca ketika penolakan tak kasat mata sering...