Prolog - Hatiku Dikamu

2.5K 108 3
                                    

Ruangan serba putih itu diisi oleh 2 anggota keluarga yang tengah berdiskusi sangat serius. Kedua belah pihak seakan menikmati pertemuan tersebut. Nuca, lelaki yang tengah menjadi topik pembicaraan hanya mengamati dalam diamnya. Lalu seseorang mengintrupsi percakapan disitu mereka.

"Hmm, mau sampai kapan kalian saling serang seperti itu..?" Ucap Rahma, seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik diumur yang tidak muda lagi ini. Ia adalah wanita berharga di hidup Nuca, Ibunya.

Rahma kembali menambahkan, "Mau kalian bilang seperti apapun juga, keputusan tetap ada ditangannya Nuca dan Mahalini, kalian gak bisa seenaknya mengatur." Rahma melirik Mahalini.

"Lini, kamu setuju sayang, dengan perjodohan ini..?" Lini mendongak dan menatap Rahma penuh arti, ia mengalami pergejolakan batin. Apapun jawabannya adalah hal yang dinantikan semua orang di ruangan ini.

Ia pandangi kedua orangtuanya, orangtua Nuca, dan Nuca, yang sejak awal pembicaraan menjadi sangat diam. 'Apa ia tidak setuju.?' Lini membatin.

"Aku terserah sama Nuca, apapun keputusan Nuca, aku ikuti..", pasrah. Lini pasrah apapun keputusan pujaan hatinya.

Tidak, mereka bukan pasangan. Hubungan diantara mereka murni hubungan antar dua orang biasa, tapi yang membuatnya rumit ialah, Mahalini yang sangat mencintai Nuca dalam diam nya.

Hembusan lembut nafas orang di depan Lini, membuat ia melihat seseorang tersebut dan memusatkan pandangan kepada Ia. Itu Nuca.

"Saya terima apapun keinginan kalian, semua ini untuk kebaikan keluarga kita dan untuk mempererat hubungan keluarga kita, lantas mengapa saya mesti menolaknya. Lagi pula Lini adalah sahabat saya, tidak ada salahnya kami mendekatkan diri kan." Nuca berucap seakan mengakhiri perbincangan dua keluarga tersebut.

Nimas, Ibu Mahalini, menyungingkan senyum sumringah. Namun ia seperti memikirkan suatu hal, Ia melihat Nuca dan Mahalini dalam senyumnya.

"Untuk sementara, selama aku dan Mas Danu pergi ke Aceh untuk urusan pekerjaan beliau, bagaimana kalau rumah kalian yang diseberang sana, ditempati oleh Lini, yaa supaya mereka mudah mengakrabkan diri. Bagaimana." Nimas menepuk tangannya gemas. Ia tidak sabar akan rencananya tersebut.

Ehmm. Itu suara Devan. Ayah Nuca. Beliau tersenyum dan melirik kearah Nimas dan Danu. Ia berkata, "Mengapa Mahalini tidak tinggal disini saja..? Kamu kira dirumahku tidak ada kamar kosong apa..?"

Devan kemudian mendelik dan sewot melihat kearah Danu, yang disambut senyum geli oleh Danu.

"Dan gak lama setelah itu kita bakalan nimbang cucu..? Begitu maksud kamu..?", Ia tergelak dengan geli, akan ucapkan sahabat kecilnya itu. Membuat tertawaan tersebut diikuti oleh orang-orang diruangan tersebut.

"Yasudah, keputusan juga di Lini, mau bagaimana. Aku malahan berharap Lini disini, kalau Nuca itu patung, mau diajak masak-masak juga dia lempeng aja, malesin.." Rahma menyeletuk, yang membuat Lini tersenyum kecil.

"Tapi bagaimanapun, mereka saat ini tengah menjalankan studi, tidak akan efektif kalau mereka satu rumah, apalagi kalau sewaktu-waktu teman mereka datang, pasti mereka tidak mau privasi nya terganggu, bukan..?" Ucap Danu.

Hal itu di angguki oleh mereka lainnya. Hingga menjadi Final diantara mereka, dengan Mahalini tinggal di tempat baru yang mengharuskan mereka beradabtasi. Terkadang sesekali ia merasa takut, takut akan sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, yakni penolakan. Namun ia mengabaikan hal itu. Semoga ia sanggup dan bisa meruntuhkan si dingin Nuca dengan sekuat tenaga.

                          ****

Hatiku DikamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang