"Bagiku kaulah terindah"
***
Tengah hari yang terik, membuat beberapa manusia dibawah teduhnya pohon merapat. Saat ini, syuting untuk Film pendek yang berjudul "Langkah Teduh" sudah berlangsung sebanyak lima puluh persen.
Yap. Syuting yang diperkirakan akan memakan waktu banyak, ternyata sangat cepat mereka kuasai. Perkiraan Nuca, syuting ini akan berlanjut sampai keesokan harinya. Namun ternyata cuaca berpihak pada mereka semua.
Dibawah pohon rindang itu, Lini berdiri dempet kearah kiri. Kemana Nuca pergi ia harus ikuti. Untuk diingat, Lini adalah asisten pribadi sekaligus asisten sutradara di Film ini. Jadi apapun arahan Nuca kepada Lini tak lepas dari pantauannya langsung.
Setelah kejadian semalam, Lini sedikitpun tak nafsu makan. Semalaman ia merasa perutnya seperti digerogoti kupu-kupu, bahkan ribuan kupu-kupu.
Nuca Sialan!.
Kapan sih dia bisa membuat Lini tidak jantungan. Sekali aja.Jarak lima meter membuat Lini dapat melihat Nuca memberikan arahan kepada Lucky. Pemeran utama dalam Film ini. Ia berperan sebagai anak desa yang memiliki tekad yang kuat untuk bisa berkuliah di kota, yang mana perjuangannya tak hanya untuk meraih gelar sarjana, namun juga untuk membuktikan pada semua orang dikampungnya, bahwa anak petani juga bisa menjadi Menteri Indonesia.
Dalam Film ini selain Lucky, ada Kayla yang berperan sebagai ibu dari Lucky dan Alex sebagai ayahnya. Film ini hanya memakai tiga latar tempat, yakni sawah, rumah, dan sekolah. Dan sampai jam sebelas siang ini, dua latar tempat dengan dua belas adegan di lakukan. Yang artinya masih ada satu latar tempat dengan delapan adegan yang akan di laksanakan siang nanti ataupun menjelang malam.
Sudah prinsip Nuca, bahwa malam adalah istirahat bagi para kru yang bertugas, dan apabila seharian tidak selesai maka dilanjutkan keesokkan harinya.
***
Nuca memperhatikan riasan diwajah Kayla. Ia dibuat seperti wanita berumur empat puluh tahunan dengan pakaian yang lusuh dan kusam. Kayla dipilih bukan karena ia mirip seperti ibu-ibu, namun perawakannya yang kurus, dan juga tinggi membuatnya cocok memerankan karakter ini.
Tangan Nuca terangkat untuk menghapus jejak keringat di pelipis Kayla yang meninggalkan garis kehitaman dari riasan yang dipakai. Hal itu tak luput dari mata Lini yang menyipit memperhatikan itu. Disana, Kayla dengan kurang ajar nya tersipu.
Sialan!..
Padahal, Lucky dan Alex jelas jelas ada disekitaran mereka. Namun hal itu membuat Lini sangat kesal. Kenapa juga Nuca mesti menyeka keringat Kayla dengan ujung Hoodienya. Rasanya Lini ingin menggigit tangan Nuca.
Aw!
Cubitan dilengan Lini membuatnya tersadar. Yuna berdiri seraya memperlihatkan senyum tengilnya. "Lin, bisa nih satu scene lagi sebelum makan siang. Scene pas Lucky diskusi gitu sama Ortunya. Lu samperin Nuca gih, bilangin."
'Senyum Lini. Di lap-in keringet sama Nuca ga ada apa-apanya, dibanding ciuman semalem.'
Okay. Dan Lini sudah mulai gila. Ia tersenyum geli sendiri, untungnya Yuna sudah pergi. Dengan kepala berpaling kedepan, segera Lini menghampiri Nuca dan mencoba biasa saja, -kembali. Sama seperti ketika dari pagi tadi mereka bekerja sama untuk kesuksesan Film ini. Bukankah kita mesti meninggalkan masalah pribadi demi sebuah profesionalitas.
***
Peluh di pelipis Nuca mengalir dengan pelan. Terik matahari siang tadi nyatanya meninggalkan bekas di baju yang ia pakai. Saat ini menjelang sore, semua kru film membereskan perlengkapan syuting. Syuting telah selesai sembilan puluh persen, tinggal sisanya, para Cameraman merekam footage-footage sekitaran Villa sebagai cadangan agar film pendek mencapai syarat maksimal.
Saat ini, dengan baju yang tidak berganti dari pagi, para kru, panitia dan anggota lainnya tengah memakan makan malam mereka yang lumayan cepat. Euphoria kesenangan akan selesai nya film ini berjalan dengan ceria. Begitu juga Lini yang saat ini merasakan lega yang luar biasa.
Bagaimana tidak?
Kelegaan Lini sangat beralasan. Sedari pagi saat berjumpa dengan Nuca, jantungnya tidak berhenti berdegub. Walaupun semalam Nuca secara gamblang menyatakan kepemilikannya pada Lini, namun tetap saja di depan orang ramai, ia cuek.Tidak salah memang, Nuca bersikap profesional tanpa mau memihak atau keliatan dekat berlebihan dengan siapapun.
Mereka semua berkumpul di kolam renang villa. Beberapa dari mereka berinisiatif merayakan kesuksesan syuting dengan berenang dan makan. Maka dari itu satupun diantara mereka tidak ada yang diperbolehkan mandi, apalagi berhias diri.
"Satu.."
"Dua.."
"Tiga.."
Sekitaran sepuluh orang dari mereka bertanding untuk minum soda terbanyak sekali teguk, dan Nuca juga ada disitu. Lini tak habis fikir, apa Nuca tak ada lelah nya seharian disibukkan dengan kegiatan syuting."Lu kalah Nuc. Yang kalah mesti milih satu orang buat dilempar ke kolam." Ujar Yudi.
Malam ini, tak ada batasan diantara mereka. Mulai malam ini sampai dua malam kedepan adalah kebebasan mereka semua.
Nuca gelagapan, antara lelah dan pusing dengan kebisingan mereka yang sedari tadi menyorakinya. Ketika melihat Lini berdiri tak jauh darinya, segera Nuca menceburkan Lini ke kolam yang setinggi 150 cm.
Lini tak siap, kaget namun semuanya buyar saat pandangannya dipenuhi air dan ia tersedak. Segera ia kuasai diri dan ingin memaki orang yang telah mendorongnya dengan kencang tadi. 'Dasar! Tidak ada perasaan sama sekali.' Rutuk Lini dalam hati.
Setelah bisa menguasai diri, ia beralih ke sudut kolam yang memiliki tangga keramik. Air sedalam ini membuat Lini susah mencapainya. Namun saat ia hendak naik ke daratan, sebuah suara tercebur mengagetkan Lini, dan satu hal lain yang sangat amat mencengangkan adalah, ada dua lengan melingkari badan Lini dari belakang. Lini tak bergerak, ia niat menyikut namun kaku.
"Sial!" Ucapan seseorang yang jauh dari mereka dibarengi dengan suara kaget dan terkesiap lainnya, menambah panik diri Lini.
"Sekarang kamu diam, dan jalan kedepan pelan-pelan. Aku gak mau orang-orang melihat kamu setengah telanjang."
Itu Nuca!.
Alarm diotak Lini segera merespon bahwa suara serak itu milik Nuca. Dan apa tadi katanya? Setengah telanjang!.
Otak Lini memutar tentang apa yang ia pakai sedari tadi. Sial! Tadi saat selesai syuting ia melepas cardigan berwarna coklat yang melapisi kaos lengan pendek berwarna putih miliknya.
Kejadian tercebur ke kolam adalah hal terakhir yang ia fikirkan. Makanya ia sedikitpun tidak ingat tentang baju transparan ini. Ia lupa bahwa kaos putih ini adalah baju dalamannya. Double sial.
"Sekarang jalan dengan pelan sesuai intruksi dariku." Ujar Nuca yang memeluk Lini erat. Lini bisa merasakan dada keras dan bidang Nuca yang menghantarkan gelenyar aneh diseluruh tubuhnya. Namun satu yang pasti. Suatu hal yang aneh namun Lini senangi adalah, Nuca mengubah panggilan mereka menjadi Aku-Kamu.
***
"Selain rasa cinta, rasa benci juga harus ada diantara kita, agar kita bisa paham bahwa rasa saling mengerti adalah tujuan utama dalam hubungan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatiku Dikamu
Fiksi PenggemarRaja Giannuca, sosok yang tidak akan pernah dilupakan oleh Mahalini Raharja. Sekeras apapun Nuca mempertahankan ego nya tetap saja Lini cinta. Tapi, apakah Lini akan sanggup memperjuangkan Cinta nya untuk Nuca ketika penolakan tak kasat mata sering...