"I just wanna look good for you"
***
Lini dan Nuca saat ini tengah dalam keadaan sangat lelah. Bagaimana tidak, sepulangnya mereka dari restoran tadi, Tiba-tiba saja Nuca mengajak Lini nonton Film, dan berbelanja. Entah apa yang ada di benak Nuca, apakah tidak ada kata lelah ditubuhnya.
Seperti saat ini, Lini dan Nuca bersisian duduk di ruang tamu kediaman Lini. Mereka sampai kerumah menjelang jam sepuluh malam, dan keadaan rumah yang sepi menyambut kepulangan mereka.
Lini segera menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Bagaimanapun jika badannya telah bersih, pasti fikirannyapun akan jernih.
"Lin. Mandi bareng, mau ngak?" Ujar Nuca dengan senyum jahil diwajah lelahnya
Lini membelalakkan matanya dengan kaget, 'apa-apaan' batinnya. Walaupun sudah tidur bareng, bukan berarti Lini tidak malu untuk buka-bukaan didepan Nuca.
"Mandi aja sama Tikus, sana!" Ujar Lini segera membalikkan badannya.
Segera ia masuk kekamar dan membanting pintu kesal. Dapat didengarnya ketawa puas Nuca telah menggodanya.
Lini segera menanggalkan pakaian yang ia kenakan. Rencananya ia akan berendam didalam bathup. Ia ingin menetralisir hawa-hawa negatif yang bertumpuk di badannya.
***
Lini selesai dengan acara bersih-bersihnya. Piyama bermotif bunga tulip menghiasi tubuhnya. Tepat setelah ia menutup pintu kamar, ia melihat Nuca namun dengan pakaian yang sudah rapi. Sepertinya Lini berendam terlalu lama, ia tersenyum geli sendiri.
Nuca duduk diatas sofa tengah menelepon seseorang. Wajah tersenyumnya tadi berubah, berganti dengan wajah penasaran yang seketika melonjak. Nuca terkesan sangat asyik ketika beradu bicara dengan seseorang itu.
Bhuk!
Lini sengaja menghempaskan tubuhnya dengan kuat ke sofa. Berharap bahwa Nuca akan sedikit mengalihkan perhatian padanya. Saat ini tepat tengah malam, dan mana ada klien atau seorang penting yang menelponnya semalam ini.
Nuca menatap Lini dengan tatapan tajam dan intens. Ia benci ketika Lini melakukan 'sedikit' kekerasan pada tubuhnya sendiri. Menghempaskan tubuh contohnya.
"Sudah dulu ya, Love you Bund." Ujar Nuca
'Oh. Ternyata ia tengah bercengkrama dengan Bunda.' Lini membatin.
Lini menatap Nuca dengan alis terangkat, seakan menanyakan apa saja pembicaraan mereka. Lini tak terlalu penasaran, namun apa salahnya mencoba peduli terhadap calon mertua.
"Bunda tadi bilang, mereka beberapa hari lagi akan pulang. Masih ada beberapa masalah yang mesti mereka selesaikan." Ujar Nuca seraya meletakkan handphone nya
"Eum.. kira-kira mama papa juga lama masih ya pulangnya?" Pertanyaan Lini seketika membuat Nuca menatapnya lama.
"Kenapa kamu tanya gitu? Emangnya kamu udah gak betah disini, sama aku?" Ujar Nuca
Lini mengalihkan tatapannya kepada Nuca. Terlihat Nuca menatapnya seraya mengetatkan rahangnya. Sepertinya, ia telah salah berbicara.
"Sayang. Maksudnya bukan begitu. Hanya saja, selama kemarin di Bogor, aku selalu dapat pesan singkat dari mama papa, gak pernah telponan." Ujar Lini seraya mengelus rahang Nuca lembut.
Lini melanjutkan, "menurut aku, sepertinya di Aceh sering ada gangguan jaringan. Apalagi kan, mama papa itu di pelosok visitnya, pasti susah. Aku hanya rindu suara mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatiku Dikamu
FanfictionRaja Giannuca, sosok yang tidak akan pernah dilupakan oleh Mahalini Raharja. Sekeras apapun Nuca mempertahankan ego nya tetap saja Lini cinta. Tapi, apakah Lini akan sanggup memperjuangkan Cinta nya untuk Nuca ketika penolakan tak kasat mata sering...