"You are Mine from now, 'till forever"
***
Malam kian larut ketika Lini dan Nuca sampai dikediaman keduanya. Rasanya Lini sangat amat merindukan kamarnya yang nyaman, meskipun sendirian tapi ia merasa aman, karena sang pujaan hati ada di dekatnya.
Nuca membuka pintu rumah yang ditempati Lini dan menyilahkan Lini masuk. Saat ini, tepat pukul 10.00 WIB mereka sampai rumah, karena Nuca harus memastikan seluruh teman-temannya diantar dengan selamat sampai tujuan tanpa kurang satu apapun.
Lini menghempaskan tubuhnya di sofa, tepat setelah Nuca menyalakan lampu utama ruangan tersebut. Selama ditinggali, ternyata asisten rumah tangganya bekerja cukup baik, dengan rapinya tempat tersebut.
Lini mengedarkan pandangannya dengan lambat, menyadari bahwa meja dapur terlihat bersih tak ada makanan apapun, dan Lini memang belum memberitahukan kepulangan mereka kepada para asisten rumah tangga.
Melihat Nuca yang langsung berbaring disampingnya, setelah membuka sepatu, Lini berinisiatif memasak sesuatu kedapur, karena ia lapar dan ingin membuat makanan ringan yang dapat dikonsumsi tengah malam begini.
Dan tak pernah mengecewakan, kulkas terisi full, meskipun Lini tidak ada di rumah. Didalam kulkas, Lini melihat banyaknya telur dan beberapa jenis bahan masakan lainnya, dan ia memutuskan untuk membuat omlete dan pasta. Memang penggabungan yang aneh namun ia yakin, pasti kedua makanan itu nantinya akan habis mereka konsumsi.
Lini menyibak lengan baju yang ia pakai dan mengikat tinggi rambut legamnya, ia mulai mencuci tangannya dan meracik bumbu untuk memasak pasta. Ia harap tak ada kegagalan dalam memasak ini, karena memasak pasta bukan hal yang sulit.
Saat sedang asyik memasak, Lini merasakan hawa panas dibalik punggungnya, dan tak lama, dua tangan melingkari pinggulnya. Itu Nuca.
"Astaga, Nuc. Hampir aku teriak!" Ujarnya serasa menepuk gemas lengan Nuca.
Nuca hanya memberikan senyum lebarnya dengan mata setengah tertutup, ia mengantuk. Tadi saat merasakan Lini tak ada didekatnya, ia segera memutar pandangan dan mendapati Lini yang dalam penampilan lelah masih semangat mengobrak-abrik dapur. Tipekal istri idaman.
Nuca mendempetkan tubuhnya dengan Lini dan memeluknya erat. Tubu mereka seakan menempel tak bersekat. Ia merasa nyaman dan rasanya ingin bergelung tidur dengan keadaan berdiri seperti ini.
"Lin, tidur yuk. Udah ngantuk banget aku." Ujar Nuca merengek, yang terdengar geli di telinga Lini
Lini memutar kepalanya, memandang Nuca yang menyenderkan wajah di bahunya dan merasakan nafas hangat Nuca menerpa leher kanannya. "Enak aja. Terus nanti aku kelaparan gitu?"
"Bentar lagi juga beres. Kamu duduk aja di sofa dulu, nanti aku nyusul." Ujar Lini segera melepaskan pelukan Nuca dengan paksa, ia tak ingin lebih lama lagi menyelesaikan masakannya.
Nuca mencebik kesal, ia segera berbalik dan menghentakkan kakinya menimbulkan suara. Lini yang mendengarkannya tertawa geli. Makin hari makin keliatan sikap anehnya.
***
Lini melihat Nuca menyalakan Televisi diruang tengah dan sudah stand by dengan posisi setengah berbaring dengan memeluk toples berisi keripik kentang. Sofa bed yang ia duduki, juga berisi selimut tebal yang kemungkinan Nuca ambil dari kamarnya Lini.
Merasa bahwa Nuca masih marah terhadapnya, Lini segera meraih keripik kentang Nuca dan segera berdiri dihadapan Nuca, ia berinisiatif untuk duduk dipelukan Nuca, menggantikan toples tadi, dan Nuca mengerti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatiku Dikamu
FanfictionRaja Giannuca, sosok yang tidak akan pernah dilupakan oleh Mahalini Raharja. Sekeras apapun Nuca mempertahankan ego nya tetap saja Lini cinta. Tapi, apakah Lini akan sanggup memperjuangkan Cinta nya untuk Nuca ketika penolakan tak kasat mata sering...