"Aku yang beruntung mendapatkanmu, atau semesta yang terlalu baik sehingga 'ia' hadiahkan ku, kamu."
***
Lini menjadi panitia. Itu semua membuatnya tak menyangka. Kenapa bisa.? Padahal kenal temannya yang lain pun hanya sekedar nama saja, tidak ada pendekatan yang berarti. Tapi hal tersebut cukup membuat Lini senang, biarpun mereka selama tiga hari menjadi satu Tim yang penting, namun itu semua membuat memori baru di ingatan Lini.
Begitu juga seperti saat ini. Bus kedua di peruntukkan untuk para panitia. Wahyu sebagai ketua unit merangkap sebagai ketua panitia, dan Yuna duduk berdampingan. Tak salah, mereka memiliki hubungan.
Dan Lini. Sebagai asistennya Nuca, ia juga sebagai panitia. Tapi bukan panitia inti, hanya membantu apabila diperlukan. Dan harus digarisbawahi, ia di daulat langsung oleh makhluk Dingin bin cuek untuk menjadi asistennya selama di Bogor. Perasaan Lini bercampur antara senang atau kesal.
Saat ini, Lini duduk berdua dengan Nuca di tempat duduk dua sisi dibelakang, sedangkan bangku dengan empat sisi paling ujung belakang, sudah terisi dengan perlengkapan syuting, yang memang tidak diperbolehkan diletakkan di bagasi Bus.
Lini menatap Nuca yang matanya sayup sayup menutup, menandakan Nuca sangat amat mengantuk. Perjalanan satu jam membuat mereka semua memiliki waktu istirahat sebelum nantinya sampai ke tujuan.
Lini berinisiatif meletakkan kepala Nuca ke pahanya dan mengalaskan kepala Nuca dengan selimut tebal yang ada di dalam bus ini. Langsung saja Nuca mencari posisi ternyamannya dengan menyenderkan secara penuh kepalanya disana.
Lini yang merasa mengantuk juga segera menyenderkan kepala di punggung Nuca, sehingga hal tersebut membuat mereka saling nyaman di perjalanan berkilo meter ini. Sungguh pemandangan yang indah.
***
Tuk'
Aduh!
Nyeri terasa di kepala Nuca. Itu dahi Lini terkena kepalanya ketika ia mengangkatnya tadi. Dilihatnya Lini yang dengan mata setengah menyipit sedang mengusap kepalanya. Terlihat menggemaskan di mata Nuca.Lalu mata Nuca beralih ke sekelilingnya dan melihat ada beberapa selimut milik bus ini yang di tumpuk menjadi bantal. Entah mengapa tiba-tiba perasaan Nuca menjadi menghangat. Lini sepeka itu kepadanya.
Nuca merasa seseorang memperhatikannya dan itu Lini. Lini menatapnya kesal dan itu membuat Nuca geli bercampur bersalah. Segera saja ia mengambil selimut selimut itu dan melipatnya pelan. Tentu saja Nuca salah tingkah.
"Kamu sih, ngapain coba bangun tiba-tiba. Kan aku kaget!" Mata Lini melotot marah tapi gemas menurut Nuca.
"Jangan salahin saya, salahin pak kemal, dia yang lewatin polisi tidur tanpa rem." Ujar Nuca seraya menyentil dahi Lini, dan Nuca menahan senyum sampai bibirnya agak berkedut ketika melihat Lini menggaruk kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatiku Dikamu
FanfictionRaja Giannuca, sosok yang tidak akan pernah dilupakan oleh Mahalini Raharja. Sekeras apapun Nuca mempertahankan ego nya tetap saja Lini cinta. Tapi, apakah Lini akan sanggup memperjuangkan Cinta nya untuk Nuca ketika penolakan tak kasat mata sering...