"Jika aku diberikan satu kesempatan di kehidupan nanti. Kan kuminta kesempatan mengenalmu lebih cepat lagi "
***
Lini bangun dari berbaringnya dan berjalan kesudut kolam renang, yakni Gazebo tempat mereka menyimpan barang-barang yang kering. Kemudian, Lini membuka pakaiannya sehingga menyisakan pakaian renang minim bewarna coklat muda itu. Langsung saja ia menceburkan diri kedalam kolam dan berenang dengan pelan.
Nuca yang melihat Lini berenang, tak langsung mengikuti, namun ia memperhatikan dari tempatnya berbaring, kekasihnya yang tengah asyik mendinginkan tubuh ditengah terik ini. Jarang-jarang ada perempuan yang tak takut terik matahari, biasanya mereka berlindung dibalik tebalnya dinding. Lininya berbeda.
"Nuc. Ayo dong. Katanya mau berenang!" Ujar Lini dengan memercikan air yang menyadarkan Nuca. Lini menyiraminya dengan pelan. Hal itu membuatnya tersenyum kecil.
"Iya, tunggu sebentar." Ujar Nuca seraya berjalan ke Gazebo dan membuka celananya dan kaos yang melekat dibadannya, hingga menyisakan celana renang bewarna hitam.
Segera ia menceburkan diri, dan berenang bolak-balik dengan pelan. Lini memperhatikan dan mengikuti arah berenang Nuca. Mereka kemudian menghabiskan waktu dengan berenang menikmati waktu luang yang sedikit ini. Karena tak bantak waktu yang dapat mereka gunakan ketika bersama kecuali dirumah.
Nuca menghela nafas dalam. Ia terengah-engah ketika berenang cukup lama. Disudut kolam yang teduh, Lini berendam. Keliatannya Lini sudah lelah berenang. Segera ia mendekati Lini dan memeluknya dari belakang. Hal itu membuat Lini tersenyum dan membalas pelukan Nuca dengan membalikkan badan berhadapan.
"Coba tebak. Minuman apa yang enak diminum bareng kamu di panas terik gini?" Ujar Lini dengan mata jahilnya.
Lini memperhatikan, dagu Nuca yang lumayan kasar. Terlihat bulu-bulu halus yang tumbuh di atas bibir dan di dagu lumayan banyak, itu membuat geli ketika Nuca tak sengaja menggesekkan wajahnya dikulit Lini.
"Gak tau. Apa memangnya?" Ujar Nuca memejamkan mata ketika Lini mengelus lembut dagunya. Ia akui, dirinya senang di manja begini.
"Jus." Ujar Lini tersenyum lebar.
Nuca mengernyitkan dahinya. Tanda ia bingung akan jawaban Lini. Dan itu membuat Nuca semakin tampan, menurur Lini. Apalagi dengan bakal jenggot dan kumisnya, semakin membuat Lini gemas.
"I Jus(t) Wanna be With You." Ujar Lini seraya menggigit dagu Nuca gemas. Hal tersebut membuat Nuca kaget. Ditambah lagi, Lini segera berpaling dan berenang menjauhinya. Membuat Nuca segera menarik Lini.
Jujur saja, penampilan seksi Lini yang memakai pakaian minim itu membuatnya amat sangat bergairah. Ia tak ingin jauh-jauh dari Lini. Namun kebersamaan mereka juga membuatnya tersiksa. 'Nuca sialan' batinnya menjerit karena ia seperti remaja belasan tahun yang baru mengenal perempuan.
Segera ia memerangkap Lini, dan menjepit kedua pipi Lini dengan tangan kirinya, dan tangan kanannya yang memeluk pinggang Lini erat. Segera ia mencium gemas bibir Lini, membuat Lini kewalahan dengan apa yang Nuca lakukan. Jujur saja ia kesal akan perlakuan Nuca karena ia susah bernafas. Namun Nuca seakan tak peduli dan masih melumat bibir Lini keras, ia berusaha menemukan celah diantara bibir Lini agar ia dapat mengecap dan mengekplorasi lebih dalam kecupannya.
Hah!
Suara barang berjatuhan membuat Nuca dan Lini memalingkan wajah, dan mendapati mbok Mina, pengurus rumah Nuca yang berusia 50 tahun lebih, berdiri disamping gazebo. Dibawah kakinya, Nuca dapat melihat handuk dan botol sunblock berhamburan. Tanda mbok Mina pasti melihat pergumulan mereka.
"Maaf, Aden. Mbok masuk dulu." Ujar mbok Mina dengan wajah memerah.
Untuk sekedar informasi, Mbok Mina tinggal dirumah Nuca bersama Pak Umar, Supir pribadi keluarga Nuca. Mereka tak tinggal dengan anak mereka karena sudah pada menikah, dan tinggal dengan pasangan masing-masing dikampung. Itulah yang membuat mbok Mina dan suami betah dikediaman Nuca dan bekerja dengan tenang.
Lini menatap Nuca kesal. Nuca menciumnya di tempat terbuka ini. Entah dimana nanti Lini sembunyikan wajahnya dihadapan mbok Mina.
Dengan gemas, ia meraih lengan Nuca dan menggigitnya. Membuat Nuca benukik kecil.
"Kamu apa - apaan sih, Sayang. Sakit tau!" Ujar Nuca menatap Lini heran
"Lagian kamu, kenapa cium-cium di tempat gini sih. Gak bisa sabar sampai di Pavilliun apa. Mesti banget dikolam renang." Ujar Lini seraya bergerak menjauh dari kolam dan menaiki tangga menuju Gazebo.
"Maaf ya, sayang. Janji gak ulangin." Ujar Nuca memperlihatkan wajah Puppy Face nya, membuat Lini geli dan terpaksa tersenyum.
"Nah gitu dong. Jadi istri harus selalu senyum. Jangan ngambek." Ujar Nuca seraya meraih handuk yang Lini ulurkan.
"Calon ya. Calon!" Ujar Lini gemas.
"Iya tuan putri Mahalini." Ujar Nuca seraya membungkukkan badannya. Membuat Lini tertawa dengan tingkah Nuca.
***
"Setiap hari, rasa cintaku bertambah sedemikian rupa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatiku Dikamu
Fiksi PenggemarRaja Giannuca, sosok yang tidak akan pernah dilupakan oleh Mahalini Raharja. Sekeras apapun Nuca mempertahankan ego nya tetap saja Lini cinta. Tapi, apakah Lini akan sanggup memperjuangkan Cinta nya untuk Nuca ketika penolakan tak kasat mata sering...