"Detik beralih menit, yang kumau tetap kamu"
***
Nuca melihat Lini yang berjalan kedalam Villa, setelah tadi ia berinisiatif mencari alat untuk bermain Truth or Dare ini. Entah mengapa, Lini terlalu bersemangat dengan permainan ini, yang bahkan Nuca sendiri belum pernah memainkannya.
Nuca melirik jam tangan dengan kening berkerut, ini sudah 20 menit Lini kedalam dan belum balik sama sekali. Apa ada sesuatu terjadi, atau ia tak mendapatkan alat yang dicari.?
Bruk!
Seketika Nuca melihat kearah kanan ketika mendengar suara gedebam yang lumayan besar itu. Disana, tepat di pelantaran pintu belakang Lini terjatuh. Segera Nuca bangkit dan menghampiri Lini dengan setengah berlari. Dasar Lini ceroboh.
Namun semakin ia berjalan, langkahnya memelan ketika ia melihat seseorang yang ia kenal tengah membantu Lini berdiri, dan membersihkan sisa debu dan pasir yang menempel di celana Lini. Itu-
"Revan!!"
***
Lini mengernyitkan alis ketika mendengar suara Nuca mengintrupsi mereka. Revan? Mengapa Nuca menyerukan nama itu?
Alis Lini semakin berkerut ketika Nuca memeluk Lelaki dihadapannya dengan senyum sumringah. Ia heran, mengapa Nuca bisa kenal lelaki ini?. Namun Nuca mengintrupsi dengan segera memperkenalkan Lini dengan lengan merangkul pinggang Lini.
"Van, kenalin ini Lini." Ujar Nuca
"Ini anaknya om Danu yang kemaren di jodohin sama gue." Lanjutnya.Lini agak membeku ketika Nuca tidak secara gamblang menyebut ia sebagai kekasih. Agak kesal juga iya, namun ini semua sudah prinsip mereka untuk menjalankan hubungan dengan hati, bukan status.
Lini tersenyum dan menjulurkan tangannya. Tak lama Revan menyambut dan tersenyum, "Gue Revan. Sepupu Nuca yang ada di Bogor. Villa ini punya keluarga gue." Ujarnya
"Nuca perdana mampir kesini, pas dia kasih tau, kalau ada acara kampus, langsung gue saranin ini Villa. Semoga nyaman ya disini." Tambah Revan dengan penjelasannya.
Lini mengangguk mengerti. Ternyata Nuca semudah itu mendapatkan akomodasi, selain karena bantuan kampus, juga dia ternyata mengenal pemilik Villa ini.
"Ayo, Van. Gabung sama kami. Lu tepatin janji kan untuk liburan disini bareng gue. Walaupun lusa kami udah pulang." Nuca mengintrupsi dengan semangat.
Revan mengangguk dan menyetujui seraya tersenyum kepada Nuca. "Pasti gue tepatin janjilah," Ujarnya seraya berjalan bersisian dengan Nuca yang merangkul Lini untuk segera ke tempat perkumpulan mereka tadi.
***
Suara riuh memenuhi perkumpulan mereka. Permainan truth or dare yang mereka mainkan seakan tidak menghentikan mereka dari jam malam yang bergerak ke angka sepuluh tepat.
Saat ini giliran Alex yang memutar botol. Dan tepat berhenti dihadapan Lini. Hal tersebut membuat ia gelagapan dan deg-degan tak menentu. "Truth or Dare?" Ujar Alex
"Aku pilih Truth." Jawab Lini dengan tegas
Tak lama Dimas mengintrupsi, "jawab jujur. Pas Nuca Cium lu tempo hari di ruang rapat, lu ngerasain perasaan yang gimana lin?" Dimas bertanya dengan cengiran jahilnya.
Kontan saja Nuca mengetuk kepala Dimas dengan keras, yang membuat Ia mengaduh kesal. Nuca tak habis fikir dengan keanehan Dimas dalam bertanya. Kosa katanya sangat minim atau otaknya yang telah hilang.
"Aku jawab jujur." Lini menarik nafas panjang, dan menghembuskannya.
"Aku gak nafas dan rasanya gak bisa dijelasin." Lini tersenyum simpul dan kaku.
Vio dan Tia sangat heboh ketika mendengar pernyataan Lini. Mereka kira, Dimas mengada-ada, ternyata itu benar!
"Gila lu Nuc. Berani banget lu nyosor, gak nyangka gue." Tia melototkan matanya dan ia menatap Vio, yang kemudian diintrupsi lebih parah oleh Vio
"Ternyata pas berenang kita ngelihat leher Lini merah-merah itu bukan digigitin nyamuk ya, digigitin Nuca. Sialan!" Vio menepuk mukanya seakan menyadarkan diri dari ketidakpercayaannya tentang apa yang terjadi
Nuca menyipitkan mata kearah Vio dan Tia dengan rahang mengeras, "Diem gak lu semua. Atau permainan selesai!"
Hal tersebut membuat Vio dan lainnya terdiam pura-pura tak terjadi apapun. Namun disudut lain, Lini menahan rasa ingin berteriak dan mencabik wajah Nuca. Kenapa Nuca mesti meninggalkan bekas di lehernya!?
***
Nuca tersenyum lebar ketika botol yang ia gerakkan berhenti tepat didepan Revan, sepupunya. Setelah tadi ia dan teman-teman lainnya saling menekan untuk menyelesaikan tantangan khusus, imbas dari ketidak jujuran para peserta yang bermain.
Mereka sepakat, siapapun yang telah menyelesaikan suatu tantangan atau kejujuran, ia berhak memutar dan bertanya kepada orang yang mendapatkan giliran.
"Truth or Dare!" Ujar Nuca dengan senyum seringai geli nya
"Oke, gue milih truth. Apa pertanyaannya." Ujar Revan
Nuca berfikir sejenak dan mendapatkan ide. "Oke, pertanyaan dari gue. Kapan lu terakhir make out?"
Senyum jahil terpatri di muka Nuca. Sisi lain Nuca yang Lini baru tau, bahwa Nuca 'hangat' pada orang yang ia kenal dekat. Dan pertanyaan Nuca barusan jujur membuat Lini shock. Jangan-jangan Nuca juga sama seperti Revan. Membayangkan Nuca Make out dengan perempuan lain jujur, membuatnya kesal.
"Oke, Gue bakalan terima tantangan aja. Gak bakalan gue spill Privasi gue. Sialan lu!" Ucapan Revan mengundang tawa seluruh teman-teman lainnya.
Dimas menatap seluruh teman-temannya dan memutuskan ia saja yang memberikan tantangan. "Oke. Van. Lu pandangin nih semua peserta. Dan lu bebas pilih siapapun mau cewek atau cowok, untuk lu pandangin selama lima belas detik tanpa kedip. Kalau lu ngedip, lu harus push up sepuluh kali." Ujarnya
Revan segera mengikuti perintah Dimas. Ia menatap semua teman-temannya yang ikut serta permainan ini. Semua menatap penasaran akan keputusannya, namun tidak dengan Nuca dan Lini yang sejak tadi asyik berdua. Disana Lini tengah memilin jemari Nuca dan dengan Nuca sesekali mengecup pelipis Lini.
Segera ia memutuskan bahwa Lini yang akan ia ajak untuk menyelesaikan tantangan ini. Dan tentu saja hal itu mengundang rasa keberatan Nuca. Gila saja!
Nuca tau, pasti Revan sengaja mengerjainya. Nuca melihat Lini berdiri dan berjalan kearah Revan. Ia harus sportif memang. Tapi jika seperti ini, gila saja! Ia tak akan rela.
Revan mengambil posisi untuk duduk berhadapan dengan Lini. "Rileks Lin. Cuma 15 detik kita tatapan." Ujar Revan.
'Dan lihat seberapa blingsatan Nuca dengan rasa cemburunya' Revan menyeru dari dalam hatinya.
***
"Yang terbaik juga akan disertakan dengan yang baik, begitu juga sebaliknya. Bagiku kamu terbaik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatiku Dikamu
FanfictionRaja Giannuca, sosok yang tidak akan pernah dilupakan oleh Mahalini Raharja. Sekeras apapun Nuca mempertahankan ego nya tetap saja Lini cinta. Tapi, apakah Lini akan sanggup memperjuangkan Cinta nya untuk Nuca ketika penolakan tak kasat mata sering...