"Jika merpati bisa setia pada satu pasangan, mengapa aku harus mengalah ketika cintaku padamu mengalir apa adanya..?"
***
Mahalini dikagetkan dengan penampilan kamar sayap kiri lantai satu yang langsung menyuguhkan pemandangan yang indah dan tentram. Lini tak habis fikir, saat saat seperti ini, kenyamanan masih bisa didapati dari liburan singkat ini.
Kamae tidur pada sayap Kanan dan kiri Villa, sepertinya akan menjadi spot istirahat terfavorite bagi mereka yang beruntung mendapatkannya. Dengan king bed berjejer tiga, memungkinkan mereka yang mendapatkan kamar ini merasa liburannya sempurna.
Dengan semangat, Lini menata barang bawaannya di dalam wardrobe yang disediakan dan segera bergegas untuk mandi karena menurut informasi dari Yuna, mereka akan segera melaksanakan meeting antar panitia di Lantai satu nanti.
Entah mengapa, Lini yakin akan beberapa hal di tempat ini, yakni keinginan ia untuk melakukan penyegaran setelah beberapa lama di sibukkan dengan tugas kuliah, serta keinginan merebut perhatian Nuca, apalagi kesempatan itu terbuka lebar.
Setelah Ia mengeluarkan Hoodie abu-abu dan celana berwarna khaki, segera ia meraih handuk dan masuk kedalam kamar mandi yang seluruh design interior bernuansa jawa. Lini mengembangkan senyumnya dan berkata dalam hati,
'Tempat ini semakin menambah daftar kebahagiaan aku'
***
Nuca menatap Dimas yang tengah mencatat apapun masukan yang diucapkan Nuca. Saat ini Nuca tengah memimpin Rapat yang diadakan di lantai satu villa. Rapat ini khusus dihadiri oleh para panitia.
Ehm..
Nuca berdehem dan membuat semua panitia yang sempar terdiam menatap kearahnya."Nantinya, pada syuting pertama kali kita lakukan besok adalah Scene 4. Karena pas sampai ke daerah perkampungan penduduk, kita habiskan yang scene disana." Ujarnya
Lini menatap Nuca seraya mencatat ucapan Nuca. Selain Dimas yang mencatat segala arahan Nuca, Lini juga mencatatnya. Manatau besok ia lupa dan ia tak ingin mengecewakan Nuca.
"Nah, besok scene yang pakai perkampungan itu adalah, empat, delapan, sembilan, dan dua belas." Ujar Nuca lagi.
"Karena ini di keempat scene baju berganti, bagian tata busana dan tempat, harap stand by dan jangan panik ya." Ucap Nuca mengarahkan tatapan ke arah para panitia.
Nuca kembali mencatat sesuatu yang entah apa di buku kecilnya, dan mendongak, "oh iya, untuk kalian masing-masing wajib share info ini ke grup dan personal chat Whatsapp. Dan jangan lupa infokan, kalau dalam sehari ini film harus selesai. Saya tidak mau tau."
Tegas! Kata-kata Nuca tegas denga alis yang menukik tajam. Ini perintah Nuca yang membuat para panitia segera menganggukkan kepala dan berkata 'siap' kepadanya. Hal itu membuat Lini lagi dan lagi terpana. Ia tak menyangka selain sifat cuek dan dingin, Nuca juga memiliki sifat kepemimpinan. Entah mengapa hal tersebut membuat Lini semakin terpana akan sikap Nuca.
Lini menatap teman-teman panitia yang tengah bersiap untuk meninggalkan meja besar ini, dan dengan reflek ia juga bangun untuk menuju kamarnya, namun sebuah tangan disebelah kirinya menahan keinginan tersebut. Itu Nuca.
"Kamu mau kemana.?" Ujarnya tanpa menatap Lini. Entah mengapa hal tersebut membuatnya kaget.
Lini menatap Nuca dan berkata, "aku mau kekamar, tadi kamu suruh share info kan sama panitia-panitia." Lini menatap Nuca dalam, kapan lagi kesempatan menatap makhluk cuek ini.
Nuca berdiri dan mensejajarkan diri dengan menghadap kearah Lini. Ia menatap Lini dalam dan lama. Tangan kiri Nuca terangkat menuju rambut Lini. Ini yang membuat Nuca agak sedikit emosi tadi. Lini menyanggul rambutnya.
Segera Nuca melepas rambut Lini hingga tergerai, dan menatao Lini.
"Mengapa rambutmu di sanggul?"
Sial! Pertanyaan Nuca dalam tapi wajahnya sangat dekat dan Lini merasakan hembusan nafas Nuca diwajahnya. Wangi.
Lini gelagapan dengan tatapan Nuca. Ia segera memegang rambutnya dan menyisirnya kesamping. Lini gugup setengah mati. "Ini panas, tadi.. aku.. tadi abis mandi, gerah, dan ga ada iketan dan aku. Hhh."
Tiba-tiba Lini menarik nafas panjang, kenapa mesti gugup Lin!. Ia tak habis fikir. Lini mendongak menatap Nuca yang sedari tadi menatapnya seakan menghunus jantung. Lini tak sanggup, segera ia menunduk.
Lini kesal dan mengerucutkan bibirnya. "Sini karet nya, aku mau ikat biasa aja, ga aku sanggul lagi.!" Ujarnya kearah Nuca.
Nuca menarik senyum kecil dan memberikan ikatan kecil berwarna kuning ke tangan Lini, dan segera disambutnya dengan cepat. Lini mengikat rambut rendah dan menyebabkan poninya dibagian depan tak ikut terikat.
Entah mengapa tadi Nuca selama Rapat sangat terganggu dengan leher jenjang Lini yang kelihatan. Ia merasa kalau Lini terlalu tinggi menyanggul rambut dan meraup semua poninya, sehingga Lini terlihat amat sangat Cantik dimata Nuca, namun itu membuat Nuca marah.
Apalagi tatapan para panitia laki-laki kearah Lini semakin membuat Nuca kalang kabut namun tidak tau cara marah bagaimana, hal hasil karena tidak tahan, maka ia mencoba mencari klarifikasi melalui Lini. Tapi hasilnya juga nihil.
Nuca menatap Lini lama. Diruangan ini adalah ruangan paling ujung belakang bersekat dengan kolam renang, jadi satu orangpun tidak ada yang lalu lalang disini karena mereka semua tengah berada di ruang makan untuk makan malam.
Lini telah selesai dengan rambutnya dan meraih buku serta tempat alat tulis bermotif strawberry kedalam dekapannya, namun tiba-tiba Jemari Nuca menyusup kebelakang pinggangnya dari arah dalam, menyenggol kulit punggungnya.
Tak sempat Lini berfikir, sebuah bibir tengah mendarat di atas bibir Lini. Nuca menciumnya.!
Lini tersendat oleh nafasnya sendiri. Pipinya bersemu ketika matanya melotot dan melihat Nuca menarik badannya rapat sehingga hoodie abu-abunya terangkat setengah, Nuca memperdalam Ciumannya dan memiringkan kepalanya. Mau tak mau Lini menutup matanya.
Ini bukan hanya sekedar kecupan, tapi ini lumatan. Lini tak tau caranya, tapi ia seperti suka. Terasa pas saat bibir mereka menyatu.
Lini merasakan usapan Nuca dari pinggangnya sampai kepunggung. Dan ada sesuatu perasaan berdesir aneh namun Lini suka.
Aww! Nuca menggigit bibir Lini dan merasakan sesuatu menyusup kedalam mulutnya. Astaga, ini tidak benar. Lini segera mendorong tubuh Nuca dan membuat mereka terpisah.
Lini dan Nuca saling memandang sayu. Nuca menempelkan dahi mereka dan berucap, "kamu milikku Lin.!" Ujar Nuca tegas. Dan mulai saat itu, Lini tau posisinya dengan jelas dan lantang. Nuca sudah menerima dengan tulus perjodohan mereka. Dalam artian, Nuca sudah jatuh cinta kepadanya.
Dan sialnya, mata Lini entah mengapa berkaca-kaca. Harapannya adalah, ia bukan sedang bermimpi mendengar ucapan Nuca. Dan ciuman tadi tanda mereka bersama-sama.
***
"Kemanapun kamu melangkah, sejauh apapun kamu berjalan, sebanyak apapun orang yang kau temui, tetap aku yang memilikimu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatiku Dikamu
FanficRaja Giannuca, sosok yang tidak akan pernah dilupakan oleh Mahalini Raharja. Sekeras apapun Nuca mempertahankan ego nya tetap saja Lini cinta. Tapi, apakah Lini akan sanggup memperjuangkan Cinta nya untuk Nuca ketika penolakan tak kasat mata sering...