Bagian Delapan Belas - Geram

1.2K 103 11
                                    

"Mau seribu orangpun yang datang, kalau hatiku tertutup dikamu, tetap saja hatiku dikamu"

***

Hari ini, Lini hanya memiliki satu mata kuliah yang ia hadiri. Tepat jam dua sebelas, ia keluar dari ruang kelasnya. Saat ini ia berjalan beriringan dengan Yuna dan Vio, yang syukurnya, teman-temannya ini satu kelas dengannya.

Semenjak dari study ke Bogor, hubungan pertemanan Lini sedikit demi sedikit mulai terbangun. Semenjak dekat dengan Nuca juga, banyak perubahan yang terjadi, termasuk dalam hal bersosialisasi dengan siapapun.

Yang biasanya Lini selalu cuek dan datar dengan keadaan dan pertemanan, beda dengan kini, ia yang sangat senang mendapatkan teman tulus, dan lingkungan yang ramah.

Yuna dan Vio, adalah dua dari sekian banyak temannya yang baik dan tulus, hanya saja Lini terlalu menutup mata terhadap kebaikan dan ketulusan teman-temannya, dan memukul rata semua sifat orang dengan fikiran negatif nya.

Saat keluar dari kelas tadi, mereka bertiga berencana untuk duduk dikantin. Kantin bergaya tradisional namun luas tersebut, terletak di tengah Fakultas Ilmu Komunikasi. Dan mereka segera mengambil tempat dibawah pohon rindang.

"Eh, kalian mau pesan apa? Biar Gue pesanin kekasirnya langsung aja." Ujar Vio yang terngah berdiri. Ia menatap Lini dan Yuna yang sudah mengambil tempat duduk berhadapan.

"Gue pesan Mie Tepung aja deh. Pakein telur ya, Vi." Ujar Yuna

"Kalau Gue pesan Mie Ayam aja. Minumnya es jeruk, ya." Ujar Lini dengan tersenyum simpul

Vio mengangguk, "Lu minumnya es teh mau gak, Yun?" Ujar Vio, yang dibalas anggukan oleh Yuna

"Boleh, deh." Ujarnya

Setelah mendapatkan jawaban tersebut, segera Vio berjalan ke kasir untuk memesan makanan. Kampus mereka memakai sistem sebelum makan bayar, guna menghindari kejahatan yang akan terjadi.

Saat Vio tengah berdiri mengantri dibelakang tiga orang yang tengah mengantri juga. Tak berapa lama, ia agak sedikit terganggu dengan percakapan seseorang dibelakangnya, dengan seseorang disebrang telpon.

Mata Vio terbelalak ketika orang dibelakangnya ternyata tengah membahas Nuca. Orang special Lini, temannya.

Vio dengan iseng mengeluarkan cermin kecil bergagang dari tasnya, dan mencoba melihat kegiatan orang dibelakangnya melalui pantulan cermin kecil tersebut, dan memfokuskan tatapannya.

'Anjrit. Video Call lagi!' Batin Vio.

"Sialan Lu, Nic. Seriusan Kak Nuca yang ngajarin. Ah! Mau dong pas ntar lu latihan, gue ikut." Ujar gadis tersebut, yang perkataan lawan bicaranya tak terdengar oleh Vio, sepertinya ia pakai headseat.

Dari pandangan Vio, gadis dibelakangnya ini adalah adik kelasnya. Sebab, ketika masa orientasi yang ia ikuti sebagai panitia acara, ia mengenal gadis tersebut yang satu tingkat dibawahnya.

"So, sekarang lu masih bareng sama kak Nuca?" Balas gadis dibelakangnya.

"What! Mau makan? Gila lu ya, seorang Raja Giannuca bisa diajak hangout." Ujar gadis tersebut dengan nada histeris yang ditahan, namun terkesan berbisik.

Vio tersentak saat antrian didepannya berganti dengan wajah kasir. Ternyata sedari tadi, ia terlalu fokus terhadap gadis dibelakangnya. Ia tersenyum lebar, sehingga gusinya terlihat. 'Maaf mbak' Ujarnya dengan berbisik. Dan ia pun segera memesan makanan yang telah diingat tadi.

Saat makanannya tengah diracik, ia membatin, 'Gue harus kasih tau Lini, nih. Dia pasti gak tau kalau Nuca lagi sama cewek lain.'

***

Sepeninggalan Vio, Lini beralih menatap Handphone yang ia letakkan diatas meja. Setelah melihat Yuna membuka laptopnya, ia takut menganggu fokus Yuna yang tengah mengetik sesuatu.

Tak berapa lama, Pesan dari Nuca masuk. Segera Lini membalasnya.

__________________________________

  |Nuca❤|

Kamu dimana?
Udah selesai kelasnya?

Udah nih. Lagi
Dikantin bareng
Yuna dan Vio.

Kamu udah selesai
Urusannya?

Oh. Yaudah.
Jangan lupa makan
Ya.

Belum nih, masih
Sedikit lagi. Ntar
Aku nyusul kesana ya

Oke, sayang.
Good luck.😚

😘😘
__________________________________

Lini segera menyimpan ponselnya kedalam tas yang ia senderkan disampingnya. Ia tersenyum tertahan. Entah mengapa kabar kecil dari Nuca membuatnya senang. Ketenangannya terusik ketika Vio menghempaskan punggungnya dengan keras ketika duduk.

Bam!

"Sialan tuh, cewek." Ujar Vio dengan menggebu

Yuna yang tengah fokus pada laptop dihadapannya, segera menatap Vio. "Kenapa sih, Vi? Datang-datang bikin kaget."

Vio menghela nafas keras. "Gimana gak kesel, jadi adek leting, ganjen banget."

"Siapasih, Vi?" Ujar Lini mengarahkan tubuh kearah Vio, agar mendapatkan atensi lebih darinya.

"Nuca Lu, mau dideketin anak tingkatan 2019 tuh. Kesel gue. Kan Nuca lagi sama lu kan ya. Gak tau apa itu bocah!" Ujar Vio.

Ia kesal, karena penampilan gadis yang kegirangan saat video call tadi sangat menor, menurutnya. Pasti mereka ada maksud untuk memperburuk suasana yang sedang indah-indahnya diantara Lini dan Nuca.

"Tadi, ada anak Tingkatan 2019 kalau gue gak salah. Gue liat dari name tag nya, itu warna biru. Namanya gak keliatan." Ujar Vio merapatkan diri kearah Yuna dan Lini.

"Nah, kita semua tau, kalau name tag warna biru, itu punya anak-anak 2019 kan." Yuna dan Lini menganggukan kepala terhadap pertanyaan Vio.

"Nah tadi, si cewek itu, bahas-bahasin Nuca. Dia bilang kalau temennya yang lagi sama Nuca sekarang, itu ada acara, dia mau ikut." Ujar Vio

"Keliatan banget kan, Ganjennya." Sambungnya

"Mungkin, temennya itu ada hubungannya sama urusan Nuca hari ini." Ujar Lini mengerutkan dahinya.

"Nah! Gak salah lagi, Lin. Pasti itu cewek ada bareng Nuca sekarang. Coba telpon cowok Lu. Yakin gue, ini adek tingkatan dua-duanya tadi ganjen." Ujar Vio dengan menggebu-gebu

"Tadi, si cewek dibelakang gue, histeris banget pas tau temennya lagi bareng Nuca disatu tempat. Mana video call nya pake bisik-bisik lagi, aneh banget." Ujar Vio kembali

"Vi. Sabar dong. Lu juga jangan asal simpulin. Biar Lini yang tanya baik-baik." Ujar Yuna menenangkan

Vio yang mendengarkan pun, agak sedikit tenang. Benar juga perkataan Yuna. Semoga aja, Lini dapat jawaban jujur dari Nuca. Awas saja kalau Nuca macam-macam, ia yang akan menjadi orang yang melindungi Lini. Mau bagaimanapun, kebersamaan mereka yang baru beberapa hari terjalin, membuat ia merasa Lini adalah teman yang tulus.

Begitupun Lini, ia merasa Vio tidak salah memberikan informasi. Kalau Lini yang ada di posisi Vio, juga ia akan segera menanyakan maksud perempuan itu. Ia mencoba berpositif thingking. Lagian sebentar lagi, Nuca kemari. Pasti ia akan menceritakan kesehariannya tadi.

***

"Tak perlu aku menerka-nerka semua tentangmu"

Hatiku DikamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang