Tiga Tujuh

4.9K 396 1
                                    

happy reading

"Maula?" Mawar mendekat kearah mereka berdua.

Mars melirik laki laki disamping ibunya itu. Dia Edgar. Kakaknya.

Alin menatap Mars dan wanita itu dengan bingung. Belum tau kalo itu ibunya Mars.

"Kamu sama siapa Maula? Amel kah?"

Mars mendengus, "Ga usah kepo." cetusnya sebelum menarik tangan Alin untuk beranjak. Tapi Edgar menahannya.

"Mars, Bunda mau ngomong." ujar Edgar.

Mars melirik Alin yang menatap Edgar bingung. Lalu berdecak, "Ngomong apa? Gausah macem macem." ujarnya sedikit takut.

"Bisa bicara berdua?" pinta Mawar.

"Oke." ujar Mars, lalu menatap Alin. "Tunggu dikantin Lin." suruhnya.

"Hah?" refleks Alin berbeo.

Mawar tersenyum kecil, "Siapa nama kamu?" tanyanya pada Alin.

"A-Alin tante." jawab Alin ragu sambil menatap Mars yang melotot menyuruh diam.

"Pacar atau temen geng nya?" tanya Mawar, Alin menatap Mars kembali. Tapi hanya sebentar. Dia memilih diam tak mau menjawab.

"Oh pacar ya?" Mawar mengambil kesimpulan sendiri karena diantara mereka tak ada yang menjawab.

"Bukan!" sergah Mars cepat cepat.

"Gue bilang ke kantin, Alin." tegas Mars, Alin pamit kecil kepada mereka dan berjalan menuju kantin.

Edgar melirik Mawar sebentar lalu menghela nafas. Sebelun pergi dia mengatakan sesuatu kepada Mars.

"Awas kalo bikin bunda nangis lagi."

Mars hanya berdecih menanggapinya. Mawar tersenyum menatap Mars yang mau berbicara dengannya setelah satu tahun selalu melempar tatapan sinis padanya.

"Kamu udah makan nak?" tanya Mawar.

"Mau ngomong apa sih?" Mars malah balik bertanya. Terlihat jelas masih menolak keberadaan Mawar.

"Bunda mau bawa Sisi ke Inggris. Wisnu bilang kondisi Sisi disini semakin menurun. Apalagi kamu akhir akhir ini sudah jarang menemuinya Maula."

Mata Mars membelalak terkejut, "Ke Inggris?" dia juga baru sadar sekarang jarang menemui adiknya.

"Iya. Kamu mau ikut?"

"Lo gila?" ceplos Mars. Cepat cepat dia menggeleng, "Maksudnya, a-anda gila?" Mars mengoreksi ucapannya meski agak canggung.

Mawar tersenyum tipis, lalu mendekat. Dengan spontan Mars mundur.

"...Maula kamu masih takut sama Bunda?" tanya Mawar sedih melihat penolakan itu.

"S-sorry, ga mungkin buat lupain kejadian itu." ujar Mars menatap Mawar tanpa kehangatan.

"Begini Maula.."

"Ah sudahlah!" potong Mars cepat setelah berdecak. "Maula mau ke Sisi. Jangan coba coba ambil dia terus bawa ke Inggris."

Saat akan melewatinya, Mawar menahan tangan Mars. "Maula kamu tau keadaan bunda saat itu kan?"

Mars memejamkan matanya sejenak, luka lamanya semakin terbuka. Otaknya memerintahkan untuk pergi tapi hatinya memerintahkan untuk berbalik.

Entah kenapa Mars malah berbalik. Tangannya yang ia simpan disaku dengan tangan Mawar yang mulai menggenggamnya.

MARS | Ketua Geng [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang