5. Jalan-Jalan Bareng Gibran

4.4K 400 9
                                    

Randa memasuki unit apartemen Gibran. Yang ia lihat pertama kali saat Gibran menyalakan lampu adalah berantakan. Ya walau Gibran adalah dokter, tapi kodratnya sebagai pria tetaplah tidak tau beres-beres. Gibran meringis melihat unit apartemennya. Ia menoleh ke arah Randa yang mengamati setiap sudut ruangan.

Lalu, Gibran menunjuk kamar yang akan ditempati Randa. Randa pun mengangguk dan mengambil alih kopernya dari tangan Gibran.

Hal yang dilakukan pertama kali saat masuk ke dalam kamar adalah menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Pegal di seluruh tubuhnya baru terasa. Lebih baik ia tidur dulu, nanti saja membersihkan tubuhnya.

Posisinya yang tadi terlentang sudah berubah menjadi tengkurap, ia pun mengangkat sedikit kepalanya, lalu meraba-raba kasur untuk mencari ponselnya. Ternyata sudah pukul enam pagi. Ia tidak menyangka akan tidur hingga pagi. Ia pun beringsut duduk, mengusap matanya terlebih dahulu. Badannya benar-benar lengket karena tidak mengganti pakaiannya dan juga riasan wajahnya yang masih menempel di wajahnya. Jika dibiarkan lebih lama lagi, maka jerawat akan tumbuh di sekitar wajahnya.

Ia pun turun dari ranjang, lalu menyalakan lampu. Membuka kopernya dan mencari peralatan mandi dan pakaian yang akan ia kenakan nanti. Setelah itu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan kembali tubuhnya.

******

Setelah membasuh wajahnya, Gibran keluar dari kamar, ia tidak melanjutkan langkahnya melihat apartemennya yang begitu rapi dan ia juga menghirup aroma masakan. Ia pun kembali melangkah, membawa kakinya ringan ke arah dapur. Terlihat Randa yang sedang membuat roti isi.

Aroma roti panggang isian potongan sosis, telur dan keju menyeruak masuk ke dalam indra penciuman Gibran setelah menjejakkan kakinya di dapur. Ia terdiam melihat Randa yang begitu lincah memegang alat masak. Randa mencepol asal rambutnya dan beberapa anak rambutnya menjuntai. Mengenakan baju kaos kebesaran dan celana panjang kaos. Wajahnya sangat natural, tidak memakai riasan apapun. Beberapa detik Gibran terpana melihat wanita itu.

"Eh Ran... pagi!" Randa menegakkan kepalanya melihat Gibran, Beberapa detik ia terkejut lalu kemudian menyapanya dengan ceria.

Gibran mengangguk membalas sapaannya lalu melangkah ke arah meja tinggi.

"Lo suka makan roti isi?" tanya Randa sembari mematikan kompor lalu memindahkan dua roti isi ke piring.

"Iya."

"Lo mau minum apa?" tanya Randa tanpa menatap Gibran yang tidak hentinya menatap setiap gerak-geriknya. Lalu ia beralih menaruh semua alat masak ke sink untuk dicuci. Kembali menoleh ia melihat Gibran yang masih bengong. "Ran..."

"Hah?" Gibran terkesiap saat Randa kembali memanggilnya, ia membalas tatapan Randa. Ia seperti orang linglung saja.

Randa mengulang pertanyaannya "Mau minum apa?"

Gibran membeo. "Minum apa?"

Kali ini Randa tidak bisa menahan tawanya. Gibran benar-benar terlihat seperti orang linglung yang tidak tau ia sedang berada dimana. Randa menghampiri meja sambil membawa dua piring untuk mereka masing-masing.

"Lo belum sepenuhnya bangun ya?"

Gibran meringis mendengar pertanyaan Randa. Ia bukannya masih tidur, tapi merasa aneh pada dirinya karena terpesona melihat Randa memasak di dapurnya.

"Mau susu?" Gibran langsung melotot menatap Randa yang berdiri di sebelahnya. Ia menurunkan pandangannya membuat Randa kembali tertawa. "Susu sapi, Ran!"

Mau tidak mau Gibran pun tertawa. Menertawakan pikirannya yang membayangkan yang tidak-tidak.

Gibran pun menyetujui, lalu Randa menuang susu siap minum ke dalam dua gelas kemudian kembali ke meja bar dan duduk di sebelah Gibran.

Love Makes HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang