11. Seakan Tidak Pernah Terjadi

5K 363 26
                                    

Hanya deruh nafas yang terdengar begitu berat di antara kedua orang itu. Mereka saling tatap. Sabian yang menatap sendu Randa, sementara Randa menatap tajam Sabian. Telinga Sabian berdengung, berharap jika perkataan Randa beberapa detik yang lalu tidaklah benar. Perkataan Randa hanyalah suatu kebohongan agar terlepas darinya.

Karena selama menjalin hubungan, Randa tidak pernah bicara seperti ini jika meminta untuk berpisah darinya. Randa tidak pernah membicarakan jika kekasihnya itu memiliki pria lain. Randa tidak pernah mengatakan jika kekasihnya itu nyaman ataupun bahagia dengan pria lain.

Sekali lagi Sabian berharap Randa menarik kata-katanya, namun hingga detik berganti menit Randa hanya diam.

Helaan nafas berat dari Sabian menandakan ia sedang frustasi dengan semua ini. Sabian tahu ini adalah salahnya. Sabian yang ingin bertahan dengan hubungan ini, tapi ia juga yang menjadi pemicu hancurnya hubungan ini.

"Siapa?" tanya Sabian lirih. Nafasnya tercekat saat mengatakan kata itu.

Randa mendecih lalu buang muka.

"Mending lo pergi dari sini!" Usir Randa. Tidak ada teriakan ataupun nada tajam. Begitu tenang.

"Siapa laki-laki yang bikin lo bahagia?" Sabian masih terpaku di tempatnya berdiri. Sabian menatap lekat Randa yang enggan menatapnya. "Mira!"

"Gue bilang pergi dari sini!" Ketika Sabian menaikkan nada bicaranya, begitupun Randa. Bahkan Randa kembali menatap tajam Sabian.

"Please... Bi, jangan mempersulit sesuatu hal yang mudah dilakuin. Kita udah gak bisa bersama," lirih Randa lemah. Menandakan ia sangat lelah dan sakit menjalin hubungan dengan Sabian.

Sabian memejamkan matanya sejenak. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Kemudian membuka matanya, menatap Randa yang matanya kembali berkaca-kaca. Sabian bisa melihat tatapan penuh kesakitan dan kepedihan serta kekecewaan di sana. Namun, ia memilih mengabaikannya.

"Putusin!" ujar Sabian tegas. Randa mengkerutkan keningnya tidak percaya. "Gue bilang putusin dia! Sampai kapan pun gue gak bakal lepasin lo, Mir!" Nada suara Sabian mulai rendah menandakan ia kembali dikuasai emosi.

"Gue..."

"Gue bilang putusin dia!!!" bentak Sabian maju selangkah di hadapan Randa membuat Randa memalingkan wajahnya.

Sungguh, ini adalah pertama kalinya Sabian membentaknya membuatnya menciut.

"Lo cuma milik gue Mira!! Gue gak bakal lepasin lo!!" teriak Sabian lagi.

"Gu-gue... udah tidur dengan dia." Langkah Sabian terhenti yang hendak mendekap tubuh Randa.

Randa memejamkan matanya, menunggu kalau-kalau Sabian main tangan. Namun, beberapa detik tidak terjadi apapun membuatnya membuka mata.

"Gue udah tidur dengan dia!" Randa memberanikan diri menatap Sabian yang menatapnya tidak percaya dan...

Penuh luka?

Randa tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sabian terlihat seperti dirinya saat ia tahu Sabian berkhianat.

Tanpa kata Sabian menarik pinggang Randa hingga tubuh mereka menempel lalu menyatukan bibir mereka. Randa memberontak melepaskan diri, namun sia-sia karena kekuatan Sabian tidak sebanding dengan dirinya. Hingga Sabian menariknya ke atas ranjang membuatnya semakin memberontak.

Kedua tangannya ditahan di sisi kepalanya lalu kembali lagi Sabian meraup kasar bibirnya. Kedua kakinya pun ditahan Sabian membuatnya tidak bisa bergerak lebih.

Makian serta teriakan dilayangkan Randa saat bibirnya dilepas, ia semakin menatap nyalang Sabian.

Namun, Sabian tidak peduli malah  semakin jauh dengan aksinya membuat Randa semakin tidak bisa berkutik.

Love Makes HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang