Sejak penolakan Randa pada Noah, pria itu tak pernah lagi menghubunginya. Bahkan kedatangan Noah saat itu mungkin terakhir kalinya. Ada perasaan lega dan tak enak yang menggerayangi Randa. Apalagi, saat Ibu atau Angga bertanya kenapa Noah tak pernah datang lagi, ia hanya membalasnya jika Noah sedang sibuk.
Entah sudah berapa lamanya Noah tak menampakkan diri, bahkan saat Arga telah bisa telungkup dengan sendirinya. Randa tersenyum menatap anaknya yang tertawa karena bermain sendiri. Putranya yang bertubuh gempal tersebut begitu aktif.
Randa meraih ponselnya lalu mengabadikan momen Arga yang masih tertawa mengamati mainannya yang berkelap-kelip. Lalu ia kembali menontonnya. Sekali lagi, senyumnya terpancar keluar.
Kemudian ia melamun, menatap ponselnya. Tidak ada lagi yang menghubunyinya. Bahkan Rere pun tidak lagi. Mungkin karena sudah bosan, ia yang selalu cuek atau bahkan mengabaikannya. Randa tak hanya ingin perasaan bersalahnya semakin menjadi-jadi karena bersikap baik pada Rere.
"Randa! Buka pintunya dulu, Nak!" teriak Ibu yang berada di dapur saat mendengar suara ketukan di pintu.
Randa pun menggendong Arga, lalu berjalan menuju pintu rumah untuk membukanya. Mengira jika yang datang adalah Angga yang sedang mengantar pesanan ke Bandung, tapi ternyata bukan.
Dera tersenyum kikuk menatap Randa lalu pandangannya beralih pada Arga yang semakin gempal dari terakhir kali ia lihat. Senyumnya melebar pada Arga yang mengerjapkan pelan matanya memandangi dirinya.
"Siapa, Da?" tanya Ibu yang menyusul dari dapur. Ibu mengernyit menatap Dera yang baru ia lihat.
"Assalamualaikmum Tante," sapa Dera langsung mencium punggung tangan Ibu.
"Waalaikumsalam," jawab Ibu masih bingung dengan kedatangan Dera. Ibu menatap Randa yang bergeming lalu kembali menatap Dera.
"Teman mu, Da?" Randa terbuyar, sontak mengangguk kaku.
"Oh kenapa gak disuruh masuk. Ayo masuk, Nak!" Ibu mengajak Dera masuk ke ruang tamu.
"Ibu bikin minuman dulu ya?" ujar Ibu ramah pada Dera.
"Makasih Tante, maaf ngerepotin," ujar Dera, Ibu pun pamit masuk ke dapur. Lalu Dera beralih pada Randa.
"Kalian apa kabar?" sapa Dera kaku membuat Randa menaikkan satu alisnya.
"Baik," jawab Randa sekenanya.
Dera mengusap tengkuknya kaku, tidak tau harus berkata apa untuk menghidupkan suasana akrab dengan Randa. Mereka tidak seperti dulu lagi yang jika bertemu akan berceloteh dan saling bergurau.
"Kenapa lo ke sini?" tanya Randa heran pada kedatangan Dera. Apalagi melihat pria itu datang sendirian.
"Gue mau ketemu Arga." Sontak perkataan Dera membuat Randa mengeratkan pegangannya pada tubuh Arga yang berada di pangkuannya. Randa mendadak mengingat jika Rere tak bisa hamil lagi dan ia takut jika Dera ingin mengambil Arga darinya.
"Kenapa?" Suara Randa tercekat. Perasaan takut tiba-tiba menelingkupi dirinya. Dadanya berdebar tak karuan jika dugaannya benar terjadi. Ia tak akan pernah melepaskan Arga. Dirinya yang bersusah payah mempertahankan Arga serta melahirkan anaknya. Bahkan ia mengingat dengan jelas bagaimana Dera yang tak bisa bertanggung jawab karena mencintai Rere. Randa paham akan hal tersebut dan ia menerima.
Namun, jika kedatangan Dera kemari untuk mengambil Arga, maka dengan lantang Randa akan mengingatkan kembali pada pria tersebut jika pernah berkata tidak bisa bertanggung jawab karena mencintai wanita lain.
"Maksud lo?" tanya Dera tak mengerti.
"Seharusnya itu pertanyaan gue. Apa maksud lo?" Dera menghembuskan nafas kasar setelah mengerti jika Randa mempertanyakan alasannya datang ke sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Hurt
Literatura Kobieca》Love Makes Series 3《 • • • Randa lelah dengan hubungannya yang dikategorikan tidak sehat atau malah palsu dan hancur. Mencoba bertahan karena cinta, tapi banyaknya pengaruh dari orang luar dan lelah batin, hatinya goyah ingin melepas semuanya. Nam...