33. Syok

3.9K 327 19
                                    

Noah berjalan tergesa-gesa saat keluar dari lift menuju unit apartemennya yang di huni Randa. Tanpa menekan bel lagi, ia masuk dan mendapati sosok Steven duduk di ruang tengah. Kalau saja Steven tidak mendadak datang ke sini, ia tak akan menginjakkan kakinya ke tempat tersebut.

Bukannya tak ingin bertemu Randa, tapi ia tidak tau harus berkata apa setelah malam itu ia mencium wanita tersebut. Pasti suasananya akan canggung dan Noah tak bisa membayangkan hal tersebut.

Yang membuatnya nyaris gila karena Steven ada di sini. Padahal ia sudah berjanji tidak akan memberitahu jika ada Randa di apartemennya.

Niatnya ingin mengusir Steven malah terurungkan karena sahabatnya itu malah menerkamnya. Tak perlu menjelaskan secara detail dan Noah terbuai.

Keduanya merupakan biseksual dan sesekali memuaskan satu sama lain. Tidak ada yang tau soal ini. Hanya mereka berdua dan tentunya Randa yang baru saja tau hari ini.

Suasana canggung menyelimuti ketiganya saat Noah dan Steven memanggil Randa untuk makan malam bersama. Sama sekali tidak ada yang berbicara.

Steven yang biasanya banyak bicara menjadi pendiam dan itu aneh bagi Randa.

"Gak nambah?" tanya Noah pada Randa yang telah selesai makan. Ia spontan saja bertanya pada Randa yang hendak berdiri. Steven menatap Noah lalu Randa.

"Ah gue udah kenyang," jawab Randa menyunggingkan senyum tipis.

"Maaf Da, gue udah langgar janji," ujar Noah tiba-tiba membuat kening Randa berkerut. Begitupun Steven.

"Janji apa?" tanya Randa.

Noah mengusap tengkuknya lebih dulu lalu tatapannya beralih pada Steven, kemudian kembali menatap Randa. "Janji gak ngasih tau siapa-siapa soal keberadaan lo."

Randa pun mengerti. Kembali lagi, ia menyunggingkan senyum tipis. "It's okay. Cuma Stev kan yang tau?" Randa tersenyum lebar menatap Steven yang masih bingung. Saat sudah mengerti, Steven pun tertawa sumbang demi membunuh suasana canggung di antara mereka.

"Ah lo tenang aja. Gue bakal kunci mulut serapat-rapatnya."

"Oke," ujar Randa lalu berdiri ingin mengangkat piring ke sink, tapi Steven kembali bicara padanya.

"Lo juga gak boleh ngasih tau siapapun, apa yang lo liat tadi sore."

Seketika kembali hening.

Randa berkedip beberapa kali. Kepalanya kembali mengingat aktivitas yang tak pantas matanya lihat. Sementara Noah menunduk dalam menahan malu dan Steven membuang muka. Seharusnya Steven tak perlu mengingatkan Randa, karena suasana canggung menyelimuti mereka lagi.

"Ah yang itu.... santai aja. Gue anggap gak pernah liat hal itu," jelas Randa menyengir kaku. Harusnya ia tak perlu malu juga. Tapi entah kenapa ia pun juga malu melihat aktivitas Noah dan Steven.

"Udah ah! Kok kita kaku banget?!" ujar Noah menekan malu. Randa terkikik canggung diikuti Steven.

Seusai percakapan canggung mereka, Steven dan Noah pamit pulang. Tapi, saat pintu lift terbuka dan Steven masuk ke dalam, Noah masih diam berdiri di luar membuat Steven mengkerutkan keningnya.

"Napa lo?" tanya Steven pada Noah.

"Lo duluan aja. Dompet gue ketinggalan," ujar Noah. Steven bergeming masih menekan tombol agar pintu lift tak tertutup.

"Gue ke sini naik taksi," ujar Steven. Noah pun memberikan kunci mobilnya pada Steven.

"Parkiran A1. Lo duluan, entar gue nyusul," ujar Noah lalu melenggang pergi.

Love Makes HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang