14. Will You Marry Me?

4.5K 387 28
                                    

"Kayak bocah aja lu ngadain ulang tahun segala!" ejek Sabian sembari menghantam kepala Steven menggunakan kotak kado yang dibawanya.

Sama sekali ia tidak berniat membawa kado untuk si pemilik acara, tapi si sahabat kampretnya itu memaksa dan merengek layaknya anak kecil pada mamanya.

Bukan hanya pada Sabian, tapi pada semua tamu undangannya.

Perayaan ulang tahun Steven diadakan di rooftop salah satu restoran ternama.

"Kado lo mana, Da?" tanya Steven pada Randa yang datang bersama Sabian.

"Gue berdua sama Bian." Steven mendengus mendengar Randa yang tertawa.

"Ya udah nikmatin acaranya ya. Gue nyapa tamu lain dulu," ujar Steven kemudian berlalu menyapa tamu lainnya.

Sabian membawa Randa ke tempat dimana Dera dan Rere berada. Kedua wanita tersebut melakukan cipika-cipiki sementara Sabian dan Dera bertos tangan ala pria.

"Kangen!" ujar Rere menyengir pada Randa. Mereka memang semakin dekat semenjak dari liburan bersama beberapa bulan yang lalu.

"Bilang aja mau ngorek-ngorek tentang Dera." Rere cekikikan mendengar perkataan Randa. Sementara Dera menatap Rere tidak percaya kalau ternyata kekasihnya itu mencari tau tentang dirinya dari Randa.

"Ngorek tentang Dera ke gue aja Re. Gue lebih tau luar dalamnya Dera," sahut Sabian ikut nimbrung dalam percakapan dua wanita tersebut.

"Enak aja! Malah nanti lo nyerong gue!" Dera meraup kasar wajah Sabian hingga membuat tatanan rambut Sabian yang rapi berantakan.

"Kampret!" Sabian balas mengacak rambut Dera.

Randa dan Rere hanya mampu geleng-geleng kepala mereka.

Lalu kedatangan Gibran bersama Noah mengalihkan mereka. Mereka saling menyapa satu sama lain.

"Mas Gibran, Zara mana?" tanya Rere melihat tidak ada Zara yang ikut bersama Gibran.

"Gak ikut. Kasihan Noah, dia gak ada pasangan. Makanya gue lebih milih nemenin dia daripada bawa Zara."

Noah mendelik pada Gibran yang sudah tertawa diikuti semuanya.

"Lho? Pasangannya Noah kan yang sekarang bikin acara!" celetuk Dera kurang ajar membuat Noah menendang tulang kering sahabatnya tersebut.

Semua yang berada di meja tersebut tertawa, tanpa mereka sadari jika Randa dan Gibran sedang main mata dan sesekali melempar senyum.

"Tumben lo gak pake kacamata, Ran?" tegur Sabian dan yang lainnya pun baru menyadari jika Gibran tidak memakai kacamata.

"Lah baru nyadar gue? Ini berapa Ran?" Dera berujar heboh dan mengacungkan tiga jarinya.

Gibran mendengus dan menepis tangan Dera. "Gue gak buta kali. Gak bakal bisa melihat kalau gak pake kacamata."

"Ya mau aja gue gak pakai kacamata. Biar pesona gue keluar makin terpancar," tambah Gibran percaya diri dan membuat semuanya memasang ekspresi muntah. Kecuali, Randa yang terkikik geli.

Sejak Randa mengatakan jika Gibran lebih tampan tidak memakai kacamata, pria itu tidak pernah lagi memakai kacamata. Kecuali, jika kuliah tentunya. Karena mata Gibran minus. Tidak bisa melihat jelas objek dengan jarak yang jauh.

"Bener-bener! Tuh temen lo kayak bocah adain acara ulang tahun kayak gini!" ejek Noah pada Steven yang sangat terlihat bahagia dari kejahuan berbicara pada tamu lainnya.

"Yang penting gak ada acara tiup lilin. Baru bocah namanya kalau kayak gitu," celetuk Gibran membuat mereka tertawa dan semakin mengejek Steven.

"Kalau sampai ada. Gue langsung lempar Stev sekarang juga. Lumayan sekarang kita ada di rooftoop." Keempat pria tersebut tertawa dan saling memukul satu sama lain.

Love Makes HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang