8. Permintaan Enggan Dikabulkan

4.7K 336 18
                                    

"Jadi, semuanya udah siap, kan? Kedua pengantinnya nanti jalan di karpet sini terus pas lewat di sini baru deh kelopak bunga-bunga dijatuhin." Instruksi Randa sambil berjalan di atas karpet memberitahu para karyawan yang membantunya dalam menyiapkan acara resepsi yang akan diadakan sebentar malam. Semuanya mengangguk mengerti apa yang diucapkan Randa.

Lalu Randa pun menyuruh mereka untuk segera bersiap-siap dan menyiapkan apa-apa yang belum tersedia. Matanya tidak sengaja menatap ke arah pintu kaca menampilkan seorang pria berkacamata yang bersidekap sambil tersenyum menatapnya.

Ia pun pamit lebih dulu menghampiri pria itu yang menunggu kedatangannya.

"Hei... kebetulan ada disini?" sapa Randa saat tiba dihadapan Gibran yang sudah menurunkan tangannya.

Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah hampir sebulan. Hubungan mereka ada sedikit kemajuan karena akhirnya Randa sedikit demi sedikit mau membalas chat dari Gibran, walau jarang.

"Sengaja. Samperin kamu."

"Darimana lo tau gue sekarang ada di Solo?"

Gibran merogoh ponselnya lalu memperlihatkan layar ponselnya di hadapan Randa. "Your Instagram stories."

Randa manggut-manggut menatap layar ponsel Gibran menampilkan video boomerang dirinya yang berada di bandara internasional Adi Sumarmo.

"Emang lo gak kuliah?"

"Libur."

"Gue sibuk gak bisa kemana-mana." Tau jika Gibran akan mengajaknya jalan-jalan, jadi ia lebih dulu menolak.

"Aku kangen sama kamu. Masa kamu gak bisa luangin waktumu?"

Randa berhenti tertawa, ia menatap Gibran yang terlihat begitu serius. "Lo serius kangen gue?"

"Gue serius!"

"Pacar gue aja gak kangen sama gue." Randa tertawa hambar. Ia menginginkan Sabian yang mengatakan rindu padanya, bukan Gibran yang notaben sahabat kekasihnya.

"Ekhm! Gue cariin, lo ternyata ada di sini."

Mereka menoleh ke arah Laras yang sudah berdiri di sebelah Randa. Laras melirik Gibran lalu menatap tanya Randa.

"Siapa tuh?" Laras menyenggol pundak Randa menggunakan pundaknya, menggoda Randa yang sudah memutar bola mata kesal.

"Perkenalkan bosnya Randa sekaligus kakak sepupunya. Kamu.." Karena tau Randa tidak ingin mengenalkannya pada pria di hadapannya, maka Laras berinisiatif sendiri, menjulurkan tangannya ke arah pria itu yang langsung disambut.

"Gibran." Setelah itu mereka melepas tautan tangan mereka.

"Engh... jadi Gibran ini mau tanya-tanya konsep pernikahan atau gimana?"

"Gue ke sini mau ketemu Randa."

Laras tertawa canggung. Lalu matanya memicing merasa tidak asing dengan Gibran. Kemudian ia teringat. "Sepupunya Kak Malvin, 'kan?"

Gibran tertawa lalu membuka kacamatanya.

Mata Laras membulat baru mengingat Gibran yang ternyata pernah datang ke resepsi pernikahannya.

"Udah inget?" Gibran tersenyum geli dan kembali memasang kacamatanya.

Laras masih tertawa lalu menepuk pundak Randa lalu berbisik. "Lo udah ganti, Da?"

Memang posisi mulut Laras berada di dekat telinga Randa, tapi suaranya sedikit keras, bukan seperti bisikan yang membuat Gibran mendengarnya.

"Ngomong apa sih lo?" Randa mencubit lengan Laras membuat empunya meringis.

Love Makes HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang