Seperti keinginannya kemarin, Randa pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan dapur serta kebutuhan dirinya. Walau hanya berkeliling sebentar membuat tenaganya seperti dikuras habis. Randa memilih duduk sejenak di kursi yang disediakan setelah selesai belanja. Meminum air mineral untuk menuntaskan dahaga.
Matanya ia alihkan pada playground yang berada di depan supermarket tersebut. Terlihat sekumpulan anak-anak yang sedang bermain. Tanpa sadar ia tersenyum. Membayangkan jika anaknya kelak akan bermain juga seperti anak-anak tersebut.
"Ayo!"
Randa sontak mengalihkan pandangannya dan melotot terkejut saat mendapati Sabian berdiri di hadapannya sembari menenteng belanjaannya. Randa hendak merampas belanjaannya kembali, tapi dengan cepat Sabian menghindar.
Tangan Sabian yang bebas, meraih pergelengan Randa lalu menarik Randa berdiri.
"Lepas!" desis Randa berusaha melepas tangan Sabian.
"Mira, please! Jangan keras kepala. Gue anterin lo pulang. Oke?" pinta Sabian dengan tatapan teduhnya.
Randa buang muka. Tidak lagi meronta, mencoba melepaskan diri dari Sabian yang menggandengnya hingga masuk ke dalam mobil Sabian.
Entah bagaimana bisa Sabian berada di supermarket itu. Randa tidak ingin tau.
Sabian masuk di balik kemudi. Hening meliputi mereka. Sabian sama sekali tidak ada niat mengemudikan mobilnya. Pandangannya lurus ke depan. Sementara Randa memilih menoleh ke samping.
Lewat ekor matanya, Sabian melihat Randa menyeka air mata yang menetes. Sabian mendesah pelan lalu mengemudikan mobilnya mengantar Randa pulang.
Sesampainya di unit Randa, Sabian bahkan mengantar Randa hingga masuk dan menyusun semua belanja Randa pada tempatnya. Memasukkan bahan makanan mentah ke dalam kulkas.
Randa membiarkan, ia tidak ingin menguras tenaganya untuk melarang Sabian karena pria itu tidak akan mendengarkannya.
"Lo mau makan sesuatu?" tanya Sabian menghampiri Randa yang duduk di sofa tengah. "Mira..."
"Makasih. Lo bisa pulang!" Randa mengusir Sabian tanpa menatap pria itu.
Sabian mendesah pelan. Mendekati Randa lalu mengelus puncak kepala Randa.
Randa menghindar membuat Sabian menghentikannya. Sabian pun pamit keluar dari unit Randa meninggalkan Randa yang kembali menangis.
Entah kenapa Randa menangis. Merasa bersalah pada Sabian atas sikapnya mengusir pria itu. Padahal niat Sabian baik padanya.
*****
Tubuh Randa terasa lemas, ia tidak bisa beranjak dari tempat tidur. Sejak pagi ia mual terus. Kamar mandi menjadi tempat persinggahannya selama hampir sejam ini. Kakinya terasa lemas, tidak sanggup berdiri untuk menopang tubuhnya. Randa tidak mengerti kenapa ia mengalami morning sicknees separah ini. Padahal kemarin-kemarin ia masih bisa mengatasinya.
Sekali lagi ia mual, bersiap memuntahkan sesuatu, tapi sama sekali tidak ada yang keluar. Hingga gejolak di dalam perutnya berulah. Randa kembali memposisikan wajahnya ke arah kloset lalu mengeluarkan cairang bening.
Tubuh Randa tersentak lalu menegang beberapa detik saat merasakan usapan di tengkuknya. Randa mendongak melihat Sabian yang menatapnya khawatir.
"Bi...," panggil Randa tanpa sadar. Tanpa rasa jijik Sabian mengusap bibir Randa yang belepotan karena cairan yang keluar tadi.
Randa ingin mengelak karena Sabian masih setia memjat tengkuknya. Bahkan menggulung rambut panjangnya.
"Udah enakan?" tanya Sabian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Hurt
ChickLit》Love Makes Series 3《 • • • Randa lelah dengan hubungannya yang dikategorikan tidak sehat atau malah palsu dan hancur. Mencoba bertahan karena cinta, tapi banyaknya pengaruh dari orang luar dan lelah batin, hatinya goyah ingin melepas semuanya. Nam...