12. Backstreet

4.6K 347 16
                                    

Randa mendesis sembari memperkuat genggamannya pada sprei. Kepala serta punggungnya ia angkat sedikit untuk melihat si pelaku yang membuatnya mendesis nikmat yang saat ini menikmati bagian bawah perutnya.

Tak kuasa lagi menahan gejolak, ia menjerit kecil seiring cairan hangat keluar dari inti tubuhnya dan sekali lagi ia merasakan sedotan. Sama sekali si pelaku tidak jijik menyedot cairan hangatnya.

"Udah ya? 'Anu' ku udah ngilu," sahut Randa memelas saat melihat Gibran yang bersedia menggagahinya lagi. Padahal semalam hingga pagi buta, Gibran tak henti-hentinya menggagahinya dan sekarang ini pria itu masih ingin lagi. Randa tak habis pikir.

Gibran pun mengalah, ia mengangguk saja dan beranjak ke kamar mandi meninggalkan Randa yang termenung menatap langit-langit kamar.

Beberapa kali hembusan nafas berat Randa keluarkan, menandakan jika beban hidupnya semakin berat. Entah kenapa hidup Randa tak tau arah seperti ini? Dalam artian, masalah percintaannya yang tidak jelas.

Pertama terjebak dalam hubungan bersama Sabian yang selalu menyakitinya. Sekarang, ia menjebak dirinya sendiri dalam hubungan terlarang dengan Gibran.

Menjebak sendiri?

Randa tersenyum getir. Itu benar adanya. Karena sejak Sabian masuk Rumah Sakit beberapa hari yang lalu, tiba-tiba saja Gibran yang mengabaikan setiap pesannya datang menghampiri. Menawarkan kehangatan membuat Randa yang saat itu butuh tumpuan hidup, akhirnya menerima Gibran.

Entah sampai kapan semuanya akan berakhir. Saat ini Randa dalam dua hubungan, antara Sabian dan Gibran. Tetapi, akhir-akhir ini Sabian menghilang lagi usai mereka berdua liburan bersama. Randa pun bersama Gibran. Hampir setiap akhir pekan, jika tidak ada pekerjaan Randa akan ke Jogja mengunjungi Gibran. Layaknya pasangan LDR yang bertemu untuk menuntaskan kerinduan.

"Mau dimandiin?"

Randa menoleh pada Gibran yang sudah segar sehabis mandi dan tentunya bermain sendiri. Rambut setengah basah Gibran membuat pria itu keliatan menggoda.

Terbiasa melihat Gibran memakai kacamata membuat Randa melihat jika Gibran yang tidak memakai kacamata seperti orang yang berbeda. Ia menyukai Gibran yang tidak memakai kacamata.

Jujur saja sekarang Randa menyukai Gibran. Pria itu begitu perhatian dan sering memanjakannya. Selalu ada jika Randa membutuhkan walau Gibran berada jauh darinya.

"Aku suka liat kamu gak pake kacamata." Randa tidak membalas perkataan Gibran. Ia malah mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.

Gibran tersenyum geli sembari geleng-geleng kepala. Lalu menaikkan selimut untuk menutupi tubuh telanjang Randa. Bisa mandi dua kali kalau melihat Randa tanpa busana dalam waktu yang lama. Kemudian ia beralih ke arah lemari untuk mengambil pakaian. Melorotkan handuk begitu saja dan mulai memilih pakaiannya.

"Kamu godain aku, Ran?" Randa bertopang kepala dengan posisi badan miring menghadap ke arah Gibran yang tanpa risih bertelanjang di hadapannya.

Semenjak menjalin backstreet, Randa menuruti permintaan Gibran agar menggunkan panggilan 'aku-kamu'. Awalnya Randa tidak terbiasa, namun semakin hari ia pun terbiasa. Randa hanya berharap jika berkumpul dengan semua sahabat Gibran termasuk kekasihnya, ia tidak keceplosan.

"Merasa tergoda, Nona?" Gibran memutar tubuhnya menghadap ke arah Randa yang sontak tertawa lalu melemparnya menggunkan bantal.

"Pakai baju Ran! Nanti kamu masuk angin!"

"Cie yang perhatian!"

"Aku gak perhatian. Gak mau aja nanti kalau kamu masuk angin, pasti kamu nyuruh aku ngerokin kamu."

Love Makes HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang