31. Tertawa Lepas

3.4K 305 16
                                    

Sepulang dari tempatnya bekerja, tidak sengaja Noah melewati toko kue sekaligus kafe tempat para muda-mudi nongkrong. Toko kue yang merupakan milik kakak sepupu Rere.

Noah memutar arah laju mobilnya untuk kembali ke toko tersebut. Memarkir mobilnya di tempat yang disediakan.

Sama sekali Noah tidak melihat keberadaan Rere. Hingga ia ditegur salah satu karyawan.

"Cari apa Mas?"

Noah mendekati etalase beraneka ragam puding. "Puding coklat lima, sama tiramisu satu."

Sembari membayar pesanannya. Karyawan toko tersebut mengemas pesanannya.

"Oh iya Rere mana?" tanya Noah saat karyawan toko menyerahkan kotak berisi pesanannya tadi.

"Ah Mbak Rere hamil muda Mas, jadi udah gak bantu-bantu di sini."

Noah manggut-manggut lalu melenggang pergi.

Sembari memasang AirPods di telinganya, Noah mulai menghubungi Dera, berencana mengucapkan selamat.

Noah mulai mengendarai mobilnya dan juga menunggu teleponnya di jawab.

"Hm."

Di seberang sana Dera berdehem malas. Noah tebak sahabatnya itu baru saja bangun, padahal waktu sudah mulai petang.

"Anjing! Udah mau malem masa lo baru bangun?!" seru Noah tertawa.

"Apa sih bangsat?! Ganggu aja lo. Ngapain nelpon? Si Steven ngambek makanya lo telpon gue? Gitu ya kalau pacar ngambek, baru dateng ke gue. Adek gak bisa diginiin Bang!"

Noah semakin tertawa mendengar ocehan Dera. Di seberang sana pun Dera ikut tertawa saat Noah mengumpat padanya.

"Gue mau ucapain selamat aja! Astaga! Bentar lagi lo jadi bapak!"

"Hah? Darimana lo tau?...hahaha iya-iya doain yang terbaek buat Rere sama calon anak gue."

"Baru aja gue dari toko kuenya kakak ipar lo. Gue nanya salah satu karyawannya, soalnya gak liat bini lo. Gak nyangka gue, tukang PHP kayak lo bakal jadi bapak!"

"Asu!"

Kedua pria itu terpingkal-pingkal.

"Eh tumben lo ke sana? Lo kan gak suka makan kue No? Ah atau si Steven ngidam makan yang manis-manis?"

Kini giliran Noah yang mengumpat pada Dera yang semakin tertawa. Noah duga kesadaran Dera sudah terkumpul sepenuhnya. Terdengar tawa sahabatnya itu begitu lepas.

"Gue beliin Randa puding."

Seketika hening. Dera mendadak terdiam.

"Der? Woy! Masih idup gak lo?!"

"Ah iya kenapa? Eh udah dulu ya. Rere manggil gue nih!"

Berakhirlah percakapan mereka.

Sesampainya di depan unitnya, Noah berdiri di depan pintu lalu memencet bel. Walau unit tersebut adalah miliknya, tapi sekarang Randa yang tinggal. Tidak sopan jika ia menyerobot masuk.

Pintu terbuka, Randa mengernyit menatap Noah yang menyengir lebar.

"Gue kira siapa? Kenapa gak langsung masuk aja sih?" ujar Randa seraya memutar tubuhnya melangkah masuk ke ruang tengah diikuti Noah.

"Kan sekarang lo yang tinggal di sini. Gak enak kali kalau gue langsung masuk," ujar Noah memilih duduk di sofa tunggal. Menaruh kotak kue yang dibelinya tadi di atas meja.

"Buat lo," ujar Noah menggeser kotak kue tersebut ke hadapan Randa.

"Ini apa?" tanya Randa sembari membuka tutupnya lalu matanya berbinar. "Makasih."

Love Makes HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang