6. Mulai Berkhianat

6.9K 452 26
                                    

Gibran memarikir mobilnya di bassment apartemen. Ia melirik Randa yang tertidur pulas di sebelahnya. Setelah tadi dari alun-alun kota, Randa tertidur dalam perjalanan pulang. Gibran tersenyum kecil melihat Randa yang begitu polos dalam tidurnya. Ah Randa memang polos. Tapi karena sahabat brengseknya, wanita itu tidak lagi sepolos dulu.

Ia merapikan anak rambut Randa yang menutupi sebagian wajah Randa, karena posisi kepala Randa miring, menghadap ke arahnya membuatnya bisa melihatnya secara jelas.

Melepas sabuk pengamannya terlebih dahulu, ia kembali menjulurkan tangannya hendak menyentuh pundak Randa untuk dibangunkan, tapi diurungkan saat ponsel Randa berdering. Ia pun merogoh sling bag Randa dan mengambil ponsel Randa yang menampilkan nama si penelpon.

'Playboy Bangsat🐶'

Gibran tersenyum geli melihat nama kontak Sabian. Tidak menyangka jika Randa benar-benar membenci kekasihnya.

Membenci?

Ia melirik Randa lalu kembali menatap layar ponsel yang masih berdering menampilkan nama Sabian.

Karena mendengar suara bising membuat Randa mau tidak mau terbangun dan menegakkan tubuhnya. Ia melirik Gibran yang memegang ponselnya.

Gibran yang menyadari Randa bangun menatapnya lalu menyerahkan ponsel itu yang tidak ada hentinya berdering.

Randa memutar bola mata malas menatap layar ponsel. Meski malas, ia tetap menjawab panggilan Sabian.

"Kenapa?" tanya Randa malas, ia menguap sambil menutup mulutnya.

"Oh... gue kira lo udah gak inget gue?" tanya Randa sinis, ia melirik Gibran yang menatapnya dalam diam.

"Udah ah! Gue ngantuk, mau tidur!"

"Udah, sana pergi! Pacar lo manggil tuh!" sentak Randa karena sayup-sayup mendengar suara manja dari seberang sana. Ia menggeram kesal dan tanpa sadar mencengkeram ponselnya.

"Lo hubungin gue karena cuma mau ngasih denger suara mendesah pacar lo?!" Suara Randa sudah naik satu oktaf. Jika sekarang Sabian berada di hadapannya, mungkin Sabian akan babak belur.

"Udah ah! Gue capek! Selamat bersenang-senang brengsek!" Randa memutus panggilan lalu menghembuskan nafas kasar. Ponselnya kembali berdering menampilkan nama Sabian di layar. Ia hendak menjawabnya, tapi Gibran merampas ponselnya lalu menolak panggilan Sabian dan kemudian mematikan ponsel Randa.

Randa menatap Gibran heran, ia bisa melihat Gibran yang terlihat kesal.

"Gak usah ladenin. Ayo! Pasti lo ngantuk!" Gibran keluar dari mobil, masih belum mengembalikan ponsel Randa. Randa masih terdiam ditempatnya. Mencerna apa yang baru saja terjadi.

Ia terkesiap saat pintu di sebelahnya terbuka menampilkan Gibran yang menunduk sedikit untuk menatapnya.

"Mau tidur di mobil?" tanya Gibran tersenyum geli, Randa pun ikut tersenyum, lalu keluar dari mobil.

Mereka berjalan ke arah lift dalam diam hingga masuk ke dalam unit apartemen. Sebelum Randa masuk ke dalam kamar, ia menengok ke arah Gibran yang hendak membuka pintu kamar.

"Gibran..."

Gibran menoleh membalas tatapan Randa. Sontak ia tersadar, jika ia masih memegang ponsel Randa. Ia pun menghampiri Randa lalu menyerahkan ponsel wanita itu.

Sebenarnya Randa memanggil Gibran bukan untuk meminta ponselnya, tapi ia tetap menerimanya.

"Besok gak usah bangun pagi ya? Lebih baik lo nikmati waktu libur," ujar Randa tersenyum.

Love Makes HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang