27. Malaikat Kecil 🐎

3.8K 523 27
                                    

Bantu ramein part ini dengan komentar yuk ❤

Happy reading
👇👇

🐎🐎🐎

"Akankah takdir ini berubah setelah malaikat kecil ini hadir?"

🐎 Sebatas Kekangan 🐎

Dua minggu kemudian, tepatnya sehari sebelum Denish balik ke Jakarta.

"Kak Dito, Kak Re, Kak Vi ...," sapa Stella dengan riang begitu masuk ke dalam cafe. Tampaknya mood dia hari ini baik, karena besok Denish akan pulang.

"Stel, lo datang kenapa bawa rombongan?" tanya Re sambil menaikkan alis sebelah kanan. Matanya memandang ke arah belakang Stella.

"Kita ini mau nongkrong Stel, bukan mau tawuran," tambah Vivi.

"Aduh Stel ... Stel .... Ngakak akutu." Si Dito memegang perutnya dengan bahu berguncang.

Gadis itu tertegun. Dengan wajah merahnya ia membalikkan badan ke belakang. "Pak Kemisssss ...!"

"Iya Non."

"Aku kan udah bilang jangan ikut masuk ke dalam. Itu bawahannya suruh pada pulang napa?" pintah Stella sambil menolehkan pandangan ke belakangnya Pak Kemis. Satu dua tiga empat lima orang ... Stella berhitung. Total ada lima pria berbadan kekar, dan berwajah garang berdiri di belakang Pak Kemis. Mereka adalah body guard-nya Stella.

"Tapi, ini perintah dari Tuan Denish. Dia takut Non bahaya."

"Jangan khawatir. Aku ini ketemuan sama teman aku, Pak. Bawahannya suruh ngopi dulu aja. Pak Kemis juga cape kan udah ngawalin aku selama dua minggu ini? Istirahat dulu Pak. Ngopi dulu situ ...," usir Stella sembari mendorong Pak Kemis.

"Gue gak minat sama bocil Pak. Tenang aja!" teriak Re kepada Pak Kemis.

"Pak Kemis tuh kalau nggak tenang, bisa ngopi di pojokan belakang sana. Tapi, kumohon jangan berdiri di belakang ku terus."

Pak Kemis tampak berpikir sebelum mengiyakan. Beliau memberikan aba-aba kepada para pengawal untuk mundur. "Kalau ada apa-apa, kami ada di sana ya ...." Pak Kemis menunjuk meja kosong di pojokan ruang cafe.

Stella mengangguk setelahnya bergabung dengan Dito, Re, dan Vivi. Kemudian memesan minuman dan makanan kepada pelayan yang menghampirinya.

"Maaf Kakak-kakak semua. Ini suruhan Kak Denish. Aku juga ngerasa agak risih diikutin mereka kemana-mana selama 2 minggu ini." Stella membuka suara sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Sans. Tapi set dah, suami lo posesif banget," protes Re sambil menopang dagu.

"Posesif apaan! Mau minta cerai dia mah," sahut Vivi.

"Herman gue sama tuh cowok satu, ada-ada aja. Kamu jangan sedih, Stel. Ini bunga buatmu." Seperti biasa, Dito selalu menyiapkan sekuntum bunga mawar kepada Stella ketika mereka bertemu. Benar-benar pria yang romantis, tapi sayang sudah punya anak istri. Yang jomblo jangan coba-coba untuk tikung deh! Ini bukan cerita pelakor-pelakoran.

"Makasih." Stella menerima bunga itu, seperti biasanya juga ia menawarkan kepada Vivi. "Kak Vivi mau?"

"Nggak mau aku dari Kak Dito." Vivi menggelengkan kepala, sedangkan Dito dengan lebay memukul hatinya.
Sakit, bunganya dikasih lagi ke orang lain.

"Dia mah maunya dikasih ama gue tau, Stel," ucap Re membuat Vivi melototnya.

"Apaan sih? Gombal mulu dari kemarin!" protes Vivi.

Sebatas Kekangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang