15. SAH 🐎

4.7K 620 50
                                    

"Jagalah kesehatan, karena kesehatan itu mahal."

🐎 Sebatas Kekangan 🐎

Pagi ini, Denish sedang berada di ruang kerja pada rumahnya. Pria itu memijatkan keningnya, pening sama kerjaan. Hari ini tubuhnya juga terasa sangat lelah. "Kenapa makin lemah tubuh ini? Apa karena kemarin makan gorengan dan manis-manisan?" gumamnya.

Denish meraih keluar sebuah jarum suntikan dari kulkas kecilnya, dan menaruhnya di atas meja. Sambil menunggu suhu jarum itu sehangat suhu ruangan, tatapannya terpusat kepada selembar kertas laporan kesehatannya. Pria itu menghela napas berat, meremas kertas itu dan membuang ke tong sampah. Benar-benar sampah! Nyusahin aja nih penyakit!

Ponselnya berdering. Bunyi chat dari Adit masuk.

Gue udah hubungi asisten lo. Proyek yang gue rancang udah disetujui sama dia, tinggal tandatangan dari lo aja.

Menyebalkan! Hari ini terasa begitu menyebalkan. Tubuh yang lelah, dan ulah Adit yang semena-mena membuat Denish semakin pusing. Tadi Denish telah melihat dokumen proyek yang dibuat oleh Adit. Semakin keterlaluan tingkah karyawannya ini. Proyek ini jelas-jelas memakan duit perusahaan!

Denish tidak suka bertele-tele. Ia langsung mengetik balasan tanpa basa-basi lagi.

Makan berapa duit?

Selang berapa lama, Adit membalas.

Gak banyak. 200 juta aja. Ini bayaran dari lo yang udah ngerebut bini gue.

Denish memiringkan senyuman. Berani sekali si Adit main-main sama dia, bahkan terang-terangan korupsi gini. Baiklah, 200 juta tidak berarti jika bisa nyelamatin gadis itu.

Yaudah, gak ada lain kali. Nanti dokumen yang udah gue tandatanganin, dianter asisten ke kantor. Tapi, gak ada lain kali lagi!

Adit balas lagi.

Makanya cariin gue cewek! Tapi, gue maunya yang muda. Rita gue gak mau.

Denish tersenyum evil, mencari-cari sebuah foto di galerinya. Kemudian mengirimkan foto itu kepada Adit.

Gimana yang ini? Kakaknya Stella. Namanya Calvina Andriani. Mangsa yang cocok buat lo. Habisin aja.

Denish melepaskan ponselnya setelah Adit diam. Jika Adit tidak balas, berarti tandanya dia puas dengan mangsa barunya. Denish memiringkan senyuman. Terasa menyenangkan jika Adit benar-benar memangsai Vina. Ini hukuman kecil untuk Vina yang suka main-main dengan bocilnya. Sekarang tinggal Reni yang belum dikasih hukuman.

Denish kembali fokus dengan penyakitnya. Ia mencuci tangannya dengan alkohol, setelah itu meraih jarum suntik kembali. Ia tegar untuk menghadapi semua ini. Tidak ada orang yang tahu soal penyakitnya, bahkan Amy pun sama. Ia tersenyum puas menatapi wajahnya di depan kaca. Sudah dua tahun ini, ia menyembunyikan penyakit-penyakitnya dengan baik.

Denish menggulung lengan baju sisi kanan. Bekas-bekas suntikan memenuhi lengannya. Oh, mau suntik di mana lagi?

Pria itu menarik kembali lengan baju sisi kanan dan menggulung sisi kiri sekarang. Sama saja penuh. Denish menghembus napas kasar. Ia membuka baju bagian bawah sedikit. Mengusap-usap bagian perut yang mendekati pusar dengan alkohol. Kemudian mencubit lemak perutnya, memasukkan jarum suntikan yang sudah ia isikan insulin itu ke dalam.

Sakit? Sudah terbiasa, tidak ada kata sakit lagi dalam kamusnya. Setelah 10 detik, Denish melepaskan jarum suntikan itu dan membungkusnya dengan sebuah kantong hitam, membuang jarum suntikan itu ke tong sampah.

Sebatas Kekangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang