Selamat membaca
Good morning
Pagi yang tidak cerah, hujan deras dengan suhu yang dingin sangat cocok sebenarnya untuk pengantin baru bisa saling menghangatkan tetapi berbeda."Ardooo bangun!"perintah Qisya tetapi suaminya ternyata tidak memiliki niat untuk bangun, Alardo sepertinya lelah juga tapi waktu sudah hampir tengah hari, yah meskipun mendung.
Qisya bangun dan duduk di perut Alardo, Qisya tersenyum nakal dengan fikiran jahilnya.
Alardo dengan tetap menutup matanya tersenyum samar, Qisya mengusap dadanya lembut, Alardo semakin menghilangkan niatnya untuk membuka mata.
"Ck, jadi kau masih belum mau bangun?" decak Qisya.
Qisya menarik selimut dan menekuk tubuhnya tidur di atas tubuh Alardo, Qisya meletakan wajahnya tepat di sisi wajah Alardo dengan di tutupi selimut Qisya menyatukan pipinya dengan Alardo.
"Bangun sebelum aku yang menerkammu!" ancam Qisya dengan meniup telinga Alardo.
Hal itu membuat hasrat Alardo teruji, Qisya dengan fikiran gilanya menjilati rahang Alardo yang di tumbuhi rambut membuat lidah Qisya seakan di tusuki rambut.
Merasa ulahnya tak berhasil membangunkan suaminya, Qisya menarik tubuhnya untuk duduk di atas perut Alardo.
"Mau kemana kau hum?" tanya Alardo menahan pergerakan Qisya, mata Qisya bertemu dengan mata Alardo di balik gelapnya selimut.
Gemuruh petir menyambar bersamaan saat Alardo menarik tengkuk Qisya, mengecup perlahan membuat Qisya membisu.
Alardo mengusap punggung Qisya yang hanya berlapis
kain tipis,Qisya mencengkram rambut Alardo saat nafasnya mulai tersenggal, Qisya duduk dengan mengatur nafasnya pergerakan Qisya yang cepat itu membuat selimutnya terjatuh.
Alardo menoleh pada dinding kaca menampilkan air hujan tertumpah dengan angin yang berhembus kencang membuat Alardo bisa merasakan Dinginnya udara yang menyentuh kulitnya.
Alardo menarik Qisya kembali menimpa tubuhnya, Alardo mulai mengusap lengan Qisya dengan lembut dan hangat, Qisya menutup matanya menunggu Alardo akan mencumbunya tetapi...
"Bangun dan kenakan baju hangat!" ajak Alardo menyampirkan anak rambut Qisya.
Qisya menghela nafas kesal dan berpindah duduk di samping Alardo dengan wajah yang tertekuk.
"Ada apa?" tanya Alardo ikut bangun dan menyinggakan kecupan singkat di pipi Qisya.
"Kapan kau akan melakukannya?" tanya Qisya kesal.
"melakukan apa?" tanya Alardo berdiri di sisi ranjang, pria itu sedikit merenggangkan ototnya.
"kau mencumbuku dan membuatku merasakan kenikmatan, bahkan kau seperti orang yang kehausan" jawab Qisya jujur.
Alardo terkekeh, menunduk, mengunci pegerakan Qisya.
"Apa kau sangat merindukan sentuhanku?" goda Alardo, Qisya memundurkan sedikit wajahnya dari Alardo dan berekspresi jijik.
"Dengar Ar! Kau tidak tahu saja, aku selalu ketakutan kau menerkamku tiba-tiba, Aku tidak tau bagaimana mempersiapkan semuanya agar sesuai keinginanmu," ucap Qisya membuat Alardo menghela nafas, bagaimana ia lupa istrinya ini tidak tumbuh sebagaimana mestinya, pubertasnya di penuhi dengan terapi dan trauma, memang Qisya telah sembuh dan hidup senormal mungkin tetapi ada saja hal yang pasti belum ia ketahuin.
Alardo mendapat ide bodoh sekarang, Pria itu menarik kaki Qisya untuk semakin mendekat dengannya.
"Aku telah membuat kesalahan waktu itu, menerkammu tanpa memperlihatkan materi sebenarnya yang terlebih dahulu, jadi untuk hari ini kita hanya akan melihat tata caranya!" putus Alardo berucap seperti dosen, Qisya semakin menatap pria yang telah menjadi suaminya dengan Aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My little Qisyandhar [Tamat] ✓
Romance✓✓✓Part yang di Repost adalah part yang sudah di Revisi, jadi yang sudah membaca saya harap bisa lebih nyaman membaca kembali, dan untuk yang baru membaca mohon maaf karna memang sebagian part sudah saya jump demi kenyamanan membaca. [ FOLLOW SEBELU...