Qisyandhar 45

961 64 5
                                    

Selamat membaca

Pagi ini Fliza tersenyum membaca pesan singkat dari Danar, namun beberapa saat sebelah dari alisnya terangkat, Gadis itu memutar cincin di jari manisnya.

Maid pribadi Nyonya Alardo itu meletakan ponselnya dan berjalan keluar dari kamarnya, tampak Qisya keluar dari lift bersama Alardo, Fliza mengernyit saat Tuannya mengenakan Syal merah.

"Fliza," panggil Qisya, Fliza segera menghampiri wanita itu dengan senyumnya.

"Lihat kami baru saja dari kamar atas, aku dan Alardo membuat syal ini, jelek kan?" Tanya Qisya, meski begitu senyum indah terukir di wajah wanita itu.

"Sangat cantik," jawabnya tersenyum, pada syal itu memang tidak rapih banyak bolongan yang besar pada hasil rajutannya.

"Tentu saja," tambah Alardo mengangkat dagunya sombong, Fliza tersenyum menahan tawa dan Qisya tertawa geli lalu mencubit pipi suaminya.

"Sudah, Ayo sarapan!" Ucap Alardo merangkul Pundak Qisya, Fliza segera ke dapur menyiapkan makanan untuk Qisya.

*6*

"Jangan membunuhnya!,"

"Apa karna ia dekat denganmu?"

"Yah, Dia tidak bersalah."

"Apa kau yakin?"

"Tentu saja."

"Dengar, aku memiliki cara lain agar tak ada yang curiga untuk hal ini."

"Apa?__Astaga."

"Kembalilah, kau hanya perlu membimbing orang itu agar tak melakukan hal sekecil apa pun."

"Sialan, bagaimana kau?"

"Tuhan bersamaku, mempertemukanku pada rupa yang tepat di waktu yang lebih tepat pula, Rencana kita sedikit bertolak tapi akan tetap berhasil."

"Kau benar-benar di luar dugaanku."

"Tentu saja, Kawan!"

*9*

**
Qisya sesekali menarik ujung syal yang di kenakan Alardo ketika suaminya itu meneguk kopi hangatnya.

Alardo tersedak lalu menatap Istrinya dengan mata menyipit, Qisya segera  memajukan bibirnya dan menatap takut pada Alardo.

"Bagaimana kalau aku sampai mati?" Tanya Alardo, Qisya mengangkat bahu acuh.

"Tinggal di kubur saja, apa susahnya." Jawab Qisya mengemil anggur.

"Bagaimana denganmu dan Anak kita?"tanya Alardo lagi kaget Qisya menjawab begitu jujur.

"Apa lagi? Kami melanjutkan hidup dan menikmati harta peninggalanmu." jawab wanita hamil itu, astaga Alardo membuka mulutnya tidak percaya atas jawaban istrinya.

"Apa kau akan menerima ajakan pria lain untuk menikahimu nanti?" tanya Alardo masih berharap Qisya menjaga perasaannya.

"Tidak," jawab wanita itu, sekali lagi memetik Anggur dari tangkainya di mangkuk buah.

Alardo tersenyum dengan mengusap dadanya, "Syukurlah." Desisnya.

"Tapi ketika kau benar-benar telah Mati, akan aku pertimbangkan." sambungnya membuat Alardo tersedak Salivanya sendiri.

Alardo dengan gemas beridiri dari duduknya dan berlutut di hadapan Qisya, pria itu menarik tengkuk istrinya menyerang wajah sedikit berisi itu dengan kecupan gemas.

"Lalu Ar, bagaimana kalau aku yang Mati?" tanya Qisya.

Alardo menatap netra biru istrinya, pancaran mata pria itu begitu serius
"Maka waktu akan berhenti," Jawab pria itu.

My little Qisyandhar [Tamat] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang