Qisyandhar \/ 28

1.2K 84 4
                                    

Selamat membaca
*

*

*

Rintik hujan dengan awan mendung mengiringi proses pemakaman Sinta, Ildrik terus mengusap Nisan yang trukir nama Sinta Naghtial dalam waktu sekejap pria itu menjadi pendiam dan dingin, mata memerah dan tampang urakan.

Dan, Sandra sudah tak sadarkan diri dengan mata sembap, saat peti adiknya perlahan di turunkan ke dalam tanah ia sudah histeris membuat Sem sedikit kewalahan.

Sedangkan di rumah sakit, Alardo tetap menemani Qisya, hanya Alardo.

Operasi kemarin sempat di katakan tidak berhasil karna setelah Ginjalnya dalam tubuh Qisya mengalami pendarahan jika saja Sandra tak menangani dengan cepat mungkin Qisya juga sudah di kubur saat ini.

Alardo mengusap punggung tangan Qisya yang tanpak pucat, sudah lebih dari 48 jam Qisya nyenyak dalam pengaruh obat bius.

"Bangun Sayang," ucap Alardo memecah keheningan dalam ruang inap Qisya.

Jemari Qisya mulai terhentak, tarikan nafas panjang, dan kelopak mata yang mulai terbuka, bibir indah mulai bergerak siap mengucapkan satu kata.

"Sss...inta," ucap Qisya menggenggam telunjuk Alardo.

Alardo tersenyum bahagia Qisya sudah sadar, tapi Qisya menyebut nama Sinta hal ini membuat Alardo berfikir keras.

"Aku merindukanmu cerewet," Ucap Alardo berdiri dan mengecup kening Qisya, di balik Nabulizer bibir tipis itu membentuk lengkungan samar.

"A...r"panggil Qisya dengan suara serak, Alardo mensejajarkan wajahnya dengan wajah Qisya.

"Ada yang sakit?" tanya Alardo mengusap puncak rambut Qisya.

Qisya menggeleng lalu menepuk lengan Alardo
"Aku ha...usss," suara Qisya begitu samar karna terhalang Nabullizer.

Alardo mengangguk dan meraih gelas berisi air di atas nakas, lalu sedikit mengangkat bahu Qisya, Qisya mengangkat Nabulizernya.

"su...dah,"ucap Qisya setelah airnya sudah setengah gelas.

Alardo merapikan anak rambut Qisya ,yang menutupi wajah Qisya.

"A...ada yang menembak, Kak Sinta, pingsan, Ar lalu apa yang terjadi?" tanya Qisya dengan pernyataan yang tidak beraturan.

Alardo mengangguk dan mengusap sisi wajah Qisya terus menerus.

"Semuanya baik-baik saja," jawab Alardo.

"Apa kau yakin?" tanya Qisya dengan kening mengerut, tatapannya memancarkan ketakutan dan kecemasan secara bersamaan.

"Aku mencintaimu," Ucap Alardo, bisa ae lu bambang.

"Aku serius Ar," kesal Qisya.

"Senin depan kita menikah," ucap Alardo memberi tahu, Qisya meredang Amarahnya.

"Sinta baik-baik saja, jadi tenanglah hum," Qisya menghembuskan nafas lalu mengangguk.

"Ar," panggil Qisya setelah beberapa saat terdiam.

"Yah," sahut Alardo terus menatap Qisya dan jangan lupakan senyum menawannya.

"Apa yang lain tidak datang menjengukku?" tanya Qisya meliarkan pandangan.

"Mereka istirahat, saat ini juga masih jam Kerja," jawab Alardo berbohong.

"Termasuk Fliza?" tanya Qisya.

My little Qisyandhar [Tamat] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang