BAB 5

281 46 0
                                    

"Kenapa kamu menatap Joy seperti itu ? Aneh sekali. " Dahyun tiba-tiba bicara, mengagetkan Wendy yang masih terpesona dengan bidadari yang baru lewat didepannya.

"oh....Joyi ? Wendy mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kamu tidak lihat dia sangat cantik?" Wajar kalau aku ingin memandang wajahnya terus. "

Dahyun tertawa. "Matamu baru sembuh dari katarak sekarang ? Kemana saja kau selama ini ? Selama hampir lima tahun kita kuliah, semua pria di angkatan kita ingin merebut hati Joy. Kecuali kamu. Dan sekarang kamu bilang dia cantik? "Dahyun tertawa lagi.

Wendy hanya bengong melongo. Betapa bodohnya Seungwan selama ini. Ibarat didalam kolam ada bunga teratai yang begitu indah bermekaran, malah memilih Enceng gondok.

"Kamu tidak minta daftar pasienmu ke dr. Song? "Tanya dahyun.

"Kamu sudah minta?"

"Sudah, ini." Dahyun menunjukkan sebuah kertas berisi nama-nama pasien yang harus dia tangani.

"Yah, kamu minta tidak ajak-ajak." Protes Wendy sok akrab.

"Tadi kebetulan dr. Song lewat, jadi aku sekaligus minta. Ambil sendiri saja. Itu ruangannya ada di samping ruangan ini. "

"Ok".

Setelah mendapatkan kertas yang sama seperti punya dahyun, Wendy berjalan menuju ruang rawat. Disana sudah banyak pasien yang menunggu.  Sebenarnya Wendy sedikit tegang karena dia akan merawat manusia.

Selama ini yang dia sembuhkan adalah anjing, kucing, ayam, bahkan pernah ada pasiennya yang membawa monyet dan tikus. "Semoga aku tidak melakukan malpraktik. Bisa dipenjara nanti,  gawat." Batinnya.

Mata Wendy terbuka lebar, dan segera senyum menawan tersungging di bibirnya saat melihat si cantik yang sudah memikat hatinya pada pandangan pertama.

Gadis itu berdiri disamping seorang nenek yang tua renta, dilehernya  terpasang stetoskop dan ia memegang sebuah buku catatan. Ekspresinya serius, sambil tangannya mencatat keluhan pasiennya.

"Sibuk?" Sapa Wendy sambil mendekat.

Sang gadis mengangguk. " Ini penting untuk bahan presentasi Minggu depan". Dia menjawab tanpa menoleh. Astaga, suaranya lembut sekali. Membuat Wendy semakin kagum.

"Ada yang bisa dibantu ?"

"Gak usah, Seungwan. Kamu urus saja pasienmu. Kamu dapat pasien berapa?"

Wendy melihat lagi kertas yang ia pegang. " Empat".

"Nah itu cukup banyak, kamu sendiri bakal sibuk. Urus saja mereka. " Ucap joy, masih fokus pada apa yang ia lakukan.

Wendy memperhatikan lagi gerak-gerik gadis itu. Mendengarkan suara lembutnya saat sedang bertanya pada sang pasien, ..hmmm. Seandainya saja dia yang berbaring disana....

Wendy melamun. Menikmati pahatan surga didepannya. Tubuh gadis itu tinggi semampai, pinggangnya pasti ramping kalau saja ia tak memakai baju dokter. Pinggulnya yang padat berisi pasti sangat menggoda kalau dia menggunakan celana ketat, atau rok mini. Tungkainya panjang dan indah. Lehernya yang jenjang sungguh putih dan mulus,  mengundang belaian..Ah...seandainya saja....

"Tidak periksa pasien?" Tanya Joy heran.

Joy begitu fokus memeriksa sang nenek, sampai tidak sadar bahwa ada lelaki mesum yang terus memperhatikannya dari belakang.

Begitu menoleh, Joy terkejut melihat Wendy yang sedang melamun.

"Huh ? Pasien ? Iya ini aku akan periksa mereka. " Jawab Wendy sedikit salah tingkah. Kemudian dia dengan berat hati meninggalkan Joy yang kembali sibuk dengan pasien tuanya.

Reality (Wenjoy)*Revisi*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang