BAD GIRL | BAB 22

243 29 6
                                    

~__________~
Orang baru akan mengubah segalanya, jangan mudah terpedaya oleh wajahnya yang polos, wajah yang polos belum tentu mencerminkan niat yang baik.

______________________________

Happy reading

Sudah lebih satu Minggu Zea berada di rumah sakit, dengan keadaan yang sedikit-sedikit mulai membaik. Hari ini Zea sudah di perbolehkan untuk pulang. Dengan girang Zea mengemasi barang-barang nya dan sedikit melirik ke arah Nathan yang tampak menahan kesal, pasalnya kondisi Zea belum benar-benar baik, tapi ia bertekad untuk tetap pulang.

"Gue bosen! Lo ga ngerti sih. Lagian kalau gue lama-lama di sini ntar biayanya makin besar." Itu jawabannya Zea ketika Nathan hendak menghalangi nya. Dasar keras kepala!

Zea melihat ke arah Nathan, sedangkan Nathan hanya diam tak melirik sedikit pun ke arahnya. Zea yang merasa bersalah pun menghampiri Nathan, Zea mendudukkan dirinya di samping Nathan. Tetap saja Nathan tak memperdulikan nya.

"Than, udah dong, gue baik-baik aja. lagian kalau gue pulang Lo ga perlu buang-buang waktu, uang, cuman buat gue. Sedangkan gue bukan siapa-siapa Lo, dan Lo ga kasian sama bunda Lo? Setiap hari Lo tinggal sendiri di rumah. udahlah Than, coba deh Lo pikirin orang-orang yang sayang sama lo, jangan Lo buang-buang waktu lo cuman buat gue yang ga berguna ini!" Tegas Zea, namun dengan nada sendu.

Nathan hanya mendengarkan ucapan Zea, tanpa berfikir untuk membalas sedikit pun. Zea beranjak dari duduknya dan langsung menyambar tasnya. Zea berjalan menuju pintu keluar.

"Than, gue pergi dulu ya, makasih Lo udah mau jagain gue, di saat semua orang ngehindar dari gue. Gue pamit." Ucap Zea hendak melangkahkan kakinya, tapi malah terhalangi oleh suara bariton dari Nathan.

"Biar gue antar." Tegas Nathan. Zea kaget, bukannya tidak mau tapi, Zea merasa sudah cukup dengan semua kebaikan dari Nathan. Nathan yang dulunya selalu cuek terhadap nya, Nathan yang selalu benci terhadap nya.

"Eh, ga usah. Gue ga mau ngerepotin Lo lagi, cukup Lo jaga gue selama ini, gue udah senang." Ucap Zea hendak menolak. Nathan tak menggubris ucapan Zea, dengan cepat Nathan menyambar tas yang di pegang Zea, dan menggenggam tangan Zea ke luar ruangan.

Zea berusaha melepaskan genggaman dari Nathan, tapi apa daya, ia masih lemah, dan kekuatan Nathan sangat kuat di bandingkan nya.

Akhirnya sampai mereka di parkiran setelah membayar biaya rumah sakit, yang menurut Zea itu sangat besar, lebih besar dari gajinya selama sebulan di kafe. Oh ya, kafe. Hampir 2 minggu Zea tidak ke sana, apakah ia masih di terima? Sedangkan satu pun karyawan tidak mengetahui keadaan nya.

Nathan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hening! Tak ada pembicaraan terhadap mereka berdua. Hingga akhirnya Nathan membuka suara.

"Udah berapa lama Lo sakit?" Tanya Nathan mendadak, membuat Zea kaget ga karuan. Zea hanya diam, tak sedikit pun berniat untuk membalas ucapan Nathan.

"Lo masih mau diem?"

"Bukan, gue cuman ga mau Lo nanti kepikiran." Ucap Zea tak enak.

"Lo mikirin orang lain, sedangkan Lo ga mikirin diri Lo sendiri. Ck, Lo seolah-olah lo mau terlihat baik-baik aja dan sok kuat." Ucap Nathan sedikit menyinggung Zea. Entah mengapa air mata Zea turun begitu saja, merasa bersalah.

"Maaf hiks ..." Ucap Zea sesegukan nya. Nathan yang mendengar isakan tangis, menepikan mobilnya dan beralih menatap Zea.

"Lo kenapa nangis? Udah, Lo ga usah nangis." Ucap Nathan menenangkan Zea. Nathan memberi sebotol air ke arah Zea.

BAD GIRL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang