Semua aktifitas dalam fanfic semua hanya fiksi, pembaca diharap bijak.
Saran baca antara umur 17-21 tahun.VOTE AND COMMENT!⚠️🔞
-
-
-
-"Hee chul membawanya dan menjadikan jimin budaknya"
Hening. Tak ada kata yang terucap dari keduanya. Wajah keduanya tampak pucat dan dingin. Membeku dalam duka. Bagai dua patung sejoli yang dipersatukan dalam perasaan yang sama. Sosok keduanya tampak menyatu, kecil dan rapuh di ruang tengah yang dipenuhi aura ketidakpastian.
"A-apa maksudmu? Bukankah sudah pasti yoongi yang membawa jimin pergi hari itu? Karna dia pasti tau, orang yang menaruh bom di rumah sakit waktu itu adalah kamu jadi dia menyelamatkan jimin sebelum semua terjadi----------" sergah jin dengan tatapan sewot.
"Apa kamu akan terus mencurigai aku? Bukankah tidak mungkin aku melakukan itu ditempat kerjamu disaat aku tengah berusaha melindungimu" namjoon berusaha menjelaskan dengan tampang yang meyakinkan.
"Pembohong!" Beberapa detik namjoon terdiam, seokjin sukses menekan ulu hati namjoon dengan satu kata.
"Jika kamu tidak ingin menyakitiku, kamu tidak akan pernah datang malam itu dan memberi harapan palsu padaku!" Dan benar, seokjin mulai menyangkut pautkan masa lalu mereka lagi. Dengan tatapan berlinang hampir menangis.
"Jika kamu ingin melindungiku, kamu tak akan pernah meninggalkanku dengan segenap luka yang membalutku" namjoon hanya diam, ingin ia mengatakan kembali pada seokjin bahwa dia memiliki alasan untuk hal itu. Tapi dia kembali membaca raut wajah seokjin yang benar benar kecewa.
"Aku tidak berniat melukaimu------------menjauh darimu, hidup terpisah, aku ingin kamu tetap aman. Menjadikan nara sebagai jembatan agar aku bisa tetap terhubung denganmu. Tapi sepertinya tuhan mempermainkan ku lagi. Kamu sendiri yang mengejar bahaya itu, aku pikir selama ini aku menjadi bahaya bagimu. Tapi ternyata aku salah....." namjoon juga tengah kebingungan.
"Ada banyak cerita yang ingin aku jelaskan tapi------ aku tak bisa karna kau tak akan pernah memiliki waktu untuk mendengarkannya" kaki jenjang itu perlahan melangkah sebelum suara dari sudut kamar menghentikannya.
"D-daddy?" Namjoon menoleh dengan matanya yang membulat, selama ini ia menemui nara tidak pernah mengaku sebagai ayahnya. Ia sama sekali tidak berani mengatakannya karna, ia takut nara akan membencinya.
Jantung seokjin memompa karna terkejut nara mendengar percakapan mereka.
"Nara--- seharusnya kamu tidur" jin mengusap air matanya lalu ia mendekat pada nara yang mencoba mendekati namjoon.
"D-daddy?" Ucapnya sekali lagi, namjoon bahkan tak menyahut, ia hanya menatap nara dengan tatapan kosong..
"Papa, nara mendengar ajhussi mengatakan bahwa nara adalah anaknya. Lalu kenapa dia tidak menyahut saat nara memanggil namanya?" Jin menutup rapat rapat matanya. Pertanyaan ini yang paling seokjin hindari, tapi ia sadar ia tak akan pernah bisa selamanya menyembunyikan ini dari nara. Maka bocah 5 tahun itu menagih jawabannya sekali lagi.
"Apa dia daddy?"
"D-dia bukan daddymu" wajah kecil itu nampak murung, namun ia beralih pada namjoon kemudian meraih tangannya dan meminta untuk di gendong.
"Ajhussiiii gendong" namjoon mau tak mau langsung mengambil tubuh nara lalu menggendongnya pelan.
"Nara suka ketika ajhussi memeluk nara, rasanya hangat" mata namjoon berkaca kaca, dahulu ia sempat ingin melenyapkan nara. Ia begitu berdosa batinnya. Sementara jin terdiam dengan wajahnya yang kaku.