3. Bad guy

72 17 6
                                    

"Beraninya kau!" bentak Yoongi.

Mee mengerang, berjalan terseret dengan tangan memegang kapala yang pening karna Yoongi menarik dari belakang.

"Akhh!" Yoongi membanting tubuh Mee di gudang, barang berserakan dengan debu tebal.

Lelaki itu mendekatkan wajah, menampar  hingga pipi mulus dihadapan nya memerah. Mee menunduk, terisak menahan sakit.

"Jangan pernah berani menggangguku!" bentak Yoongi seraya meninju pipi Mee, menarik rambut hingga gadis itu mendongak. Tanpa ampun tamparan kembali melayang ke pipi basah itu.

"A- ampun Yoon! Hiks, maaf ... Meski tak bisa mendengar suara ku, kuyakin kau bisa mendengar hati ini," batin Mee. Gadis itu duduk, berlutut seraya mendongak menatap wajah angkuh Yoongi.

"Akhh!" tubuh mungil itu terguling kala Yoongi menendang wajah sembab nya, mengusap pelan sudut bibir yang berdarah, menunduk takut saat pria itu berjongkok.

"Pergi...." Yoongi berucap dengan nada rendah, membuat bulu tengkuk Mee meremang.

Tangan bergetar Mee meraih kursi di dekat nya, bertumpu untuk berdiri dengan susah payah. kaki seolah lunglai. Namun ia memaksa melangkah pelan keluar gudang. sesekali ia menoleh, pria itu masih menatap nya — dengan tatapan nanar tanpa ekspresi.

Mee menunduk, menguatkan hati yang mulai merentan. Tak hanya sakit secara fisik, tapi juga perasaan. Bagai dihancurkan hingga titik terdalam.

Anak-anak berbisik, menutup hidung karna aroma darah di sekujur tubuh Mee. menatap sambil menyingkir jijik.

"Hei aku yakin Yoongi menghajar nya."
"Kasihan sekali."
"Wajahnya memang minta dikasihani, kan?"
"Orang seperti itu mana bisa hidup tanpa belas kasih orang lain?"

Mee menunduk, menyembunyikan bulir hangat yang membasahi pipinya sejak tadi. Ia meraih loker untuk mengganti seragam sebelum pelajaran kembali di mulai.

Sungguh. Tak adakah seseorang yang menerima uluran tangan nya? Tak adakah seseorang yang masih perduli dengan orang seperti dirinya?

Tak ingin membuang banyak waktu, Mee menuju toilet dan mengganti seragam. Beberapa menit kemudian ia membuka pintu bilik, langkahnya terhenti, memaksa untuk mendekati kaca di depan wastafel.

"Kau menyedihkan sekali...." tangan bergerak menyusuri bayangan diri, memandang malas sosok yang tak sanggup berucap itu.

Air mata lolos dari pelupuk mata, menarik bibir tipis itu untuk tersenyum, menertawai diri yang penuh kekurangan. Ia mengepal, memukul pelan bayangan diri nya, menangis tersedu-sedu tanpa seorang pun tau — seperti tangis dalam batin yang entah kapan akan berhenti.

-0-

Rambut yang tergerai begerak karna tiupan angin, Mee merentangkan tangan di rooftop, tersenyum sambil memejamkan mata.

"Aku memang tak bisa berucap, tapi aku masih sangat baik dalam melihat dan mendengar."

Mee mengusap air mata saat ingatan membawanya pada sosok manis dengan kulit putih pucat. Pandangan tajam nya, serta senyum seringaian bodoh itu ... Mengapa terlihat indah jika Yoongi.

Orang berkata, saat penglihatan terhambat, pendengaran akan semakin tajam. Mungkinkah karna Mee tak bisa berucap, hingga pandangan menatap Yoongi lebih indah dari cara orang lain memandang? Mungkinkah karna keterbatasan fisik, Mee mendengar setiap umpatan Yoongi seperti sebuah kata-kata manis? Gila?

Bel berbunyi, Mee melangkah menuruni tangga. Siswa-siswi berjalan memasuki kelas masing-masing, menyisakan hening di lorong dan balkon yang  baru saja menjadi tempat perkumpulan.

"Hahaha ... Itu si bisu. Matanya selalu sembab karna tak berhenti menangis."

"Ku kira dia tak akan datang, ah menyebalkan!"

Memilih abai, Mee duduk di bangkunya, menatap sosok yang tertidur di meja dengan tangan kanan sebagai bantal. Wajah polos, dengan bibir sedikit terbuka.

"Lihat, bahkan untuk menyakiti Orang lain dia sampai terluka!" Mee tersenyum melihat jari telunjuk Yoongi yang memerah karna memukulinya tadi.

Tak perduli dengan keadaan dirinya, tak perduli sebanyak apa luka yang ia miliki, Mee hanya tak ingin seseorang terluka karna berusaha menyakitinya.

Mee melangkah mendekati Yoongi, membuka hansaplast lalu melilitkan ke jari telunjuk yang memerah itu dengan lembut. Pria itu menggeliat memaksa si gadis untuk pergi. tak ingin mendapatkan masalah lebih banyak karna guru mata pelajaran hampir memasuki kelas.

Sepanjang pelajaran Mee tak bisa mengalihkan pandang dari sosok yang tertidur pulas. Ingin saja ia mengusir sosok berisi yang duduk di depan Yoongi.

Sebuah ide muncul di benak nya, Mee tersenyum. Menulis kata di note lalu menepuk namjoon yang duduk di bangku samping. Pria itu menoleh lalu membaca note yang ia tulis.

"Namjoon, tolong ambilkan buku catatan Yoongi," tulis Mee. Tanpa bertanya-tanya pria dengan dimple manis itu mengacungkan jempol, mengambil buku catatan sahabatnya diam-diam.

Mee kembali memfokuskan pelajaran, menulis di buku catatan Yoongi tanpa mengabaikan catatan nya. Tangan seolah begitu bersemangat hingga lupa kalau ia berusaha dua kali lipat. Dan tak bisakah Yoongi sedikit menghargainya?

"Wah, kau benar menuliskan catatan Yoongi? Sepertinya kau tergila-gila ya?" perempuan yang duduk tepat di depan Mee menoleh, menatap catatan Yoongi.

"Kenapa kau memilih Yoongi? Asal kau tau, dia itu AntiLove. Kau tau kan ... Orang yang tidak percaya cinta," Mee membalas ucapan gadis di hadapan nya itu dengan senyum, kembali menulis catatan. Seperti apapun dia, bagi Mee ... Yoongi hanya Yoongi.

Sejak kapan ia meninggalkan fakta dan lebih memilih jalan nya sendiri? Yoongi memang terlihat menyeramkan, tapi caranya tertawa dan tersenyum benar-benar candu.

Beberapa waktu berlalu, akhirnya jam pelajaran berakhir. Yoongi masih menikmati masa istirahat nya,  suara riuh siswa-siswi membuat pria itu terusik dan bangun dari tidurnya.

Mee berjalan pelan lalu menyerahkan buku itu pada Yoongi, wajah yang berseri dengan pipi memerah. Siapapun akan tau Mee menyukai pria itu hanya dengan melihat.

"Apa? Apa yang kau lakukan dengan buku ku!" Yoongi beranjak lalu menarik buku itu.

Ia tertawa hingga murid-murid yang tersisa menoleh penasaran. Dengan santai Yoongi merobek lembar demi lembar, melempar tepat di wajah Mee yang menunduk takut.

"Kenapa kau tak jera juga, huh!" Mee memejam kala Yoongi mengangkat tangan, bersiap memukul wajahnya dengan buku.

kedua mata sipit Yoongi membola seketika saat tangan dengan jari lentik menahan nya. Namjoon mendorong teman dekatnya itu untuk menjauh, mata menatap tajam dengan satu tangan mengepal dan tangan lain memegang kerah pria Min.

"Yash! Namjoon!"

TO.BE.CONTINUE

Unspeakable ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang