17. Tak siapapun

51 13 5
                                    

Mee mengetik pesan pada Namjoon yang duduk tepat di samping nya, menatap langit malam bertabur bintang. Sesekali pria itu mengusap surainya, memberi ketenangan setelah semua ia curah kan.

"Aku akan merindukan mu! Aku juga tidak akan mengecewakan mu disini!" Namjoon menoleh setelah mendapat notif pesan, tersenyum seraya menarik pundak Mee kedalam pelukan nya.

"Dimanapun aku, kita tetap teman. Ingat! Jangan berurusan dengan Yoongi. Dia itu gila, awalnya Seokjin hyung juga meminta ku menjaga nya, tapi melihat mu di perlakukan seperti itu membuat hatiku bergetar."

Aku menatap bintang yang terus berkelip, mengangkat tangan membentuk pola-pola rasi bintang yang pernah ku pelajari.

"Nenek ku sakit, aku tak bisa membiarkan nya sendiri. Ini terlalu mendadak, kan?" Mee mmengangguk

Mee menghela nafas, mengalihkan pandang seraya mengusap bulir bening yang mengalir turun tanpa sepengetahuan Namjoon. Perasaan nya kalut, masih tak bisa menerima kenyataan bahwa sosok teman satu-satunya akan pergi.

Hari-hari berlalu cepat, tak ada yang berubah sampai segalanya berakhir. Ia bahkan belum membalas kebaikan Namjoon selama ini, atau sekedar menjadi sosok teman yang baik karna Namjoon terus melindungi nya.

"Aku akan berangkat besok.  Kau tak perlu mengantar ku, Abba mu akan marah kalau sampai tau."

Mee memegang tangan Namjoon yang hampir beranjak, memeluk teman nya dari belakang. Pria itu meraih tangan Mee yang melingkari pinggang nya, mengusap lembut lalu berbalik.

Namjoon menangkup pipi basah Mee, gadis itu menatap dengan pandangan berkaca-kaca, seolah memohon padanya untuk tetap tinggal.

"Mee, tak apa kan kalau aku pergi?" Namjoon berucap lembut. Mee mengusap kasar wajah nya, mengangguk kemudian melepaskan pelukan nya.

Kumohon, jangan lupakan aku.

-0-

Prang!
"Sialan! Kau pikir aku tak punya uang untuk les privat? Kau kira aku hidup miskin dan bodoh, hmm?" wajah Yoongi mendekat, menarik kerah gadis yang kini tengah mengerjakan soal si papan tulis, berdiri tepat di sampingnya dengan wajah sendu memuakan.

"Maka kerjakan!" bentak pak Lay.

Yoongi mencebik kesal, jemarinya tak bergerak karna ia tak memperhatikan penjelasan guru sama sekali. Mee masih setia di belakang nya, menunggu waktu yang tepat untuk membantu — meski tak pernah ada ruang.

Pintu terbuka, menampilkan sosok dengan senyum dimple yang mengambil sorot pandangan seisi kelas. Mee dan Yoongi di persilahkan duduk, sementara Namjoon berjalan memasuki kelas, melambai tanpa mengurangi seyum.

"Halo teman-teman. Aku akan menemani nenek ku di Goosan, ku harap kalain tetap mengingat ku. Jika kalian bermain Kesana, jangan lupa untuk mampir," ucap Namjoon lalu membungkuk hormat.

"Wuah, Namjoon_aa kami akan rindu.... "
"Pria dimple kami.... "
"Kelas kami akan bersuka setelah kepergian mu."

Murid-murid berteriak histeris. Yah, Namjoon memang pintar, tampan dan populer — tak heran kalau mereka memperlakukan nya dengan baik. Itu cukup membuat Mee tenang, memiliki sahabat yang beruntung.

Ia menatap kepergian Namjoon hingga pria itu menghilang di balik pintu. Anak-anak mulai berbisik sambil sesekali melirik kearah Mee, yang lain masih menggerutu dan menggosip, membuat kontroversi mereka sendiri.

Unspeakable ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang