Aku kalut sekali. Demi apapun tak pernah sekali-kali kabur dari sekolah.
Kaki ini menapak di depan gerbang sebuah rumah klasik dengan warna coklat pucat, jantung berdetak cepat bersamaan dengan jemari yang menekan bel.
"Anda mencari siapa?" Seorang perempuan paruh baya keluar. Melihat pakaian nya, aku langsung mengerti bahwa ia adalah asisten rumah tangga disini.
Tanpa berucap aku hanya menunjukan note dengan nama Yoongi. Perempuan itu mengangguk mengerti, tapi juga terlihat jelas raut kebingungan dari wajah nya.
"Dia tidak pernah mengabari pihak rumah jika ingin pergi kemana-mana. Setahu saya di jam ini tuan Yoongi masih berada di sekolah."
Aku menghela nafas, berbalik karna udahan ku sia-sia. Sudah ku duga.
"Tunggu," langkah ini terhenti, lalu berbalik menatap wanita yang menepuk pundak ku, "kau bisa datang ke dokter Seokjin. Biasanya Yoongi datang kesana saat suasana hantunya buruk."
Aku mengangguk, memaksa senyum getir sebelum menunduk memeberi hormat dan melangkah pergi.
Kaki ini terasa lunglai, tersesat tanpa tempat untuk kembali. Mengapa aku harus mencarinya jika berada bersama kakak nya, tapi bagaimana kalau pria pucat itu berdada dalam masalah karna ku? Apa perkataan ku menyakiti nya?
Drrttt
Merasa ada getaran dari ransel, tangan ini meraih ponsel yang menyala karna notifikasi panggilan masuk dari Yoongi. Dengan semangat aku menjawab, memaksa bibir ini kembali tersenyum."Kau menghawatirkan ku, hmm?"
Bagaimana dia tau? Ya, aku ingin kau tau betapa aku menghawatirkan mu, Yoon. Itu sudah jelas bukan.
"Kau kerumah ku? Kau pasti kaget melihat rumah ku yang seperti kastil itu. Bibi yang kau temui itu adalah orang yang telah merawat ku sejak kecil, dia menelfon Seokjin dan mengatakan kau datang. Lucunya. "
Hiks.
Aku mengusap air mata yang membasahi pipi. Ingin rasanya aku mengakhiri oanghikan nya, tak adil jika hanya dia yang berucap sedangkan aku hanya mendengar. Namun telinga dan hati ini menghangat, aku terlalu menyukai suara mu."Tidak usah menangis. Sekarang aku berada di tongyeong. Menurut mu untuk apa? Nanti kalau urusan ku sudah selesai aku akan mengabari. Kalau perlu kita melakukan panggilan video. Byebye."
Bib....
Aku memeluk ponsel seraya tersenyum sendiri, kembali mengusap air mata yang memaksa turun. Hati ini berdesir, seolah ada kupu-kupu yang berterbangan gaduh.Aku melangkah ke sebuah bangku kafe outdoor, duduk untuk mengistirahatkan kaki ini yang mulai keram karna mencari Yoongi hingga tengah hari.
Entah apa yang akan dilakukan pria itu disana. Apa mungkin menemui Namjoon? Apa sahabatnya itu berada dalam bahaya?
Belum sempat mengirim pesan pada Namjoon, sebuah panggilan masuk menghentikan jemari yang tengah mengetik.
Aku menatap kata cafe, memperhatikan penampilan ku yang tak terlalu buruk, meski beberapa orang menatap sinis pada ku. Bagaimana tidak, seragam sekolah masih melekat pada tubuh. Menandakan berapa buruk diri ini sebagai seorang murid.
"Anyeong.... "
Kedua mata ini membola tak percaya, menatap pria ber dimple yang saat ini tengah duduk di samping Yoongi. Firasat ku benar, pria pucat itu menemui nya. Tapi mengapa?
"Mulai sekarang kau tak bisa menghindari ku. Sebenarnya agak ragu, tapi aku mencoba yang terbaik untuk meyakinkan Namjoon, bahwa aku benar-benar mencintaimu. Aku janji setelah ini aku akan patuh menjalani rehabilitasi kesehatan," ucap Yoongi.
"Mee, bukankah aku sudah mengatakan pada mu. Kalau seseorang akan datang sendirinya tanpa perlu kau kejar, jika kalian memang memiliki ikatan. Sekarang tak apa kalau kau ingin bersama Yoongi, aku tak bisa melarang," kali ini Namjoon yang berucap, sementara aku hanya menganggu paham, menahan bulir hangat di pelupuk mata.
"Aku juga akan meyakinkan keluarga ku, dan Abba mu. Jangan khawatir, itu urusan ku!" Lagi-lagi aku mengangguk, menatap haru kedua pria di seberang sana.
"Baiklah. Aku akan tutup. Byebye."
Aku menangis sejadi-jadinya. Perasan ini menghangat, hingga tak hentinya melelehkan air mata.
Sungguh, setelah sekian lama. Akhirnya Yoongi menganggap keberadaan ku. Akhirnya pria itu melakukan beberapa hal untuk ku. Tak ada hal yang lebih membahagiakan dari ini, seolah energi yang telah lama hilang kembali, terisi penuh.
-0-
Mood"Kau terus tersenyum sejak tadi, apa kau mulai gila?" tanya Jaeya — gadis yang duduk tak jauh dari ku.
Tak ada yang mampu terucap dari bibir ini, entah bahagia atau sedih. Lagi-lagi aku hanya tersenyum, mengalihkan pandangan pada jendela yang tepat berada di samping ku."Annyeong...." pria berkulit putih itu menampilkan gummy smile nya, berjalan percaya diri menuju bangku ku.
Jantung ini berpacu tak beraturan, sementara para gadis menatap tajam penuh kebencian.
"Apa lihat-lihat!" ketua Yoongi.
Bebrapa murid mengalihkan pandang jengah, berbisik dengan ekspresi kesal sambil sesekali melirik kearah ku.
"Sudah ku bilang aku serius, aku bahkan akan pindah ke kelas ini," aku menoleh kaget, menatap lekat manik gelap nya. Pria itu meraih pundak ku, merangkul seraya mencubit gemas pipi ini.
"Ini kali pertama setelah sekian lama, kamu mau menemaniku ke rumah sakit nanti?" Yoongi berbisik.
Aku sedikit terkekeh. Pria dengan wajah dingin ini takut rumah sakit? bukankah itu menggelikan? Sudahlah. Akhirnya, kehidupan ku kembali berwarna dengan kehadiran Yoongi.
Namun yang membuat perasaan ini kecewa, bahwa Yoongi benar-benar punya riwayat gangguan kejiwaan. Sayang sekali. Harusnya kami saling mengenalkan pada orang tua, tapi sayangnya Abba tak akan mudah merestui, begitupun keluarga Yoongi.
"Percayalah pada ku," Yoongi menepuk pucuk surai ku, tersenyum manis sebelum beranjak pergi karna kelas akan segera dimulai.
To be or not to be
Maaf lama gak update. Aku mengalami kendala pulsa kemarin, untung sekarang dah bisa update.1.jika menyukai cerita, harap memberikan dukungan.
2.jika membaca secara offline, bisa memberi boomvote setelah online.
3.jika ada hal yang membuat kalian resah, tolong hubungi aku agar cepat di lakukan revisi pada cerita.
4.Semoga kalian tak keberatan untuk memberi semangat ku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspeakable ✅
FanfictionAmy - gadis tunawicara yang kembali ke kampung halaman setelah sekian lama. Tujuan awal mengubah pandangan negatif sang ayah padanya berubah, pasca pertemuan dengan sosok pemuda dingin yang amat membencinya, yaitu Min Yoongi. Takdir sungguh tak tert...