5. kita tak pernah sama

69 17 17
                                    

"Aku bilang aku tidak suka makanan murahan mu itu!" bentak Yoongi dengan jari telunjuk di hadapan Mee.

Gadis itu memejam takut, perlahan berbalik seraya mengambil kotak nasi dengan makanan terhambur di lantai. Tak hanya makan siang, Mee sering kali menawarkan diri untuk membantu pria pucat itu, seperti mengerjakan tugas, merangkum, memberi handuk saat dia berlatih basket, dan semua itu sia-sia.

Yoongi adalah pria keras kepala. Sekali dia berkata tidak, maka tak akan ada yang berubah.

"Baiklah kalau tak suka menu ini, nanti aku bawa yang lain," Mee menunjukan note sambil tersenyum. Beranjak dengan bertumpu tangan kanan, berlari keluar dari kantin meninggalkan keributan setelah kepergian nya.

Beberapa anak mulai bersimpati dengan sikap optimis Mee. Memangnya apa yang dia suka dari Yoongi? Bahkan semua orang menjauhi siswa dingin itu.

Merasa kesal Yoongi berjalan menuju kelas, mood makan nya hilang setelah kedatangan Mee.

"Hei, kau mau kemana?" tanya Jungkook si pangeran sekolah. Wajahnya menjadi idaman setiap gadis, dengan tubuh atletis, tinggi ideal dan gaya cool — siapa yang tak ingin mejadi pacaranya kalau bukan Mee yang keras kepala pada Yoongi.

Dengan malas Yoongi melanjutkan langkah tanpa menanggapi pertanyaan teman satu geng nya.


-0-

Kelas pelajaran kedua di mulai, tetapi guru mata pelajaran biologi tak kunjung datang — sial nya, sosok Pak Lay memasuki kelas. Yoongi berdecak kesal, apa sekarang ia harus di hukum? Seperti biasa, kalau tidak berlari 10 kali di lapangan pasti membersihkan kelas.

"Aku bersyukur karna kalian memahami pelajaran ku, tak ada yang akan menerima hukuman," Lay berhenti berucap, melangkah santai dengan semua mata menatap nya.

"Kecuali kamu!" Lay menepuk pundak Mee, lalu menggeleng pelan. Tak biasanya gadis itu mengalami remidi, karna setiap ia memberikan tugas Mee mengerjakan dengan baik.

Yoongi menoleh, menatap gadis yang menunduk lesu, bersiap menerima hukuman. Ia sendiri setengah tak percaya karna Mee mendapat nilai terendah. Untuk pertama kali....

Jantungnya berdetak cepat.

Ia mengernyit curiga. Mungkinkah gadis itu menlmberikan nilai padanya? Yoongi berdecak kesal, menatap nyalang kearah Mee yang tertangkap mencuri pandang.

"Baiklah, saya akan membacakan nilai kalian. Pertama, Yoongi mendapat nilai terbaik, 100. Apa nilai mu tertukar dengan Mee?" Lay menatap Yoongi yang mengalihkan pandang jengah.

Tak perlu di jelaskan, ia tau motif dari kecurangan yang dilakukan Mee. Gadis itu sengaja menukar nilai mereka karna takut Yoongi di hukum, dan yah ... Yoongi tak perduli.

Setelah Lay membacakan semua nilai ujian Mee diminta untuk berlari lima kali putaran di lapangan. Gadis itu menyanggupi tanpa wajah menyesal.

Namjoon berdecak kesal, bisa-bisa nya Yoongi masih abai dengan segala kelulusan yang dilakukan Mee. Terlebih lagi, pria dingin itu bisa saja memperdaya Mee secara terus menerus.

"Namjoon_aa teman mu itu bodoh sekali. Jika aku jadi dia, lebih baik aku menyukaimu dari pada manusia es itu!" seorang gadis berucap seraya menunjuk Yoongi.

"Kau benar! Mee yang terlalu payah, dan Namjoon kita menjadi teman nya. Hahahaha."

"Karna IQ Namjoon sangat tinggi, hanya dia yang mengerti cara berbicara Mee. Iya kan?" kali ini Yoongi yang berucap.

Lay yang masih berada di dalam ruangan menatap tajam pada Yoongi, membuat semua murid terdiam mendengarkan penjelasan pelajaran.


-0-

"Tak bisa kah kau menghargainya? Kau bodoh Yoongi_aa, kau pikir kau akan mendapat gadis yang lebih dari Mee? Lihat wajah mu itu!" tangan kiri Namjoon menggenggam erat kerah Yoongi dengan tangan kanan terangkat, bersiap melayangkan pukulan.

"Kau bahkan lebih jelek dari ku!" Yoongi berteriak, meninju wajah NamJoon hingga meninggalkan bekas merah di pipi kanan.

Perkelahian antar teman itu terus berlanjut, tak perduli wajah mereka yang telah di penuhi memar, jemari yang memerah, dan aroma khas darah yang melumuri tubuh mereka.

"Jangan sekali-kali menyentuh Mee!" teriak Namjoon.

Yoongi mengusap kasar ujung bibir yang berdarah, sedikit terbatuk dengan darah keluar dari mulut. Ia berbalik, melangkah pelan menjauhi Namjoon.

"Terserah! Tak ada gunanya aku berkelahi dengan mu! Kalau kau menyukai Mee ambil saja! Aku tidak butuh!"

"Ck, kau akan menarik ucapan mu," lirih Namjoon seraya meraih ransel nya yang tergeletak, berjalan pincang menyeberang jalan.

Yoongi terkekeh sendiri. Teman nya pergi karna seorang gadis bisu yang begitu menyukainya? Dan mengapa ia harus menyesal! Baginya, pengganggu tetaplah pengganggu.

Malas berurusan dengan keramaian kali ini Yoongi memilih jalan singkat, melewati jalanan sepi dengan rumah sederhana. Langkah nya terhenti, ia mengernyit menatap sosok yang terlempar keluar gerbang.

Seorang pria paruh baya muncul, menendang tubuh ringkih yang tak mampu berucap atau menjerit. Hanya air mata mengalir deras yang mengatakan semua isi hati nya.

"Kau pikir aku perduli dengan nilai Mu! Apa kau pikir aku pulang hanya untuk melihat nilai dengan tinta merah itu! Aku tak perduli!" bentak sosok dihadapan Mee yang berjalan cepat lalu menutup pintu kasar.

Mee menutup telinga takut, kemudian mendongak saat menyadari sosok pria berdiri di hadapan nya. Tersenyum getir masih dengan air mata mengalir, lalu melangkah melewati pria itu.

Tak ada yang bisa ku lakukan, bahkan untuk sekedar berucap.

Yoongi tak ingin berfikir lebih, meski ia sempat bersimpati melihat pria Paruh baya itu menendang Mee.

Apa itu penting? Tidak. Bahkan ia punya kehidupan dan masalah sendiri.


-0-

Mee duduk di halte. Ia tak mengenal siapapun, karna baru pindah. Sanak saudara semua berada di Tongyeong, dan bagaimana ia bisa menempuh jarak tanpa bekal apapun?

Ia menutup wajah penuh air mata itu dengan kedua tangan, menahan bulir bening yang memaksa keluar di ikuti gerak pundak nya yang tak beraturan.

Isakan pilu terdengar, nafas tercekat karna tangis, wajah merah yang sembab, tak ingin siapapun tau, meski mereka tak perduli.

"Kau kenapa? Kalau di usir kau bisa menginap di apartemen ku dulu," suara hangat itu mampu membuat Mee mendongak lalu tersenyum, menggeleng pelan, menolak ajakan pria dengan keranjang makanan yang duduk di samping nya.

"Tak apa, aku tinggal sendiri di apartemen!" Mee menoleh, mempertimbangkan ajakan pria itu karna hari mulai gelap.

TO.BE.CONTINUE

Saya sudah Comeback....
Siapa yang menunggu?
Jangan lupa vote dan comen. Kalo gak sempat, kalian boleh langsung bomvote. ^_~ gak papa. Yang penting kasih apresiasi tulisan ini.

Unspeakable ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang