15. Buku Familiar

56 12 1
                                    

"Wah, sudah berapa lama kami tak melihat Mee, dia sudah tumbuh dewasa," ucap perempuan yang tak lain ibu dari Yoongi. Ia mengusap surap pucuk surai Mee seraya duduk berdampingan dengan suaminya.

"Maaf ya, Yoongi bersikap tidak sopan. Masih belum berubah sejak dulu."

"Aku juga turut sedih dengan kejadian itu, kau harus kehilangan suara. Ah, kau ingat? Hari itu Yoongi yang paling histeris, dia bilang dia akan membalas perbuatan Eomma mu. Dia masih sangat polos," perempuan itu berucap santai seraya memasukan sepotong daging kedalam mulut.

"Apa kau masih dekat dengan Yoongi?" tanya Abba, "bahkan saat Abba memindahkan mu ke Tongyeong, Yoongi mencegat mobil kita. Dasar! Anak-anak."

Mee terdiam setengah tak percaya. Orang tua mereka adalah teman, dan Yoongi pernah menjadi teman masa kecil nya? Sebuah takdir yang tak pernah ia bayangkan. Mendengar cerita-cerita itu membuat hati berdebar, menghangatkan cairan di pelupuk mata yang tak lagi tertahan.

Ia menjadi mengalihkan pandang, mengusap kasar lalu membungkuk hormat sebelum beranjak pergi.

"Mee, kau sudah selesai makan?" Pertanyaan ibu Yoongi dibalas senyuman oleh Mee, kemudian gadis itu menuju kamar nya.

"Dia tak banyak makan," jelas Abba.

Mee membaringkan tubuh di atas ranjang, membiarkan air mata mengalir dengan isak sendu. Tangan nya bergerak menyusuri nakas, mengambil figura polos  dengan foto dirinya dan Eomma. Hatinya sakit setelah mengetahui kebenaran — Mee kehilangan suara karna tindakan ceroboh perempuan yang selama ini ia puja-puja.

Eomma melakukan pekerjaan murahan itu karna merasa Abba tak mencintainya. Itu semua karna Abba terlalu dingin! Eomma bohong pada ku ... Lalu kenapa Eomma membuat ku seperti ini?

Mee mengambil sebuah buku di atas nakas yang bertajuk 'Arti sebuah keluarga' — buku yang di curi nya dari Yoongi ketika pria itu tertidur di kelas.

Siapa yang tidak sedih melihat sosok manis itu tertidur dengan novel sebagai bantal. Selain novel itu menarik, Mee mengganti bantal Yoongi dengan buku pelajaran — siapa tau semua materi di dalamnya meresap kedalam kepalanya.

Mee berjalan pelan seraya mengusap air mata, duduk di pinggir jendela seraya membuka lembaran demi lembar, melanjutkan dari posisi bacaan nya.

-0-

Merasa bosan — Yoongi melangkah keluar mobil, berjalan menyusuri taman mini yang terlibat familiar. Mengedarkan pandang orang seluruh bagian luar rumah bergaya klasik itu.

"Apa aku pernah kesini?"

Yoongi berjalan mengelilingi rumah, melihat-lihat apa yang membuatnya deja vu dengan alasan tak pasti. Ia mengernyit, mengingat kembali apa yang ia lupakan. Namun tak ada hasil.

Bakk!
Ia meringis menahan sakit seraya menggosok pundak nya lalu mengambil buku familiar yang tiba-tiba terjatuh dari balkon atas. Mee menutup mulut tak percaya semabari mengisyaratkan permintaan maaf.

"Hei ... Apa kau tak bisa jika tidak mengganggu ku?!" teriak Yoongi dengan tatapan nyalang.

Pria itu mengalihkan pandang, mengernyit menatap buku yang sama persis seperti milik nya. Ia membuka halaman terakhir, sebuah tulisan indah terukir disana.

"Yoongi ... Selamat ulang tahun. Ini hadiah dari Hyung. Jangan bertanya mengapa, Hyung memberikan ini agar kau lebih dewasa. Jangan lupa dibaca!" tulisan menandakan bahwa buku itu memang milik Yoongi — yang kini menggeram kesna karna Mee.

"Heh! Dasar pencuri buku! Kau harus membayar sewa selama beberapa hari ini!"

Pandangan gadis itu tak lepas dari pria yang tengah berteriak dari pria yang berteriak dari bawah. Benar, hanya Yoongi yang bisa memberi tahu, asal kejadian ia kehilangan suara — jika pria Min itu masih ingat dan mau mengatakan dengan mudah.

Mee berjalan cepat keluar kamar, setengah berlari menuruni tangga. Abba menggeleng pelan melihat tingkah lucu putrinya yang tersenyum sendiri, membungkuk hormat pada ketiganya sebelum pergi.

Yoongi berdecak kesal karna Mee terus menarik jaketnya, memaksanya membaca note yang bertulis, "Ceritakan pada ku apa yang kau tau tentang ku. Dan mengapa Eomma merengut suara ku."

Ia terkekeh geli. Mengapa bertanya pada nya? Apa Mee politik Yoongi cenayang yang bisa melihat kehidupan masa lalu dan masa depan orang-orang? gadis itu kembali menulis di atas bore seraya berjongkok, membiarkan Yoongi membaca sebelum ia selesai.

"Setelah itu aku benar-benar akan pergi dari kehidupan mu!"

Yoongi tersenyum miring, mempertimbangkan pertanyaan menguntungkan itu. Namun, bagaimana ia tau? Bahkan Yoongi tak pernah mengenal Mee dan keluarganya?

"Apa kau pikir aku cenayang, hmm?" Yoongi berjongkok menyesuaikan tinggi dengan gadis yang tengah sibuk menulis. Barang sedikit, pria itu merasakan getaran di hatinya melihat wajah melankolis yang seolah tak memiliki harapan lagi.

Dengan gerakan cepat Mee menarik novel dari pegangan Yoongi, memeluk erat sambil memperlihatkan note yang telah ia bunuhi tulisan.

"Jika tak mau bercerita, aku akan mengadukan pada Seokjin tentang semua dalam buku ini!"

Kedua manik Yoongi membulat sempurna. Sekarang ia di ancam seorang gadis bisu? Dan yah ... Sebenarnya di dalam buku itu tersimpan banyak rahasia, setiap membaca novel itu Yoongi mempunyai ke lubang kesah tersendiri, lalu mencoret-coret dengan menyamakan toko dengan keluarganya, juga menulis olok-olokan untuk Seokjin.

"Ck, sejak kapan kau berani memaksa ku!" kesal Yoongi, "Masuk kedalam mobil saja, disini sangat dingin!"

Mee menurut lalu memasuki mobil mewah Yoongi. Pria itu mengalihkan pandang dengan tangan terlipat di dada, serta bibir mengerucut.

"Bagaimana aku tau? Aku tidak pernah mengenal mu!"

Mee memengeluarkan ponsel mengetik Pesan yang ini kirim pada Yoongi, pria itu menoleh saat ponselnya bergetar. Menit demi menit berlalu tanpa seorang pun berkata, keduanya sibuk merilis pada papan ketik di ponsel masing-masing. Namun tak saling mengabaikan.

"Aku ... Anak yang kau tangisi saat kepergian ku ke Tonyeong. Kau bahkan mencegat mobil kami, dan berkata bahwa kau akan membalas perbuatan Eomma ku."

Yoongi menoleh, jantungnya berdetak cepat. Ingatan berputar, kembali menampilkan memori yang telah ia pendam bertahun-tahun. Masih setengah tak percaya, tangan nya bergerak sepontan, membelai wajah tirus Mee hingga melihat lekat pada leher gadis itu.

"Kau ... Akulah yang membuat mu kehilangan suara," lirih Yoongi.

TO BE OR NOT TO BE.
Gimana? Ada pertanyaan?
Dukung penulis dengan vote dan comen....
Ada yang penasaran sama part selanjutnya?

Unspeakable ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang